• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PEMBELAJARAN

4.2 Analisis Data

4.2.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata

Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana

anak di SMK Al-Musyafa‟ Kendal. Pengujian hipotesis menggunakan t-test,

membandingkan sebelum dan sesudah threatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2. Diagram dan tabel rata-rata hasil pre test dan post test dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 4.1. Diagram Rata-Rata Hasil Pre test dan Post test

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Metode Ceramah dan MPI

Metode Ceramah dan Demonstrasi

32.76 31.89 77.20 69.45 Pre test Post test P e m b e la ja ra n

Tabel 4.5 Hasil Uji t Membuat Pola (Pattern Making)

Data Kelompok

Rata-rata thitung ttabel Kriteria

Pre- test

Metode ceramah dan MPI 32,76

1,260 1,67 Tidak ber-

Metode ceramah dan demonstrasi 31,89 beda nyata

Post- test

Metode ceramah dan MPI 77,20

8,0544 1,67 Berbeda

Metode ceramah dan demonstrasi 69,45 Nyata

Sumber : Data penelitian (Lampiran halaman 179 dan 194 )

Hasil penelitian nilai rata-rata hasil belajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan metode ceramah dan MPI pada kelompok eksperimen1 dan kelompok eksperimen2 membuat pola menunjukkan bahwa pengajaran menggunakan metode ceramah dan demonstrasi tidak lebih baik dari pada pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dan MPI. Bila thitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, maka Ho diterima. Hasil data penelitian ternyata thitung

lebih besar dari pada t tabel dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) pokok bahasan membuat pola busana anak di SMK Al-Musyafa‟ Kendal.

4.3 Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini diuraikan dalam permasalahan, yaitu; (1) apakah ada perbedaan hasil belajar Mata Pelajaran Membuat Pola (Pattern Making) yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan demonstrasi pada siswa kelas X di SMK Al-Musyafa‟

Kendal. Pembelajaran pada kelompok eksperimen 1 menggunakan metode ceramah dan MPI. Pada kelompok eksperimen 2 diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.

Hasil analisis uji prasyarat menyatakan bahwa data hasil belajar tes objektif dan praktek pada kelompok eksperimen 1 yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi pada saat pretest dan postest dinyatakan berdistribusi normal dan homogen sehingga dapat dilakukan analisis parametik. Analisis parametik yang dipakai pada penelitian ini adalah t-test. Hasil analisis t-test pretest eksperimen 1 dan eksperimen 2 menyimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama. Hal ini dikarenakan baik pada kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 saat pretest, kedua kelompok sama-sama belum mendapatkan materi membuat pola busana anak.

Metode ceramah dan MPI merupakan kombinasi metode dan media pembelajaran. Metode ceramah digunakan guru dalam mengajarkan siswa materi berbentuk teori pada pokok bahasan membuat pola busana anak, sedangkan media disini digunakan sebagai alat bantu mengajar/ memudahkan guru dalam mengajar. Media yang dimaksud adalah Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) yang

menggunakan teknologi komputer dalam pengoperasianya, sebelum digunakan media MPI diuji kelayakan media serta kesesuaian materi oleh pakar media. Hasil evaluasi media menunjukkan bahwa media tersebut layak digunakan setelah beberapa kali dilakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan. Pembuatan media ini memakan waktu yang cukup lama dan memerlukan biaya yang besar dalam membuatnya. Hasil uji kelayakan media dapat dilihat pada lampiran.

Proses pembelajaran dengan kombinasi metode dan media ini menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pengertian MPI yaitu media yang dapat dikontrol oleh penggunanya, didalam media materi dikemas secara menarik dilengkapi dengan gambar-gambar, animasi, sound serta evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan cara ini dapat dilakukan dengan atau tanpa guru. Karena fungsi guru disini hanya membantu dan mengarahkan siswa.

Berbeda dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Metode ceramah digunakan mengajarkan teori dan metode demonstrasi digunakan untuk mengajarkan materi berbentuk praktek pokok bahasan membuat pola busana anak. Pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi mereka karena mereka tidak memiliki bahan lain sebagai referensi belajar seperti buku, aktifitas siswa dalam pembelajaran ini hanya mengamati, mendengarkan serta mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh guru,

Kedua kombinasi metode pembelajaran ini memiliki persamaan, perbedaan, kelebihan serta kekurangan. Persamaanya kedua metode mengajarkan materi

pelajaran yang sama dengan menggunakan ceramah untuk materi teori dan pada materi praktek sama-sama mengajarkan langkah-langkah pembuatan pola secara runtut. Perbedaanya proses pembelajaran dilakukan pada tempat berbeda kelompok eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI dilakukan di laboratorium komputer dan kelompok eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi dilakukan di dalam kelas.

Kelebihan metode ceramah dan demonstrasi tidak memerlukan waktu lama dalam persiapanya, menghemat biaya dalam pembelajaran dan dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil. Kelebihan metode ceramah dan MPI yaitu memudahkan guru dalam mengajar, menuntut siswa aktif dalam dalam pembelajaran karena pembelajaran dapat dilakukan mandiri tanpa guru, media dapat mengukur hasil belajar siswa karena terdapat evaluasi di dalamnya serta mengehemat waktu dalam pembelajaran dan pembelajaran dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil.

