• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBIJAKAN DASAR PEMERINTAH TERHADAP INVESTOR

D. Mengendalikan Pelaksanaan Penanaman Modal

Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dapat dikatakan sudah mencakup semua aspek penting (pelayanan, koordinasi, fasilitas, hak dan kewajiban investor, ketenagakerjaan, dan sektor - sektor yang dapat dimasukin oleh investor) yang terkait erat dengan upaya peningkatan investasi dari sisi pemerintah dan kepastian investasi dari sisi investor. Diantara aspek - aspek tersebut terdapat 2 (dua) masalah yang serius yang dihadapi oleh investor selama ini, dan oleh karena itu akan sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan penanaman modal di Indonesia jika dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

Investasi adalah langkah awal dari sebuah usaha yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan sebesar - besarnya. Tanpa keuntungan tidak ada gunanya membuka sebuah usaha. Oleh karena itu, tidak ada gunanya Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal bagi seorang investor jika pada akhir usahanya merugi terus bahkan hingga bangkrut hanya karena banyaknya rintangan yang diciptakan oleh peraturan - peraturan lainnya yang sama sekali tidak terkait dengan izin penanaman modal namun mempengaruhi kelancaran suatu usaha.121

Pemerintah perlu melakukan pengkajian ulang semua peraturan, Keputusan Presiden, atau Undang - Undang yang berlaku yang mengatur faktor - faktor tersebut untuk melihat semua peraturan, Kepres, atau Undang - Undang tersebut konsisten dengan Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Hal yang tidak

121

Tulus Tambunan, “Kendala Perizinan Dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia dan Upaya Perbaikan Yang Perlu Dilakukan Pemerintah”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 26 No. 4, Tahun 2007, Hal 40.

konsisten atau tidak mendukung tujuan dari Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal harus segera dirubah/direvisi.

Pemerintah perlu menyelesaikan masalah koordinasi, dalam hal ini pemerintah harus tegas bahwa koordinasi nasional mengenai penanaman modal di Indonesia adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Walaupun sekarang ini dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah punya hak mengaturnya di lapangan. Hal ini sangat perlu mengingat bahwa buruknya koordinasi antardepartemen sudah merupakan salah satu masalah klasik di Indonesia, dan jangan dibiarkan koordinasi ini menjadi lebih buruk akibat otonomi daerah.

Sistem pelayanan satu atap diharapkan dapat mengakomodasi keinginan investor untuk memperoleh pelayanan yang lebih efisien, mudah dan cepat. Membangun pelayanan satu atap tidaklah mudah karena sangat memerlukan visi yang sama dan koordinasi yang baik antara lembaga - lembaga pemerintah yang berkepentingan dalam penanaman modal. Bagi calon investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, pelayanan satu atap melegakan karena tidak perlu lagi menunggu dengan waktu lama untuk memperoleh izin usahanya di Indonesia. Bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya pajak maupun pungutan lainnya yang dapat membengkak dari tarif resmi akibat panjangnya jalur birokrasi yang harus ditempuh untuk memperoleh izin usaha tersebut sebelum adanya pelayanan satu atap.

Pelayanan satu atap meliputi penanaman modal yang dilakukan baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kotamadya berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jadi BKPM bertugas melakukan koordinasi antara seluruh departemen atau instansi

pemerintah lainnya termasuk dengan pemerintah kabupaten, kota serta provinsi yang membina bidang usaha penanaman modal.

Dalam pelaksanaan penanaman modal perlu dilakukan pengendalian yaitu dengan melaksanakan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan terhadap penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal. Tujuan dari pengendalian pelaksanaan penanaman modal antara lain :122

1. Memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

2. Melakukan bimbingan dan fasilitas penyelesaian masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan;

3. Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan penggunaan fasilitas fiskal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan.

Apabila pengendalian pelaksanaan penanaman modal tercapai maka pelaksanaan penanaman modal akan berjalan lancar dan tepat waktu pelaksanaan penanaman modal, serta akan tersedianya data realisasi penanaman modal. Pengendalian pelaksanaan penanaman modal dapat dilakukan dengan cara realisasi, pelaksanaan, dan lingkungan. Hal ini diatur dalam Pelaksanaan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 jo Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

Evaluasi penanaman modal dilakukan secara preventif dan korektif (termasuk represif). Secara preventif, pengendalian pelaksanaan penanaman modal dilakukan dengan :123

122

Pasal 2 ayat (2) Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 jo Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal.

123

Fitri Weningtyas dan Gita Indrawanti, “Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal”, terakhir tanggal 30 sept 2012.

1. Pemantauan kompilasi, yakni verifikasi serta evaluasi dari LKPM dan berbagai sumber lainnya;

2. Melakukan pembinaan dengan cara penyuluhan tentang aturan penanaman modal. Pembinaan juga dilakukan dengan cara memberikan konsultasi dan bimbingan pelaksanaan penanaman modal sesuai ketentuan perizinan yang dimiliki penanam modal. Pembinaan lainnya dengan cara memberikan bantuan dan memfasilitasi investor yang mengalami masalah, kendala dan hambatan ketika merealisasikan proyek penanaman modalnya;

3. Melakukan pengawasan dengan cara meneliti dan mengevaluasi terhadap informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal beserta fasillitas yang telah diberikan kepada proyek investasi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meninjau ke lokasi proyek penanaman modal secara langsung. Pengawasan selanjutnya dilakukan dengan menindaklanjuti penyimpangan terhadap ketentuan penanaman modal yang berlaku.

Jika di dalam kegiatan evaluasi preventif banyak ditemui persoalan krusial yang merugikan masyarakat dan negara seperti pencemaran lingkungan, permintaan perusahaan sendiri atau instansi berwenang terkait maupun karena pengaduan masyarakat, kegiatan evaluasi dapat dilanjutkan secara korektif (represif). Instansi penanaman modal nasional sesuai tingkat kewenangannya dapat membatalkan surat perizinan penanaman modal yang telah dikeluarkan. Pembatalan surat perizinan tersebut meliputi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, Persetujuan Penanaman Modal atau Izin Pendirian Kantor Perwakilan Perusahaan Asing. Pada tahap yang lebih tinggi, evaluasi represif dilakukan dalam bentuk pencabutan izin usaha penanaman modal. Namun demikian evaluasi represif dalam kategori rendah dapat berupa sanksi administratif seperti perusahaan yang melalaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai investor serta menyalahgunakan fasilitas penanaman modal.