• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEUNGGULAN KOMPARATIF BERAS SULSEL

B. Analisa Prefektif Perdagangan Beras Antarpulau

1) Harga tertimbang

Analisis integrasi pasar berdasarkan harga tertimbang (ratarata harga dari berbagai varietas beras di Sulsel), menunjukkan bahwa secara umum pasar beras di Sulawesi Selatan terintegrasi dalam jangka pendek dengan berbagai pasar acuan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi (32 pada masingmasing pasar acuan mendekati nilai 1 dan signifikan hingga 99%. Tingkat integrasi jangka pendek tertinggi pada pasar acuan Pontianak dan Samarinda, sedangkan terendah di Jayapura dan Jakarta. Koefisien integrasi jangka pendek di Pontianak mencapai 0,914 yang berarti perubahan harga rata-rata beras di pasar Pontianak hampir proposional

dengan perubahan harga ratarata beras di Sulawesi Selatan atau dengan kata lain perubahan harga ratarata beras di pasar Pontianak sebesar Rp. 1 ditransmisikan ke pasar beras Sulawesi Selatan sebesar Rp. 0,914, sedangkan perubahan harga ratarata di pasar Jayapura sebesar Rp. 1 rupiah, hanya ditransmisikan sekitar Rp. 0,538.

Sebaliknya indeks keterpaduan (integrasi) jangka panjang (IMC) menunjukkan bahwa pasar beras Sulawesi Selatan tidak terintegrasi dalam jangka panjang dengan semua pasar acuan, yang ditunjukkan oleh IMC yang jauh di atas 1. Nilai IMC yang besar (>1) menunjukkan kontribusi harga di Sulawesi Selatan pada periode sebelumnya (Lag harga di Sulsel) lebih dominan dibandingkan harga beras di pasar acuan pada periode sebelumnya (lag harga di pasar acuan).

Pasar dikatakan terintegrasi dalam jangka panjang apabila harga beras di pasar acuan pada periode sebelumnya memberikan kontribusi dominan terhadap perubahan harga di pasar beras di Sulawesi Selatan. Nilai IMC yang >1 ini menjelaskan bahwa perubahan harga di pasar beras di Sulawesi Selatan dalam jangka panjang tidak ditentukan oleh harga beras di pasar acuan, tetapi lebih banyak ditentukan oleh supply demand beras di pasar Sulawesi Selatan sendiri.

Tabel 4.15. Integrasi Pasar Beras Sulawesi Selatan Menurut Harga RataRata Tertimbang dengan Berbagai Pasar Daerah Tujuan Perdagangan Beras AntarPulau di Indonesia.

Pasar beras Sulawesi Selatan tidak terintegrasi dengan berbagai pasar acuan, menunjukkan bahwa suplai beras pada masingmasing pasar tersebut tidaklah didominasi oleh suplai beras dari Sulawesi Selatan secara berkelanjutan, tetapi dapat dipasok dari berbagai daerah sentra produksi beras lainnya di Indonesia.

2) Beras varietas IR1

Analisis integrasi pasar beras varietas IR 1 menunjukkan bahwa semua pasar acuan terintegrasi dalam jangka pendek dengan pasar beras varietas IR 1 di Sula wesi Selatan, kecuali pasar acuan Jayapura. Tingkat integrasi pasar dalam jangka pendek tertinggi terjadi pada pasar acuan Pontianak dengan koefisien sekitar 0,865, yang artinya tingkat perubahan harga ratarata di pasar beras Pontianak sebesar 1 satuan ditransmisikan atau mempengaruhi harga beras varietas IRRI sebesar 0,865 satuan di pasar beras Sulawesi Selatan.

Secara statistik, semua pasar acuan memiliki indikator integrasi jangka pendek ((32) yang signihkan hingga tarap kepercayaan 99%, dengan koefisien determinasi paling kecil sebesar 74,40% di pasar acuan Mataram yang artinya, perubahan harga ratarata beras di pasar acuan serta lag harga beras di pasar acuan secara bersamasama memberikan kontribusi sebesar 74,40% terhadap perubahan harga beras varietas IRR 1 di pasar beras sulsel, sedangkan sisanya sebesar 25,60% ditentukan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model.

Selanjutnya indikator analisis integrasi jangka panjang dengan metode IMC, menunjukkan bahwa semua pasar acuan tidak terintegrsi dalam jangka panjang dengan pasar beras varietas IR 1 di Sulawesi Selatan. Ketidakintegrasian pasar acuan dengan pasar beras varietas IR 1 Sulawesi Selatan ditunjukkan oleh kecilnya kontribusi

lag harga pasar acuan 03) terhadap perubahan harga beras varietas IR 1 di Sulsel atau dengan kata lain perubahan harga beras varietasi IR 1 di Sulawesi Selatan lebih banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar beras domestik dari pada beras IR 1 tersebut yang tercermin dari besarnya kontribusi lag harga beras IR 1 di Sulawesi Selatan (1).

Tabel 4.16. Integrasi Pasar Beras Varietas IR I Sulawesi selatan dengan berbagai Pasar Daerah Tujuan Perdagangan Beras anatar pulau di Indonesia

Selanjutnya hasil analisis menunjukkan bahwa lag harga beras pasar acuan yang berkorelasi negatif dengan harga beras varietas IR 1 di Sulawesi Selatan terjadi pada pasar acuan Jakarta, Samarinda, Ambon, dan Jayapura. Nilai korelasi negatif ini menunjukkan bahwa jika harga beras di pasar acuan tersebut meningkat, maka harga beras varietas IR 1 Sulawesi Selatan justru menurun.

Selanjutnya yang berkorelasi positif terjadi pada pasar acuan Mataram, Pontianak, dan Kendari. Fenomena ini menunjukkan bahwa daerahdaerah yang memiliki harga ratarata beras yang tinggi berkorelasi negatif dengan harga beras varietas IR 1 di Sulawesi Selatan, yaitu beras yang berkualitas rendah (harga murah). Sebaliknya daerah yang memiliki harga ratarata beras rendah (Pontianak, Mataram, dan Kendari lihat grafik harga) berkorelasi positif dengan harga pasar domestik beras varietas IR 1 di Sulawesi Selatan.

Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan fenomena seperti itu dapat terjadi: (1) Beras varietas IR 1 yang merupakan beras kualitas rendah dengan harga murah, hanya memiliki pangsa pasar daerah-daerah yang memiliki harga beras rendah seperti Mataram. Pontianak. Dan Kendari. (2) Beras varietas IR 1 dari Sulawesi Selatan di daerah pasar acuan seperti Jakarta, Samarinda, Jayapura dan Ambon merupakan kelompok barang "inferioi" karena ketika harga di pasar acuan tersebut meningkat, berbagai daerah penghasil beras dengan kualitas lebih bagus terutama pulau Jawa) memasok produksinya ke pasartersebut, akibatnya permintaan beras varietas IR 1 yang kualitasnya lebih rendah menurun. Kondisi pasar beras varetas IR 1 yang lesu di pasar acuan tentunya akan ditransmisikan ke pasar di Sulawesi Selatan sehingga harga beras varietas IR 1 di Sulawesi Selatan juga turut menurun.