Kekurangan metode ceramah dan demonstrasi yaitu: guru dijadikan satu-satunya sumber belajar bagi mereka, memakan waktu lama dalam pembelajaran, demonstrasi hanya dapat dilakukan sekali dengan papan tulis, guru tidak bisa mengawasi siswa satu per satu karena guru mendemostrasikan di depan kelas dan memerlukan tenaga dan keahlian dalam mengajar. Kekurangan metode ceramah dan MPI yaitu; pembelajaran hanya bisa dilakukan menggunakan teknologi komputer, memakan waktu lama, tenaga, biaya yang cukup mahal dan keahlian khusus dalam membuat media.

Dari segi waktu, pembelajaran materi membuat pola busana anak pada kelas eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi membutuhkan waktu (4 x 45 menit). Pada kelas eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI, pembelajaran untuk materi ini dilakukan hanya dalam waktu (3 x 45 menit). Dengan demikian, kelas eksperimen 1 lebih efisien dari segi waktu yaitu dengan selisih waktu satu jam pelajaran. Efisiensi waktu satu kali pertemuan dapat digunakan untuk pembelajaran materi berikutnya agar semua kompetensi dasar yang terdapat di Mata Pelajaran Membuat Pola dapat dipelajari oleh siswa secara tuntas.

Hasil analisis t-test pada postest kelompok eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 menunjukan perbedaan. Hasil postest kedua kelas meningkat, namun hasil belajar kelas eksperimen 2 yang diajar menggunakan metode ceramah dan MPI jauh lebih baik daripada kelompok ekpserimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi (Gambar Diagram 4.1 dan lihat pada tabel 4.5). Hal ini dikarenakan siswa pada kelas eksperimen 2 dapat mempelajari sendiri materi secara visual dan audio sesuai dengan kecepatan masing-masing siswa dalam memahami. Pada kelompok eksperimen 2 guru hanya menjelaskan langkah-langkah pembuatan pola busana anak hanya sekali di papan tulis.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar teori dan praktek saat pretest dan post test pada kedua kelompok meningkat akan tetapi hasil belajar pada pada kelompok ini berbeda. Hasil belajar siswa pada materi berbentuk praktek menunjukan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar materi berbentuk teori. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah mempraktekan

daripada menghafal teori dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kelas eksperimen 1 yang diajar dengan metode ceramah dan MPI lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi.

Meski keduanya mengalami peningkatan dari hasil pre test dan post test, namun peningkatan pada kelompok eksperimen 2 tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini terlihat dari hasil mean kelompok yang tidak mencukupi dari standar KKM yang telah ditetapkan, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dalam kelompok ini kurang berhasil. Faktor lain yang mempengaruhi kurang berhasil kelompok eksperimen 2 yaitu; bakat, minat siswa, dan intelegensi siswa.

Bakat yang dimaksud adalah bakat dalam bidang busana, siswa yang memiliki bakat lebih cepat menerima pelajaran dibanding dengan siswa yang tidak memiliki bakat yang cenderung lamban. Minat yang dimaksud adalah keinginan lebih dalam mengikuti pelajaran, pada pembelajaran kelompok eksperimen ini siswa cenderung bosan dan terlihat pasif dalam menerima pelajaran, agar siswa aktif guru mengajukan tanya jawab pada siswa. Intelegensi yang dimaksud adalah kecerdasan masing-masing siswa ada yang cepat, sedang dan lamban. Faktor ini berpengaruh dalam hasil belajar siswa, siswa dengan daya intelegensi tinggi cepat dalam menerima pelajaran pokok bahasan membuat pola busana anak begitupun sebaliknya.

Berbeda dengan kelompok eksperimen 1 yang mengalami peningkatan cukup signifikan dan melebihi standar KKM yang telah ditentukan, sehingga strategi belajar ini dapat dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dan

bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran mata pelajaran lainya.

Faktor–faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah dan MPI antara lain; intelegensi siswa, minat, motivasi, sarana dan fasilitas. Intelegensi yang dimaksud adalah kemampuan siswa yang ahli dalam mengoperasikan komputer serta kecakapan siswa dalam mengontrol cara belajarnya sendiri menggunakan media sesuai dengan kemampuan menerima pengetahuanya (intelegensi cepat, sedang atau lambat). Sarana dan fasilitas yang tersedia yaitu adanya LCD pada masing-masing kelas dan laboratorium komputer sehingga MPI efektif digunakan, minat siswa dalam mengikuti pembelajaran baik terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengoperasikan MPI.

Minat yang dimaksud adalah keinginan lebih untuk mengikuti pelajaran, pada proses pembelajaran ini minat siswa cenderung baik, siswa terlihat lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran dan mengontrol media.motivasi yang dimaksud adalah keinginan untuk mendapatkan hasil belajar lebih baik dari sebelumnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa pada kelompok eksperimen 1 dalam menerima pelajaran dengan metode ceramah dan MPI dan hasil belajar yang baik dibandingankan dengan kelompok yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi.

Dokumen terkait