• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

2.2.2 Hakikat Model Pembelajaran PAIKEM GEMBROT

Menurut Soekamto yang dikutip Ahmadi dan Amri (2011: 8)

mengemumakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar“. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siwa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pembelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah PAIKEM GEMBROT pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Trianto dalam Depdiknas, 2006: 5).

PAIKEM GEMBROT sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18) sebagai berikut:

1) Memudahkan pemusatan perhatian pada stau tema tertentu.

2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai KD antar isi mata pelajaran dengan tema yang sama.

4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain

7) Guru dapat mengehmat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara PAIKEM GEMBROT dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan materi (Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18).

Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, PAIKEM GEMBROT memiliki beberapa keuntungan antara lain; (1) tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran; (2) hubungan antara Mata Pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami; (3) guru bebas membantu siswa melihat masalah situasi atau topik dari beberapa sudut pandang; (4) dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran bahkan empat dinding kelas; (5) pengelolaan masyarakat belajar terfasilitasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 26).

Sedangkan keuntungan PAIKEM GEMBROT bagi siswa antara lain adalah; (1) bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar daripada hasil belajar; (2) menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif; (3) merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas; (4) membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman; (5) menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat

keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 26).

Selain kelebihan yang dimiliki PAIKEM GEMBROT juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya. Puskur Balitbang yang dikutip Ahmadi dan Amri (2011: 27) mengidentifikasikan beberapa keterbatasan pembelajaran PAIKEM GEMBROT (jika digunakan di SMP tau SMA/Sederajat), antara lain dpaat ditinjau dari berbagai aspek sebgaai berikut:

(1) Aspek guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran Membuat Pola agar bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka PAIKEM GEMBROT akan sulit terwujud (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).

(2) Aspek peserta didik

PAIKEM GEMBROT menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relative baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kerativitasnya. Hal ini terjadi karena model ini menekankan pada kemampuan analitik mengurai mata pelajaran membuat pola, kemampuan asosiatif, eksploratif dan elaboratif (menghubungkan dan menemukan yang terkait dengan mata pelajaran membuat pola). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model PAIKEM GEMBROT ini sangat sulit dilaksanakan (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).

(3) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

PAIKEM GEMBROT memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Khususnya dalam pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI yang menggunakan teknologi komputer, bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat (Ahmadi dan Amri, 2011: 27).

(4) Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada target pencapaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu hanya sebatas pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan ceramah dan MPI, sedangkan untuk menilai hasil belajar guru menggunakan lembar observasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).

(5) Aspek penilaian

PAIKEM GEMBROT membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (Komperehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari berbagai bidang kajian terkait yang dipadukan. Guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komperehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran dari guru yang berbeda (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).

(6) Aspek suasana pembelajaran

PAIKEM GEMBROT berkecendurungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain, dengan kata lain pada saat mengajarkan sebuah tema maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri (Ahmadi dan Amri, 2011: 28).

2.2.3 Karakteristik Paikem Gembrot

PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran disekolah memiliki karakteristik-karakteristik antara lain; berpusat pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 29). a. Berpusat pada siswa

PAIKEM GEMBROT berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola menggunakan metode ceramah dan MPI, semua materi sudah disajikan lengkap didalam media sehingga fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada media dan siswa.

b. Memberikan pengalaman langsung

PAIKEM GEMBROT memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Dengan pengalaman langsung pada pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran membuat pola, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas

PAIKEM GEMBROT pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Fokus pembelajaran pada mata pelajaran membuat pola diarahkan kepada pokok pembahasan membuat pola busana anak.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

PAIKEM GEMBROT menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran (Ahmadi dan Amri, 2011: 29). Pada pembelajaran mata pelajaran membuat pola siswa mampu memahami konsep-konsep membuat pola busana anak secara utuh.

e. Bersifat fleksibel

PAIKEM GEMBROT bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainya maupun kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan siswa berada (Ahmadi dan Amri, 2011: 30). Materi pada Mata Pelajaran membuat pola dapat dikaitkan dengan Mata Pelajaran lain misalnya Mata Pelajaran menggambar busana untuk melihat macam-macam desain busana anak, dan lain-lain.

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

PAIKEM GEMBROT mengadopsi prinsip belajar PAIKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Ahmadi dan Amri, 2011: 30).

2.2.4 Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT

Banyak teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT diantaranya adalah Teori Jean Piaget, Teori Konstruktivisme, Teori Bandura dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini.

2.2.4.1Teori Perkembangan Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (Nur dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya. (Hadisubroto dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 49).

Jelas teori Piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar

2.2.4.2 Teori Bandura

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah laku orang lain (Arends dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 55).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini, selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Ahmadi dan Amri, 2011: 55).

2.2.5 Penerapan PAIKEM GEMBROT dalam Proses Pembelajaran

Penerapan PAIKEM dalam pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk

mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya (Ramadhan dikutip Aufapunk.blogspot.com).

PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran.

(a) Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagai fasilitator (Aufapunk.blogspot.com). Fasilitator yang dimaksud yaitu guru memeberikan kenyamanan dan kelengkapan yang menunjang pada proses pembelajaran pada Mata Pelajaran Membuat Pola.

(b) Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya (Aufapunk.blogspot.com). Multimetode dan media yang digunakan pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu metode ceramah dan demonstrasi, dan metodeceramah dan MPI

(c) Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa tertekan sehingga proses berpikir anak akan berjalan normal (Aufapunk.blogspot.com).

(d) Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas (Aufapunk.blogspot.com).

2.2.6 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar, Sarana dan Prasarana Penunjang dan

Dokumen terkait