• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK DALAM PEMISAHAN PERSEROAN TERBATAS

BAB IV AKIBAT HUKUM RESTRUKTURISASI PERSEROAN TERBATAS MELALUI PEMISAHAN PERSEROAN

PEMISAHAN USAHA PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG- UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

C. HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK DALAM PEMISAHAN PERSEROAN TERBATAS

Pihak-pihak yang terkait dalam pemisahan usaha perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan atau Anggaran dasar. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan, RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari Direksi dan/atau Komisaris. Wewenang eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain ditetapkan di dalam UUPT dan Anggaran Dasar. Wewenang eksklusif dalam Anggaran Dasar berdasarkan kehendak RUPS yang disahkan atau disetujui oleh Mentri Kehakiman yang dapat diubah melalui perubahan Anggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT adalah sebagai berikut :37

1. Penetapan perubahan Anggaran Dasar (pasal 14 UUPT) 2. Penetapan pengurangan modal (pasal 37 UUPT)

3. Pemeriksaan, persetujuan, dan pengesahan laporan tahunan (pasal 60 UUPT)

37

Agus Budiarto, Kedudukan Hukum&Tanggungjawab Para Pihak dalam Perseroan Terbatas (Yogyakarta: Ghalia Indonesia,2000), hlm.62.

4. Penetapan penggunaan laba (pasal 62 UUPT)

5. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris (pasal 80,91,92 UUPT)

6. Penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan (pasal 105 UUPT)

7. Penetapan pembubaran perseroan (pasal 114 UUPT)

Wewenang RUPS terwujud dalam bentuk jumlah suara yang dikeluarkan dalam setiap rapat. Hak suara dalam RUPS dapat digunakan untuk berbagai maksud dan tujuan antara lain diantaranya ialah menyetujui/menolak :38

1. rencana perubahan Anggaran Dasar;

2. rencana penjualan aset dan pemberian jaminan hutang;

3. pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan/atau Komisaris; 4. laporan keuangan yang disampaikan oleh Direksi;

5. pertanggungjawaban Direksi;

6. rencana penggabungan, peleburan, pengambilalihan; 7. rencana pembubaran perseroan.

Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya. Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar.

38

Saham perseroan yang dimiliki oleh perseroan itu sendiri tidak mempuyai hak suara. Saham induk perusahaan yang dimiliki oleh anak perusahaannya juga tidak mempuyai hak suara (pasal 71, 72 UUPT). RUPS dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih dari ½ (seperdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentuakan lain. Apabila korum yang dimaksud tidak tercapai,diadakan pemanggilan RUPS kedua. Pemanggilan RUPS kedua harus dilakukan paling lambat 7 hari sebelum RUPS kedua diselenggarakan. RUPS kedua diselenggarakan paling cepat 10 hari dan paling lambat 21 hari dari RUPS pertama. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah. Apabila korum ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri (pasal 73 UUPT).

Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari suara terbanyak biasa. Untuk menyelenggarakan RUPS, Direksi melakukan pemanggilan kepada pemegang saham. Namun, dalam hal-hal tertentu, misalnya Direksi berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara Direksi dan perseroan, pemanggilan RUPS dapat dilakukan paling lambat 14 hari sebelum RUPS diadakan. Pemanggilan dilakukan dengan surat tercatat atau dalam dua surat kabar harian. Sebelum pemanggilan

RUPS dilakukan, wajib didahului dengan pengumuman mengenai akan diadakan pemanggilan RUPS dalam dua surat kabar harian. Pemegang saham dengan hak suara yang sah, baik sendiri maupun dengan kuasa tertulis berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya.

Dalam pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Komisaris, dan karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara kecuali Anggaran Dasar menentukan lain. Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.Apabila mufakat tidak tercapai, keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah, kecuali Undang-Undang Perseroan atau Anggaran Dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih besar dari suara terbanyak biasa. Keputusan RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah suara tersebut.

