• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PEMBELAJARAN

2.7 Kerangka Berfikir

SMK Al-Musyafa‟ Kendal menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang menuntut siswa memiliki kemampuan dalam membuat pola, pada pokok bahasan membuat pola anak yaitu berisi uraian pengetahuan tentang alat, bahan untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak dan pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dan desain dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP. Mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola anak merupakan mata pelajaran berbentuk teori dan praktik, agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar maka diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah dengan menggunakan metode dan media pembelajaran.

Metode ceramah & demonstrasi merupakan suatu kombinasi metode pengajaran yang digunakan dalam menjelaskan materi Mata pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak dalam bentuk teori dan praktek, materi teori dijelaskan menggunakan ceramah secara lisan, sedangkan demonstrasi digunakan untuk menjelaskan materi praktek pokok bahasan membuat pola.

Metode ceramah dan MPI merupakan kombinasi metode pengajaran ceramah dengan multimedia pembelajaran interaktif. Media pada mata pelajaran membuat pola (Pattern Making) mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai penjelas akan suatu materi juga merupakan acuan bagi siwa. Media yang disajikan secara menarik akan lebih efektif dengan memperhatikan setiap detail materi yang diajarkan. Berdasarkan kondisi yang telah ada, banyak tenaga pengajar

yang belum menggunakan media pembelajaran yang menarik dan variatif dalam proses belajar.

Perbedaan Metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI Tabel 2.4. Kelebihan metode ceramah dan demostrasi dengan

metode ceramah dan MPI

Metode Ceramah dan Demostrasi Metode Ceramah dan MPI 1. Guru mudah menguasai kelas

2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas

3. Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar.

4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya.

5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Ceramah dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata/kalimat).

6. Siswa lebih mudah mempelajari apa yang yang dipelajari.

7. Proses pengajaran lebih menarik. 8. Siswa dirangsang untuk aktif

mengamati, menyesuaikan antara teori dan praktek, dan mencoba melakukanya sendiri

1. Guru mudah menguasai kelas.

2. Memudahkan guru dalam proses pembelajaran.

3. Mudah pelaksanaan pembelajaranya 4. Dapat diikuti siswa perorangan

maupun dalam jumlah yang besar. 5. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 6. Efektif dalam penggunaan waktu,

karena guru tidak perlu mendemonstrasikan di papan tulis, cukup dengan penjelasan dengan metode ceramah dan materi praktik sudah tersedia dalam media.

7. Siswa dapat mengontrol iklim belajarnya sendiri sesuai kecepatan menerima pelajaran.

8. MPI dapat merekam hasil belajar siswa.

9. MPI dapat memberikan penilaian hasil belajar.

10. MPI dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata (seperti kuman, bakteri, elektron dan lain-lain).

11. MPI dapat Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan kesekolah (seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain).

12. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat.

13. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dan lain-lain.

14. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Tabel 2.5. Kekurangan metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI

Metode Ceramah dan Demostrasi Metode Ceramah dan MPI 1. Mudah terjadi verbalisme (pengertian

kata-kata).

2. Pembelajaran dengan metode ceramah indera pendengaran lebih banyak digunakan dalam mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru sedangkan indera yang lain jarang dipergunakan. 3. Bila digunakan terlalu lama, menjadi

membosankan.

4. Menyebabkan siswa menjadi pasif 5. Guru menyimpulkan bahwa siswa

mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.

6. Metode demonstrasi memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.

7. Fasilitas seperti; peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

8. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, mungkin perlu menggunakan waktu atau jam pelajaran lain

1. Ketersediaan sumber belajar setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

2. Memproduksi media memerlukan waktu yang lama, proses yang panjang, tenaga dan fasilitas.

3. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

4. Media MPI hanya bisa di gunakan menggunakan teknologi komputer.

MPI adalah suatu media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. MPI berfungsi sebagai media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengajar, MPI dalam penggunaan di kelas menggunakan bantuan fasilitas sekolah berupa hardware LCD dan komputer yang diproyeksikan di papan tulis, besar kecilnya proyeksi disesuaikan dengan kondisi kelas dan jumlah siswa.

Penggunaan MPI dapat mengkondisikan siswa berinteraksi secara aktif dan mandiri dalam mengikuti pelajaran, karena materi pelajaran terpusat pada media dan siswa diberi kebebasan untuk dapat mengoperasikan media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. MPI berisi seperangkat pesan-pesan pembelajaran yang terkemas secara harmonis baik text maupun hipertext, animasi terpadu dengan gambar-gambar. Metode ceramah dalam pembelajaran ini digunakan dalam menjelaskan materi berbentuk teori.

Metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran produktif Program Keahlian Tata Busana di SMK salah satunya yaitu Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak. Persamaan dari kedua media ini yaitu sama-sama menggunakan metode ceramah namun perbedaanya terletak pada kombinasi metodenya yaitu menggunakan metode demonstrasi dan MPI. Tujuan penggunaan kedua kombinasi metode pada penelitian ini adalah agar siswa dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan pola busana anak dari awal sampai akhir agar siswa dapat menyerap materi yang dberikan dan dapat mempraktekkanya, di duga ada perbedaan hasil belajar lebih baik dari sebelumnya sehingga berpengaruh pada peningkatan minat dan prestasi belajar pada siswa.

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap pertanyaan penelitian (Azwar, 2010: 49).

Penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai berikut : a. Hipotesis alternative (Ha)

Ada Perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola pada siswa

Al-Musyafa‟ SMK kelas X yang diajar dengan metode ceramah & demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI

b. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada Perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola pada siswa

Al-Musyafa‟ SMK kelas X yang diajar dengan metode ceramah & demonstrasi dengan

110

Dokumen terkait