• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan alat reproduksi (30 menit) Fasilitator menyiapkan gambar-gambar organ kespro laki-laki dan perempuan,

Dalam dokumen Modul Penguatan Kader Gampong untuk Mela (Halaman 33-36)

Lembar Contoh Kasus

Pelaksanaan 1. Pengenalan alat reproduksi (30 menit) Fasilitator menyiapkan gambar-gambar organ kespro laki-laki dan perempuan,

tempelkan pada dinding. Fasilitator meminta peserta menyebutkan jenis organ tersebut beserta fungsinya masing-masing, lalu memaparkan organ-organ penting kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki. Berikan waktu untuk tanya jawab.

2. Pengertian hak kesehatan reproduksi perempuan (30 menit) Lakukanlah curah pendapat dengan menggunakan metacard untuk mendiskusikan bersama peserta apa yang menjadi dampak dari tidak diperhatikannya hak-hak reproduksi perempuan. Fasilitator memaparkan pentingnya memperhatikan hak kesehatan reproduksi perempuan beserta konteks sosialnya.

3. Gender dan tubuh perempuan (30 menit)

Fasilitator memaparkan singkat tentang keperawanan, lalu meminta tanggapan peserta tentang ketimpangan gender dalam keperawanan. Diskusikan tentang kaitan gender dan tubuh perempuan dalam konteks sosial, budaya, dan politik disertai dampaknya pada kespro. Simpulkan secara bersama-sama tentang pentingnya keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam perlindungan hak reproduksi perempuan.

Ringkasan Materi

Pengertian Kesehatan (World Health Organization): Kesehatan fisik, kesehatan mental dan sosial sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomi, maupun sosial (mencakup kualitas hidup)

Kesehatan reproduksi:Keadaan sehat menyeluruh, meliputi fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri.

CEDAW pasal 12:

 Negara-negara yang telah menandatangani konvensi berkewajiban melakukan tindakan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dibidang kesehatan termasuk pelayanan yang berhubungan dengan keluarga berencana atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan

 Negara-negara yang telah menandatangani konvensi berkewajiban menjamin bahwa perempuan mendapat pelayanan yang layak berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan masa sesudah persalinan, dengan memberi pelayanan cuma-cuma di mana perlu, serta memberikan makanan bergizi yang cukup selama kehamilan dan masa menyusui  Hak perempuan (Perpres No.7 tahun 2005):

1. Menjadi diri sendiri membuat keputusan, mengekspresikan diri, menjadi aman, menikmati seksualitas, dan memutuskan apakah akan menikah atau tidak.

2. Tahu mengenai hak reproduksi dan seksualnya, kesehatan reproduksi dan seksualnya, termasuk kontrasepsi, IMS, HIV/AIDS dan anemia

3. Dilindungi dan melindungi diridari kehamilan yang tidak direncanakan, aborsi tidak aman, IMS, HIV/AIDS dan kekerasan seksual

4. Mendapatkan pelayanankesehatan secara bersahabat, menyenangkan, akurat, berkualitas dan dengan menghormati hak remaja

5. Terlibat dalamperencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program remaja, serta mempengaruhi pemerintah dalam pembuatan kebijakan

 Dalam UUPA Nomor 11 Tahun 2006, masalah kesehatan menjadi bidang yang masuk dalam kewenangan otonomi daerah. Secara umum kerangka dasar pengaturan pelayanan kesehatan di Aceh mengacu pada kerangka CEDAW. Hal ini dapat diketahui dari ketentuan yang diatur dalam Pasal 224 yaitu:

• Prinsip Kesetaraan: setiap penduduk Aceh mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan dalam rangka meujudkan derajat kesehatan yang optimal. Artinya baik perempuan maupun laki-laki berhak untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya, yang dalam hal ini kebutuhan khusus perempuan berupa kesehatan reproduksi (ayat (1)).

• Non Diskriminasi dan tanggung jawab negara: pemerintah berkewajiban memberi pelayanan kesehatan secara gratis pada anak yatim dan fakir miskin (ayat (4)).

