• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEPASTIAN HUKUM YANG DIHADAPI OLEH INVESTOR

C. Harmonisasi Hukum dalam Kegiatan Penanaman Modal

Peraturan perundang - undangan yang baik adalah apabila ketentuan - ketentuan di dalamnya merupakan rumusan - rumusan yang selaras, serasi, dan sesuai dengan berbagai macam peraturan perundang - undangan lainnya, baik yang berhubungan dengan peraturan perundang - undangan yang setingkat (yang bersifat horizontal) maupun antara peraturan yang lebih rendah terhadap peraturan yang lebih tinggi (yang bersifat vertikal atau hierarkhis). Hal-hal inilah yang seringkali dimaksudkan dengan suatu sinkronisasi dan harmonisasi dalam pembentukan peraturan perundang - undangan.

Kata sinkronisasi diartikan sebagai perihal menyinkronkan, menyerentakkan, atau penyesuaian. Kata harmonisasi diartikan sebagai pengharmonisan, atau upaya mencari keselarasan. Dengan demikian pengertian sinkronisasi dan harmonisasi dalam pembentukan peraturan perundang - undangan dapat diartikan sebagai suatu upaya atau suatu kegiatan untuk menyelaraskan (membuat selaras), dan menyesuaikan (membuat

147

sesuai) antara suatu peraturan perundang - undangan dengan peraturan perundang - undangan yang lain, baik yang bersifat sejajar (horizontal) atau bersifat hierarkhis (vertikal).148

Harmonisasi hukum penanaman modal berarti menyelaraskan berbagai peraturan hukum di bidang penanaman modal, yang berarti adanya satu kesatuan berbagai peraturan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun ketentuan - ketentuan internasional di bidang penanaman modal. Usaha untuk melakukan harmonisasi sistem hukum berkenaan dengan terjadinya ketidakseimbangan antara perbedaan unsur - unsur sistem hukum, dapat dilakukan dengan ketidakseimbangan dan melakukan penyesuaian terhadap unsur - unsur sistem hukum yang berbeda itu.

Harmonisasi hukum penanaman modal tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum serta perlindungan hukum.149

148

Maria Farida Indrati, “Meningkatkan Kualitas Peraturan Perundang - Undangan di Indonesia”,

Kepastian hukum, ketertiban hukum, serta perlindungan hukum akan dirasakan sebagai kebutuhan yang hanya dapat terwujud melalui harmonisasi hukum. Penanaman modal di Indonesia merupakan satu kesatuan yang didalamnya terdapat hubungan hukum para pihak, pendirian perseroan terbatas, bidang usaha, badan hukum (perseroan terbatas), lembaga yang memberi izin , kewenangan, pengelolaan, sarana dan prasarana, pendukung dan mekanisme dari penegakan hukum.

149

Sigit Irianto, “Harmonisasi Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia”, diakses terakhir tanggal 9 Oktober 2012.

Peraturan perundang - undangan di bidang penanaman modal merupakan satu kesatuan yang dapat diterapkan secara keseluruhan tanpa memperhatikan perbedaan antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing yang memperoleh kesempatan, perlindungan, keamanan, kepastian hukum dan bidang - bidang usaha yang sama. Hal ini menunjukkan sikap non diskriminasi yang telah melekat dalam Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Unsur asing dalam penanaman modal menempatkan harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia tidak dapat dilepaskan dari ketentuan - ketentuan hukum negara penanam modal asing yang bersangkutan maupun ketentuan - ketentuan hukum yang berasal dari luar hukum Indonesia, dan/atau ketentuan - ketentuan hukum internasional. Perbedaan dan persamaan yang timbul dari peraturan perundang - undangan penanaman modal Indonesia dengan hukum internasional akan memberikan keselarasan dalam pengaturan penanaman modal di Indonesia. Satu kesatuan ini tidak berarti mengaburkan kewenangan negara Indonesia untuk mengatur penanaman modal, karena sebagai negara yang berdaulat, Indonesia tetap berkewajiban untuk melindungi kepentingan - kepentingan negara dan masyarakat.