Pada perseroan go public mungkin akan mengalami kesulitan mengingat pemilikan saham tersebar luas di samping kecenderungan pemilikan saham oleh pemegang saham pendiri, atau pemegang saham lama semakin menurun. Pengubahan Anggaran Dasar perseroan go public mungkin dapat dilakukan dengan korum jika sebagian kecil saham perseroan yang bersangkutan dijual di pasar modal, dengan kata lain pengubahan Anggaran Dasar perseroan yang dapat go public dapat dipersulit. Keputusan RUPS dapat diambil melalui mufakat tidak

dapat tercapai, keputusan RUPS dapat diambil melalui pemungutan suara dengan suara terbanyak. Suara terbanyak yang diperlukan adalah suara terbanyak biasa, yaitu jumlah suara yang lebih banyak dari kelompok suara tanpa harus mencapai lebih dari setengah keseluruhan suara dalam pemungutan suara tersebut. Keputusan RUPS dalam hal-hal tertentu yang berkaitan dengan hal-hal- yang sangat mendasar bagi keberadaaan, kelangsungan atau sifat dari suatu perseroan, Undang-Undang ini atau Anggaran Dasar dapat menentukan suara terbanyak yang lebih mendasar daripada suara biasa, yaitu suara mutlak atau suara terbanyak khusus.

Dalam Anggaran Dasar perseroan dapat ditentukan bahwa keputusan RUPS dapat diambil dengan cara lain dari rapat. Apabila Anggaran Dasar mengatur ketentuan tersebut, keputusan dapat diambil apabila semua pemegang saham dengan hak suara yang telah sah menyetujui secara tertulis baik mengenai cara maupun keputusan yang yang diambil (pasal 78 UUPT). Pengambilan keputusan RUPS dengan “cara lain” adalah keputusan yang diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang saham dan keputusan ini hanya sah apabila semua pemegang saham menyetujui secara tertulis cara pengambilan keputusan usul tersebut.

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar. Pada prinsipnya Direksi bertanggungjawab terhadap perseroan (pemegang saham secara keseluruhan) bukan kepada pemegang saham secara

perseorangan. Tugas kepengurusan Direksi tidak terbatas pada kegiatan rutin, melainkan juga berwenang dan wajib mengambil insiatif membuat rencana dan perkiraan mengenai perkembangan perseroan untuk masa mendatang dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan perseroan.

Pengertian pengurusan mencakup pola pengelolaan kekayaan perseroan, karena itu Undang-Undang Perseroan mengatur mekanisme yang memungkinkan terlaksananya prinsip “fiduciary duty” yang mencakup juga “duty of skill and care” oleh Direksi.39

Hal ini tampak pada pengaturan tugas masing-masing anggota Direksi, bahkan apabila anggota Direksi yang bersangkutan bersalah atau lalai melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perseroan dirugikan, dia bertanggung jawab penuh secara pribadi, dan pemegang saham dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Karena penting nya peranan Direksi, Undang-Undang Perseroan mengatur persyaratan yang cukup berat untuk anggota Direksi.

Pengangkatan anggota Direksi, menurut pasal 79 UUPT, kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi (ayat 1) . Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk mengurus perseroan yang antara lain meliputi pengurusan perseroan. Perseroan yang bdiang usahanya mengerahkan dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan hutang, atau Perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi (ayat 2). Hal ini perlu mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab anggota Direksi yang dijalankan oleh satu orang anggota Direksi. Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang yang :

1. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit;

39

2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

3. tidak pernah dhukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam jangka waktu 5(lima) tahun sebelum pengangkatan. Jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak yang bersangkutan dinyatakan bersalah menyebabkan perseroan pailit atau apabila dihukum terhitung sejak selesai menjalani hukuman.

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS. Untuk pertama kali pengakngktana anggota Direksi dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama anggota Direksi dalam akta perseroan. Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemudian diangkat kembali. Tanpa mengurangi hak pemegangan saham dalam pencalonan, maka tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi diatur dalam Anggaran Dasar (pasal 80 UUPT).

Peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota Direksi serta besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan oleh RUPS. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS yang disebutkan dilakukan oleh Komisaris atas nama RUPS (pasal 81 UUPT). Direksi beratanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan (pasal 82 UUPT). Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1(satu) orang maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam Undang Perseroan atau Anggaran Dasar (pasal 83 UUPT).

Undang-Undang perseroan masih memilih sistem perwakilan kolegial, tetapi untuk kepentingan praktis masing-masing anggota Direksi berwenang mewakili perseroan. Pembatasan wewenang tersebut diberikan karena ada perbedaan kepentingan antara perseroan dan anggota Direksi yang bersangkutan.