Kita memiliki reproduksi sehat apabila:

 Mampu mempunyai anak/keturunan yang sehat

 Mampu mengendalikan diri untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah  Mampu menjalankan kehidupan seksual yang sehat dengan pasangan yang sah  Tidak menular dan tertular penyakit kelamin

 Tidak memaksa dan dipaksa oleh pasangan kita apalagi oleh orang lain  Bisa memperoleh informasi dan pelayanan reproduksi yang kita butuhkan

 Keputusan apapun yang kita ambil seputar kesehatan reproduksi bisa dipertanggung jawabkan

Masalah kesehatan reproduksi perempuan:

• Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan307 / 100.000 kelahiran

• Tingginya angka kematian bayi35 dari 1000 kelahiran

• Pelayanan kesehatan yang buruk RS dan puskesmas tidak memberikan pelayanan maksimal untuk kebutuhan kesehatan perempuan

• Lebih dari separuh penduduk perempuan tidak ber-KB BNA : 54, 4 % PR tidak pakai alat/cara KB, NAD : 59,3% PR tidak pakai alat/cara KB (Sumber : SDKI 2007, BPS, diolah oleh HIS)

Partisipasi KB laki laki rendah (1) pengetahuan laki-laki tentang KB rendah, (2) anggapan bahwa KB adalah urusan perempuan, (3) minimnya alat/cara KB khusus bagi laki laki

• Sulit mengakses sarana/prasarana kesehatanLokasi jauh, keterbatasan transportasi, model pelayanan kesehatan konvensional: pasien yang datang ke pusat pelayanan

• Kondisi ekonomi yang buruk dan tugas domestik yang terlalu berat untuk perempuan hamil

• Faktor budaya memperburuk kesehatan ibu dan anak Tradisi hanya memakan nasi dan air putih bagi perempuan yang baru melahirkan

• Meningkatnya KDRT yang berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kesehatan fisik dan mental

Masalah Selaput Dara dan keperawanan: Selaput dara dapat pecah karena beberapa hal diantaranya hubungan seksual, olah raga, trauma dll. Namun tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui pecah atau tidaknya selaput dara kecuali dengan melakukan pemeriksaan medis. Karena itu tidak ada tanda-tanda yang dapat dijadikan indikator perawan atau tidaknya seorang gadis.pecahnya selaput dara tidak harus selalu ditandai dengan keluarnya darah karena selaput dara hanyalah lembaran selaput yang sangat tipis dan elasitas antara satu dengan yang lainnya berbeda. Keluarnya darah hanya terjadi bila diantara selaput tersebut terdapat lintasan saluran darah yang terputus ketika selaput darah pecah.

Seringkali karena ketidakadilan gender, keperawanan hanya dituntut dari pihak perempuan, sementara keperjakaan tidak pernah dituntut dari pihak laki-laki. Karena itu kepada remaja putra yang menginginkan mendapatkan pendamping yang masih perawan agar tidak merusak keperawanan anak gadis. Kepada para remaja putri diharapkan untuk tidak mudah tergoda dengan berbagai rayuan yang diajukan oleh para lelaki karena yang akan menanggung kerugian adalah pihak perempuan.

V. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Tujuan 1. Meningkatkan pemahaman peserta tentang Kekerasan Terhadap Perempuan

(KTP): jenis, bentuk dan ranah terjadinya

2. Meningkatkan pemahaman peserta terhadap siapa saja yang menjadi pelaku dan wilayah terjadinya kekerasan terhadap perempuan

3. Meningkatkan pemahanan peserta tentang dampak-dampak yang dialami perempuan korban kekerasan

Materi 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan

2. Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan 3. Ranah Kekerasan Terhadap Perempuan

4. Dampak yang dialami perempuan korban kekerasan

Metode - Nonton Film/bermain peran

- Bedah Kasus - Diskusi Kelompok - Presentasi

Waktu 90 menit

Alat/Bahan - Lembar bermain peran

- Plano, flip chart

- Spidol, lakban, meta card, krayon - Alat presentasi (LCD/Infocus, Laptop)

Langkah

Dalam dokumen Modul Penguatan Kader Gampong untuk Mela (Halaman 33-36)