• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Perempuan dalam Pernikahan

Dalam dokumen Modul Penguatan Kader Gampong untuk Mela (Halaman 40-45)

Lembar Bermain Peran

VI. Hak Perempuan dalam Pernikahan

Tujuan - Peserta memahami hak-hak perempuan dalam pernikahan dan berbagai bentuk pelanggarannya.

- Peserta memahami sebab, dampak dan pelaku pelanggaran hak-hak perempuan dalam pernikahan

- Peserta memahami aturan hukum yang melindungi perempuan yang mengalami pelanggaran haknya dalam pernikahan

Materi - Hak-hak perempuan dalam perkawinan menurut CEDAW dan hukum positif nasional - Konsep Islam berbicara tentang hak-hak perempuan dalam perkawinan

- Pemenuhan hak-hak perempuan dalam perkawinan dalam realitas masyarakat

- Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan tidak mampu mengakses hak-haknya

dalam perkawinan

- Dampak yang dialami perempuan jika tak mampu mengakses hak-haknya dalam

perkawinan

- Pihak-pihak yang menghalangi/menghambat pemenuhan hak-hak perempuan dalam

perkawinan

- Peran negara dalam memenuhi hak-hak perempuan dalam perkawinan

Metode - Bermain peran, diskusi kelompok

- Presentasi

- Tanya jawab dengan narasumber khusus hukum Islam dan hak perempuan

Waktu 90 menit

Alat dan Bahan

- Skenario kasus - Kertas plano, spidol - Hand out

Langkah Pelaksanaa n

1. Peserta dibagi dalam 5 kelompok. 2 kelompok mendapat bagian untuk bermain peran sedangkan 3 kelompok lagi mengamati dan menganalisa proses bermain peran yang dilakukan oleh 2 kelompok tadi.

2. Bagikan skenario kasus pada 2 kelompok yang bermain peran. Satu skenario kasus mengambarkan pemenuhan hak-hak perempuan dalam perkawinan dan satu skenario lainnya mengambarkan pelanggaran hak perempuan dalam perkawinan

3. Pada saat kelompok bermain peran, maka 3 kelompok lain mengidentifikasi:

- hak-hak perempuan yang terpenuhi dalam perkawinan - hak-hak perempuan yang tidak terpenuhi dalam perkawinan

- apa saja sebab terjadinya pelanggaran hak perempuan dalam perkawinan - apa saja dampaknya akibat pelanggaran tersebut bagi perempuan - siapa saja pelaku pelanggaran hak perempuan dalam perkawinan

4. Setiap kelompok membuat hasil amatannya dalam plano lalu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

5. Narasumber merespon permainan peran dan hasil diskusi kelompok

6. Fasilitator membuka ruang tanya jawab peserta dan narasumber dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok

Ringkasan Materi

Dalam konteks Islam, masalah aturan kesetaraan dan keadilan telah lama dikemukakan oleh para ulama, melalui Lima Prinsip Kemanusiaan (al-Kulliyyat al-Khamsi):

“Hifz al-Din (perlindungan atas agama dan keyakinan)  Hifz al-Nafs (perlindungan atas hak hidup)

Hifz al-Aql (perlindungan atas hak berpendapat dan berekspresi)

Hifz al-Nasl/Irdh (perlindungan atas hak-hak reproduksi dan kehormatan) dan  Hifz al-Mal (perlindungan atas hak milik)

Organisasi Konferensi Islam (OKI)dalamDeklarasi Kairo 1990menyepakati: Perempuan dan laki-laki adalah setara dalam martabat sebagai manusia dan mempunyai hak yang dinikmati ataupun kewajiban yang dilaksanakan; ia (perempuan) mempunyai kapasitas sipil dan

kemandirian keuangannya sendiri, dan hak untuk mempertahankan nama dan silsilahnya (pasal 6)