Pasal 84 UUPT menentukan pembatasan wewenang Direksi. Menurut ketentuan pasal ini, anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila;40

1. terjadinya perkara di depan Pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan ;

2. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan perseroan.

Dalam Anggaran Dasar ditetapkan yang berhak mewakili perseroan apabila terdapat keadaan seperti yang ditentukan dalam butir a) dan b). Apabila Anggaran Dasar tidak menetapakan ketentuan mengenai yang berhak mewakili perseroan, maka RUPS mengangkat 1 (satu) orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan menggugat di muka Pengadilan Direksi yang telah merugikan perseroan.

Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham

40

dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (pasal 85 UUPT). Selain itu Direksi juga mempunyai kewajiban untuk ;41

1. membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham, risalah RUPS, dan risalah Rapat Direksi; dan

2. menyelenggarakan pembukuan perseroan.

Daftar Pemegang Saham, risalah, dan pembukuan tersebut disimpan di tempat kedudukan perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan Daftar Pemegang Saham, risalah dan pembukuan perseroan (pasal 86 UUPT). Anggota Direksi juga wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau anggota keluarganya pada perseroan lain (pasal 87 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Direksi dicatat dalam Daftar Khusus. Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud dengan “keluarga” adalah suami/istri dan anak -anaknya.

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad

41

baik.42 Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pegalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak perbuatan hukum dilakukan (pasal 88 UUPT). Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal pengalihan atau jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi atau obligasi konversi. Alasan adalah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, perseroan go public menghimpun dana dari masyarakat pemegang obligasi.

Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terajdi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan. Maka setiap anggota Direksi secara bertanggungjawab atas kerugian. Anggota Direksi secara bertanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian itu. Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. (pasal 90 UUPT).

42

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,1995), hlm 66.

Ketentuan pasal 90 UUPT ada kesamaannya dengan ketentuan pasal 47 KUHD, yaitu kesamaan mengenai tanggung jawab pribadi Direksi secara tanggung renteng (personal liablity) dalam hal perseroan menderita kerugian karena kesalahan Direksi, sedangkan kekayaan perseroan tidak mencukupi untuk menutupi seluruh kerugiam. Tetapi antara kedua ketentuan tersebut terdapat perbedaan prinsip, yaitu ;43

1. Pasal 47 KUHD menetapkan secara tegas batas kerugian mencapai 75% dari modal dasar, demi hukum perseroan bubar dan perbuatan Direksi setelah perseroan bubar adalah perbuatan pribadi, akibatnya dia bertanggung jawab pribadi secara tanggung renteng terhadap kreditur.

2. Pasal 90 UUPT tidak menetapkan batas kerugian, dan kepailitan tidak demi hukum membuat perseroan bubar, kecuali jika dimohonkan kepada dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri. Direksi bertanggungjawab pribadi secara tanggung renteng terhadap para kreditur dalam hal kekayaan perseroan tidak mencukupi.

Tanggung jawab pribadi ini dapat ditelaah melalui putusan Mahkamah Agung No.21/Sip/1973 tanggal 22 Oktober 1973. Anggota Direksi dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabil yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya. Dengan keputusan pemberitahuan itu, maka kedudukan

43

sebagai anggota Direksi berakhir (pasal 91 UUPT). Ketentuan terakhir ini ayat (3) sebenarnya berlebihan, walaupun tisak dirumuskan sudah logis bawha kedudukan Direksi itu berakhir karena dihapus oleh putusan RUPS. Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh RUPS atau Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diadakan RUPS. Dalam RUPS anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Berdasarkan pertimbangan, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau memberhentikan anggota Direksi yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut batal (pasal 92 UUPT).

Pasal 93 UUPT menentukan bahwa dalam Anggaran Dasar diatur ketentuan mengenai pengisian sementara jabatan Direksi yang kosong atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk sementara waktu atau berhalangan. Tetapi berdasarkan ketentuan pasal 100 ayat (2), (3) UUPT, Anggaran Dasar atau keputusan RUPS dapat menunjuk Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam hal terjadi kekosongan jabatan Direksi untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiag bagi Komisaris.

