Lembar Diskusi Kelompok
Pelaksanaan 1. Pelatih bertanya kepada peserta mengapa harus mengarusutamakan pemberdaan perempuan dan perlindungan anak dalam pelayanan publik Apa manfaatnya? Pelatih memaparkan materi ini dengan menggunakan PPT Pengarusutamaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Pelayanan Publik
Pelatih memaparkan dengan menggunakan PPTTantangan dan Strategi dalam Pengarusutamaan Gender(Gender mainstreaming)DiIndonesia
Pelatih memaparkan dengan menggunakan PPTPelayanan Publik Peka Gender Pelatih meminta pesera untuk membentuk kelompok (4-5 kelompok) dan setiap kelompok diminta untuk mengambil 1 gambar yang ditebarkan di lantai. Pelatih meminta kelompok untuk mendiskusikan gambar-gambar tersebut, hak apa yang tidak terpenuhi dari tokoh yang ada dalam gambar? Jenis layanan apa yang dibutuhkan? Apa strateginya agar hak perempuan dan anak dapat terpenuhi dalam pelayanan publik. Pelatih meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pelatih membuat rumusan bersama tentang jenis layanan yang dibutuhkan kaum perempuan dan anak, serta strategi untuk pemenuhannya.
Pelatih melanjtukan pembahasan tentang pelayanan publik peka gender dengan menggunakan PPT Pengarusutamaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Pelayanan Publik
Pelatih melontarkan pertanyaan untuk memicu diskusi peserta:
Pelayanan apa yang menurut kita di Aceh ini yang belum mengarusutamakan perempuan dan perlindungan anak dalam Pelayanan Publik di Aceh?
Ringkasan Materi
Pemahaman gender dalam pelayanan publik:
• Dalam perspektif gender, masyarakat dilihat sebagai kelompok sosial yang bersifat majemuk, memiliki kelas sosial, latar budaya, dan jenis kelamin yang berbeda.
• Kepentingan individu dan kelompok dalam masyarakat dikonstruksikan oleh nilai-nilai masyarakat dalam situasi yang berbeda-beda. Akibatnya terjadi perbedaan pengakuan dan perlakuan.
• Karena itu, proses identifikasi kebutuhan pelayanan publik harus memperhatikan aspek gender
Mengapa pelayanan publik harus peka gender?
Pelayanan publik penting untuk perempuan karena memiliki peran utama sebagai ibu, pengurus rumah tangga, & pengurus anak sangat tergantung pada pelayanan dasar seperti kesehatan, akses air bersih, sanitasi, pendidikan anak.
Pelayanan dasar pemerintah, termasuk pemilihan umum, pengadilan, dan registrasi kependudukan juga penting untuk memperjuangkan hak-hak dasar perempuan
Indikator MDG saat ini belum berhasil memastikan pelayanan publik dapat diakses dengan maksimal oleh kaum perempuan
Indikator capaian MDG, belum secara spesifik memasukkan aspek pelayanan publik dasar, misalnya: belum ada indikator terkait dengan keadilan dan keamanan yang terkait dengan penjaminan hak-hak dasar perempuan
Saat ini pelayanan publik peka gender jauh ketinggalan dibandingkan dengan dukungan kesetaraan gender di sektor lain
Pemerintah berperan strategis dalam memastikan pelayanan publik memperhatikan kepentingan perempuan yang secara umum merupakan pengguna pelayanan publik terbesar
Perlu upaya melembagakan pelayanan publik yang peka gender dan mendorong terjadinya pertukaran informasi praktek baik dalam pelibatan perempuan pada bidang pemerintahan dan administrasi publik untuk mencapai pembangunan sosial dan eknomi yang adil
Pelayanan Publik Peka Gender merupakan komponen penting dalam mewujudkan kepemerintahan yang inklusif serta mencapai target agenda MDG
Pencapaian target MDG bisa terhambat jika akses perempuan terhadap pelayanan publik terbatas
Perempuan seringkali dibatasi oleh jarak, status sosial ekonomi, pada berbagai pelayanan publik
Kegagalan pelayanan publik biasanya berdampak lebih buruk pda perempuan dan anak perepuan dibandingan pada laki-laki
Contoh Pelayanan Publik Peka Gender:
o Di Indonesia, Penempatan bidan desa tahun 1990 telah berhasil mengurangikematian
ibu sebesar 42 % sejak tahun 1989.
o Pada sektor pendidikan, UNESCO mencatat bahwa peningkatan jumlah guru perempuan
terkait erat dengan meningkatnya anak perempuan yang mendaftar sekolah, khususnya di perdesaan
Kebijakan Presiden RI Paska Reformasi terkait Kesetaraan Gender:
o BJ Habibiedibentuk Komnas Perempuan melaluiKeppres Nomor 181/Tahun 1998 o Gus Dur dikeluarkan Inpres Nomor 9/Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender/PUG (Gender Mainstreaming) yang mengharuskan setiap institusi penyelenggara pemerintahan mengintegrasikan pengarusutamaan gender dalam program dan budgetnya; dirumuskan RAN penghapusan kekerasan terhadap perempuan (National Plan of Action on the Elimination of Violence against Women) pada Tahun 2000
o Megawati UUNomor 23/Tahun 2004 tentang PKDRT;Keppres RI Nomor 87/ Tahun
2002 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) penghapusan ekploitasi seksual komersial anak; Keppres RI Nomor 88/ Tahun 2002 tentang RAN perdagangan perempuan dan anak.
o SBY revisi UU Kewarganegaraan menjadi UU Nomor 12/Tahun 2006, yang
memungkinkan seorang perempuan Indonesia dapat di rujuk sebagai sumber kewarganegaraan anaknya, maupun mensponsori perpindahan kewarganegaraan suaminya;UU Nomor 21/Tahun 2007tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO); Inpres no 03 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan
Bagaimana mewujudkan Pelayanan Publik Peka Gender?