Kepemimpinan laki-laki.Banyak orang yang menolak ide kesetaraan gender sambil menyebut ayat al-Quran, an-Nisa ayat 34 yang diartikan dalam bahasa Indonesia: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan kaena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Menurut KH Husein Muhammad, redaksi ayat tersebut mengisyaratkan nuansa kontekstualitas:

 Ayat ini sedang menjelaskan sebuah situasi sosial budaya Arab abad ke-7 yang

patriarkis, bahwa laki-laki itu superior (utama) dan perempuan adalah inferior. Jadi, ayat tersebut tidak mengandung norma universal

 Ayat inimenyebutkan dua alasan mengapa relasi laki-laki dan perempuan seperti itu. (1) karena laki-laki memiliki keunggulan atas perempuan, dan (2) karena laki-laki secara fungsional bertanggung jawab atas kebutuhan perempuan (dan keluarganya). Alasan pertama tidak secara jelas menyebutkan faktor keunggulan tersebut. Para ahli tafsir beranggapan faktornya antara lain kecerdasan intelektual dan kemampuan fisik.

 dalam waktu yang sama ayat ini mengatakan kalau keunggulan laki-laki atas perempuan tidaklah mutlak. Ia menyebutkan ba dhahum ala ba dh (sebagian atas sebagian). Pernyataan ini sangat realistis karena fakta sejarah umat manusia di berbagai komunitas memperlihatkan betapa relatifnya potensi intelektual antara laki-laki dan perempuan. Aisyah, istri Nabi misalnya, pada zamannya diakui sebagai perempuan dengan tingkat kecerdasan yang mengungguli kebanyakan laki-laki, dan Siti Khadijah adalah pengusaha perempuan profesional yang sukses.

Prinsip-prinsip Perkawinan:Ketauhidan (al-Tauh d), Kerelaan (al-Tar dh), Kesetaraan (al- Mus wah), Keadilan (al- Ad lah), Kemaslahatan (al-Maslahah), Demokratis (al-Dimuqratiyyah), Toleransi (al-Tas muh), Tolong-menolong (al-Ta wun).

Keadilan dan Kesetaran Gender:Memiliki hak dan kewajiban yang setara dan tdk saling menghalangi untuk memenuhi hak masing-masing, selama didasarkan pada musyawarah dan partisipasi semua anggota keluarga.

Rukun Perkawinan:Calon suami, calon isteri, ijab-qabul, saksi, pencatatan (bukan syarat administratif, tetapi substantif).

Pembatalan dan pencegahan perkawinan:

 Salah satu pihak masih terikat perkawinannya dg orang lain.  Mengawini mantan suami atau isteri yang sudah dili an.

 Mengawini mantan isteri/ suami yang sudah ditalak 3 kali dan belum menikah dg laki- laki/ perempuan lain.

 Dilakukan dg orang yang haram dinikahi.  Perkawinan paksaan/ penipuan.

 Suami/ isteri membunyikan penyakit yang dideritanya.

Tentang status anak di luar nikah tidak lagi menjadi tanggung jawab pihak ibu sepenuhnya, melainkan juga ayah kandungnya. Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Judicial Review Pasal43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Mahkamah Konstitusi menetapkan bahwa Pasal 43 ayat (1) UU 1/1974 yang menyatakan, Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya harus dibaca, Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.

Contoh kasus:

1. Hak istri yang telah gugat fasakh:Jika perceraian putus, maka seorang suami tidak ada lagi hak untuk menafkahi istrinya. Menurut hukum positif atau hukum yang berlaku di negara kita maka jika seorang istri gugat fasakh, maka tetap memiliki hak 1:1 terhadap harta bersama. 2. Seorang suami menceraikan istrinya dengan cara mencemarkan nama baik sang istri