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.44 Selaku pengawas dan penasehat Direksi, Komisaris berwenang memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu dan berwenang melakukan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu menggantikan Direksi (pasal 100 UUPT). Komisaris juga berwenang memberhentikan sementara anggota Direksi (pasal 92 UUPT). Untuk mengefektifkan fungsi Komisaris, maka diterapkan pula persyaratan untuk menjadi Komisaris adalah sama dengan persyaratan untuk menjadi Direksi. Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi berlaku pula terhadap Komisaris terutama apabila apabila dia berada dalam posisi untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal tertentu.

Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar (pasal 94 ayat (1) UUPT). Kata “Komisaris” mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang perseorangan”. Sebagai organ, Komisaris lazim juga disebut “Dewan Komisaris”, sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota Komisaris”. Sebagai organ dalam Undang-Undang Perseroan, pengertian Komisaris termasuk juga badan-badan yang menjalankan tugas pengawasan khusus bidang tertentu. Karena itu dibutuhkan lebih dari satu Komisaris. Apabila terdapat lebih dari satu Komisaris, mereka merupakan sebuah majelis (pasal 94 ayat (3) UUPT). Berbeda dengan Direksi, dalam hal terdapat lebih dari satu Komisaris, maka sebagai

44

majelis Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri untuk mewakili perseroan. Komisaris diangkat oleh RUPS. Pengangkatan Komisaris dilakukan dengan mencantumkan susunan dan nama Komisaris dalam akta pendirian perseroan. Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan diangkat kembali. Anggaran Dasar mengatur tata cata pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris tanpa mengatur hak pemegang saham dalam pencalonan (pasal 95 UUPT). Yang dapat diangkat menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang :

1. mampu melakukan perbuatan hukum, dan tidak pernah dinyatakan pailit; 2. tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit;

3. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan (pasal 96 UUPT).

Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi (pasal 97 UUPT). Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tangung jawab menjalankan tugas kepentingan dan usaha perseroan. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (pasal 98 UUPT). Komisaris wajib melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain (pasal 99 UUPT). Setiap perubahan dalam kepemilikan saham wajib dilaporkan. Laporan Komisaris mengenai hal ini dicatat dalam Daftar Khusus. Dan perubahan dalam kepemilikan saham anggota keluarga wajib dilaporkan.

Dalam Anggaran Dasar ditetapkan pemberian wewenang kepada Komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum. Wewenang kepada Komisaris untuk melakukan pengurusan perseroan yang sebenarnya hanya dapat dilakukan oleh Direksi dalam hal Direksi tidak ada. Apabila Direksi ada, Komisaris hanya dapat melakukan tindakan tertentu yang secara tegas ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan. Tetapi bagi Komisaris yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu yang tertentu diberi wewenang melakukan tindakan pengurusan perseroan, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap perseroan dan pihak ketiga (pasal 100 ayat (3) UUPT). Dalam hal in fungsi Direksi digantikan oleh Komisaris.

Dengan demikian, ketentuan yang berlaku bagi Direksi berlaku pula bagi Komisaris yang menjalankan fungsi Direksi. Sama dengan Direksi, anggota Komisaris dapat diberhentikan atau diberhentikan sementara oleh RUPS. Ketentuan mengenai pemberhentian dan pemberhentian sementara anggota Direksi berlaku pula terhadap Komisaris (pasal 101 UUPT). Ketentuan yang dimaksud adalah pasal 91 dan 92 UUPT. Dengan demikian, anggota Komisaris dapat sewaktu-waktu diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Komisaris

hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dalam RUPS. Dengan keputusan pemberhentian tersebut, kedudukannya sebagai anggota Komisaris berakhir. Pemberhentian tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota Komisaris yang bersangkutan. Anggota Komisaris yang diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan tugasnya. Dalam RUPS tersebut anggota Komisaris yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Apabila pembelaannya diterima, RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian sementara, sebaliknya jika pembelaan tidak diterima, RUPS memberhentikan anggota Komisaris yang bersangkutan. Apabila dalam waktu 30 (tigapuluh) hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian sementara tersebut dibatalkan.

D. PELAKSANAAN PEMISAHAN USAHA YANG DILAKUKAN OLEH