Peningkatan jumlah perempuan pada garda terdepan pelayana publik dapat mengurangi hambatan akses pelayanan publik bagi perempuan
Perlu mempertimbangkan sisi kebutuhan dan membangun kapasitas perempuan dalam memobilisasi kebutuhan tersebut dengan cara meningkatkan akuntabilitas sosial Keterlibatan perempuan dan organisasi perempuan dalam pelayanan publik diperlukan
untuk memastikan terjadinya peningkatan akuntabilitas pelayanan publik. Misalnya dengan penggunaancitizen report cards,audit sosial atau monitoring partisipatif
Jumlah perempuan pada aspek disain pelayanan publik perlu ditambah, terutama perenpuan yang memiliki kapasitas pengambilan keputusan
Strategi Alternatif dalam Mewujudkan Pelayanan Publik Peka Gender
Rancangan dan administrasi pelayanan publik harus menggunakan data yang peka gender(sex-disaggregated data)berwenang, baik di pusat maupun di daerah
Proses perencanaan dan penganggaran nasional dan daerah harus memasukkan aspek gender dalam mengembangkan kebijakan dan alokasi sumberdaya
Pemerintah hendaknya mengembangkan indikator peka gender untuk menilai kinerja anggaran agar bisa mengukur prioritas anggaran bagi pelayanan yang memprioritaskan perempuan
Perlu mendefinisikan kembali kerjasama pemerintah dengan aktor governance lain dlam penyelenggaraan pelayanan publik
Pemerintah memiliki kewajiban membua standar minimum pelayanan publik peka gender. Serta membangun ketangka akuntabilitas yang mempertimbangkan hambatan pengguna pelyanan yang memiliki kebutuhan beragam, termasuk perempuan, anak- anak dan kelompok terpinggirkan lainnya
Pelibatan perempuan dn LSM dalam proses perbaikan penyelengaraan pelayanan publik perlu ditingkatkan untuk menjamin akuntabilitas pelayanan publik.
Pemerintah harus membangun system dan mekanisme yang menjamin interaksi dengan penyelenggara pelayanan publik, mengembangkan metode pelayanan publik, menyediakan media feedbackterkaitkualitas pelayanan , memonitprdan mengevaluasi kinerja pelayanan publik peka gender
pengaduan, (3) mekanisme pengawasan/umpan balik
• Memastikan kepentingan dan kebutuhan perempuan masuk pada rencana perbaikan pelayanan publik
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PRAKTIS DAN STRATEGIS
KEBUTUHAN PRAKTIS: Kebutuhan yang mampu mengubah kondisi secara langsung, misalnya: apakah proses identifikasi pelayanan publik mampu mengubah perlakuan yang kurang adil menjadi lebih adil
KEBUTUHAN STRATEGIS: Kebutuhan yang tidak berdampak langsung yang biasanya meliputi perubahan posisi tawar. Misalnya: pihak yang biasanya diatur menjadi mampu mengatur
PROBLEM PELAYANAN PUBLIK YANG TIDAK INKLUSIF
• Disamping masalah kesetaraan gender, pelayanan publik harusnya mempertimbangkan kelompok sosial lain yang rentan, seperti anak-anak.
• Sebagai wilayah pascakonflik dan bencana, beberapa wilayah di Aceh masih terdapat anak-anak yang terpinggirkan dan tidak memperoleh akses ke beberapa pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan
LBB Media Gambar Isu-isu Perempuan dan Anak dalam Regulasi
Gambar 1. Janda beranak empat yang bekerja jadi pemulung, tidak bisa pinjam uang di Koperasi karena tidak memiliki usaha formal, walaupun dari hasil pemulung bisa mencukupi kebutuhan bahkan bisa menyekolahkan anak.
Gambar 2. Perempuan dan anak-anak setiap pagi harus berjalan jauh untuk menimba/mengambil air bersih.
Gambar 3. Keluarga miskin yang memiliki anak berpenyakit polio terbaring di rumah tanpa berobat karena letak rumah jauh dari rumah sakit dan tidak ada ongkos untuk itu.
Gambar 4. Seorang istri mengalami kekerasan dalam rumah tangga (oleh suami) tetapi tak bisa berbuat apa-apa, karena tidak tahu kemana harus mengadukan persoalan itu.
Gambar 5. Seorang anak sangat berprestasi di SD, tetapi karena dia berasal dari keluarga miskin dia tidak bisa meneruskan sekolah ke SMU berhubung lokasi SMP jauh dari tempat tinggalnya. Walau gratis, tetapi tak punya biaya untuk transport dan kebutuhan sekolah yang lain.
IV. MONITORING DAN EVALUASI PELAYANAN PUBLIK
Tujuan Peserta memahami pentingnya membangun komitmen melalui monitoring dan
evaluasi dalam memperbaiki kualiatas pelayanan publik
Peserta mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh dalam upaya perbaikan mekanisme pelayanan
Materi Pentingnya membangun komitmen dalam memperbaiki kualitas pelayanan public
Langkah-langkah Umum Upaya Perbaikan Mekanisme Pelayanan
Metode Pemaparan, Diskusi Kelompok, Presentasi dan Diskusi Pleno
Waktu 60 menit
Alat dan
Bahan PPT. Langkah-langkah Umum Proses Perbaikan PelayananLBB Kartu-kartu Langkah Umum 5 set
Langkah
Pelaksanaan 1. Pelatih membagi peserta menjadi 4 kelompok, dan membagikan 1 set kartu langkah-langkah umum perbaikan mekanisme pelayanan kepada setiap kelompok. Pelatih