dengan menuduh istrinya selingkuh dan anak yang dilahirkan tersebut tidak diakui olehnya sebagai anaknya:Menyatakan seorang berzina haruslah cukup syarat yaitu ada 4 orang saksi yang melihat perbuatan zina tersebut. Misal ada kasus jika pihak istri yang melihat langsung kejadian tersebut maka istilahnya Li an, yaitu harus bersumpah 4x bahwa suaminya melakukan zina. Begitu pula dengan kasus ini. Tidak bisa seorang suami mengatakan istrinya telah selingkuh tanpa ada 4 saksi yang langsung melihat kejadian tersebut. Anak tidak boleh menjadi saksi, karena syarat saksi adalah baligh dan taat sholat. Rasul sendiri tidak pernah merajam perempuan yang dikatakan berzina, jika bukan karena perempuan itu sendiri yang mengakuinya. Sulit untuk merajam seseorang tanpa cukup syarat. Jadi dalam kasus di atas belum jatuh talak, statusnya masih nikah (tidak cerai) karena tidak ada saksi.

3. Status anak dari hasil pemerkosaan, apakah ikut ibunya atau ayahnya (lelaki) yang telah memperkosa ibunya:Perbuatan perkosaan adalah suatu dosa besar. Pelaku berdosa besar tetapi korban perkosaan tidak berdosa. Si korban tidak boleh dinikahkan dengan si pemerkosa jika ada paksaan. Tidak perlu karena untuk menjaga kehormatan nama keluarga atau gampong, lalu pihak masyarakat memaksakan mereka untuk menikah. Jadi jangan hanya untuk memihak kehormatan keluarga atau gampong, tetapi harus memperhatikan perspektif korban. Semenjak turun Surat An-Nur, Rasul tidak pernah merajam seorang pun. Mengenai anak, sebelum dewasa, ia ikut ibunya, tetapi setelah dewasa menurut hukum positif, maka si anak memiliki hak untuk memilih apakah ikut ibunya atau ayahnya.

kepadanya. Karena alasan tidak memiliki keturunan maka si Suami mentalaq 3 si istri tanpa memberikan sedikitpun harta kepada Istrinya: Memiliki keturunan merupakan salah satu dari beberapa tujuan perkawinan, selain untuk menentramkan jiwa, menghindari maksiat, dan memperluas silahturrahmi. Sedekah yang paling baik dan tinggi pahalanya adalah memberikan nafkah kepada istri dan anaknya dibandingkan sedekah ke mesjid atau orang miskin. Jatuh talaq tiga secara hukum Islam. Sah sekali talaq secara hukum perkawinan atau hukum negara. Talak dilakukan satu kali di pengadilan untuk mendapatkan legalitas hukum (surat cerai).

5. Istri ditalak saat hamil:jatuh talak, tetapi ini disebut Talaq Bid i artinya talak yang menyimpang dari ajaran Islam. Rasul sangat melarang talak yang dilakukan di saat hamil, menstruasi dan sakit berat.

6. (a)Ada sepasang suami-istri yang telah fasakh, kemudian ingin rujuk lagi. Bagaimana hukumnya? (b) kalimat, sudah kupulangkan dia ke orang tuanya, apa itu sudah jatuh talak?(a) Jika sudah fasakh artinya tidak boleh balik lagi, karena fasakh = talaq artinya sudah bercerai atau pisah. Nikah Mukhalaq boleh dan sah jika dia menikah kembali terjadi secara alami dan kembali ke istri pertama secara alami. (b) Kata-kata kiasan tidak jatuh talak. Saksi talak lebih kuat daripada saksi perkawinan dan ini termuat dalam Al-Quran. Sedangkan pentingnya saksi perkawinan termuat dalam hadist. Perempuan adalah perhiasan paling berharga dan ditempatkan pada tempat yang sebaik-baiknya.

Referensi

Husein Muhammad, Pemenuhan Hak Asasi Perempuan dan Pandangan Islam mengenai Kesetaraan Gender . Makalah diskusi Pengintegrasian dan Pelaksanaan Konvensi CEDAW dalam Peraturan dan Kebijakan Nasional menuju Kesetaraandan Keadilan Gender , 31 Mei 2012

I. KEPEMIMPINAN DI TINGKAT KOMUNITAS

Dalam dokumen Modul Penguatan Kader Gampong untuk Mela (Halaman 40-45)