Negara manapun tidak akan mungkin melawan arus globalisasi termasuk Indonesia. Salah satu karakter globalisasi hukum adalah substansi undang - undang dan perjanjian - perjanjian menyebar melewati batas - batas negara.150

150

Mahmul Siregar, Op.Cit, Hal 219.

Globalisasi hukum tersebut dapat terjadi melalui perjanjian - perjanjian dan konvensi internasional, perjanjian privat, dan institusi ekonomi baru. Langkah yang harus ditempuh adalah melakukan harmonisasi hukum nasional yang diselaraskan dengan ketentuan - ketentuan hukum internasional yaitu melakukan harmonisasi hukum antara peraturan perundang -

undangan nasional dengan instrumen - instrumen internasional. Di era globalisasi hukum tidak semata - mata melindungi kepentingan nasional tetapi harus juga melindungi kepentingan lintas negara.

Harmonisasi hukum merupakan upaya penyesuaian hukum tertentu dengan harmonis yang menjadikan hukum yang bersifat global yang dapat diakui dan diterima oleh berbagai negara dalam melaksanakan transaksi - transaksi perdagangan internasional dan penanaman modal asing. Harmonisasi hukum nasional dilakukan dengan menyelaraskan peraturan perundang - undangan dengan berbagai konvensi atau perjanjian internasional yang disusun oleh lembaga - lembaga internasional seperti World Trade Organization (WTO), The International Institute for the Unification of Private Law (UNIDROIT), United Nation Commission on International Trade Law

(UNCITRAL), United Nation Conference on International Trade and Law (UNCTAD), dan International Chamber of Commerce (ICC).151

Dalam kerangka ASEAN, kesepakatan penanaman modal justru menjurus untuk saling bersinergi dan berkolaborasi antar negara anggota seperti keinginan untuk saling mempromosikan dan memajukan investasi daerah antar kawasan. Berdasarkan kerangka perjanjian tentang investasi daerah ASEAN, seluruh negara anggota sepakat untuk saling mempromosikan investasi daerah antar kawasan dan melakukan liberalisasi peraturan investasi. Pada forum kerjasama regional, kesepakatan penanaman modal yang lahir akibat keinginan melakukan integrasi ekonomi kawasan.

Harmonisasi hukum internasional adalah pengharmonisasian hukum yang sangat pluralitas untuk membentuk hukum yang dapat disetujui dan diterima oleh semua negara dalam bidang tertentu seperti bidang penanaman modal.

151

Dalam forum kerja sama regional ASEAN (termasuk pula ASEAN dan mitra, East Asia Summit) bisa terjadi secara mengerucut maupun meluas.152

Harmonisasi hukum nasional di bidang penanaman modal merupakan suatu pengaturan di bidang penanaman modal yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dan dijabarkan dalam berbagai peraturan perundang - undangan di bidang penanaman modal. Keberadaan Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman modal menggantikan undang - undang penanaman modal sebelumnya merupakan bentuk akomodatif terhadap kebutuhan - kebutuhan peraturan perundang - undangan di bidang penanaman modal yang selaras dengan konvensi - konvensi internasional, tanpa meninggalkan kepentingan Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Kerja sama integrasi ekonomi kawasan yang mengerucut seperti dalam forum sub regional (Indonesia - Malaysia - Thailand Growth Triangle, Indonesia - Malaysia - Singapore Growth Triangle, Brunei Darussalam - Indonesia - Malaysia - Philippines East Asia Growth Area, Australia - Indonesia Development Area). Pola pengembangan regional yang meluas terdapat pada forum kerja sama inter regional seperti yang terjadi pada Asia Europe Meeting, Asia Pacific Economic Cooperation, dan Senior Finance Officer Meeting.

Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal tidak dapat dipisahkan dengan peraturan perundang - undangan lainnya seperti Undang - Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas begitu juga sebaliknya. Konvensi - konvensi atau perjanjian - perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pemberlakuan perundang - undangan di Indonesia.

152

Forum Penanaman Modal, “Perjanjian Penanaman Modal Internasional”, tanggal 8 Desember 2012.