• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

B. Hasil Belajar

Proses belajar di sekolah yang dialami siswa menghendaki suatu hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional. Tujuan instruksional merupakan perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 1989: 2). Tujuan instruksional

(educational objectives) sangat bervariasi sehingga oleh para ahli pendidikan

diklasifikasikan dalam 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 1. Ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan (dalam Winkel, 1987:

274-276) meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi.

a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang pernah diketahui. Pengetahuan tersebut disimpan dalam ingatan dan digali kembali saat dibutuhkan dalam bentuk ingatan mengingat (recall) dan mengenal kembali (recognition).

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain seperti rumus ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, misalnya seperti dalam grafik.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode kerja pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru. Kemampuan ini dinyatakan dalam mengaplikasikan rumus pada persoalan yang baru dihadapi atau metode kerja untuk memecahkan suatu masalah baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan menguraikan suatu kesatuan ke dalam bagian-bagiannya, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat terpahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penguraian bagian pokok atau komponen dasar suatu struktur kesatuan materi bersama dengan hubungan antara semua bagian atau komponen itu.

e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru dari berbagai bagian atau komponen yang dihubungkan satu sama lain. Kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti penyusunan suatu pelajaran dan proposal penelitian dan lain-lain.

f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu bersama dengan pertanggungjawaban dari pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu. Contoh dari kemampuan ini adalah dalam memberikan penilaian terhadap suatu hal.

2. Ranah afektif menurut Bloom dan kawan-kawan (dalam Winkel, 1987: 276-277) meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.

a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu stimulan (rangsangan) ini berupa materi dari buku pelajaran atau penjelasan dari guru. Kesediaan ini dinyatakan dalan sikap memperhatikan sesuatu, misalnya dengan memandang gambar di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman atas pernyataan dari guru. Perhatian ini masih bersifat pasif.

b. Partisipasi (responding), mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, berupa suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Contohnya adalah dengan membaca dengan nyaring bacaan yang diminta atau menunjukkan minat pada teks yang ditawarkan.

c. Penilaian/penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan unutk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Pada tingkat ini mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan. Sikap ini dinyatakan dalam

tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali, tetapi diulang saat kesempatan timbul, misalnya dengan kerapkali mempersiapkan pertanyaan secara tertulis atau berpartisipasi aktif mengajukan pertanyaan selama kegiatan belajar.

d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalan hidup. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan dalan suatu skala nilai, untuk membedakan nilai yang pokok dan nilai yang tidak begitu penting. Kemampuan ini dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai secara sistematis. Kemampuan ini mengandung unsur kognitif sebagai dasar untuk bertindak.

e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. Seseorang dalam tingkat ini memiliki suatu peringkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten terhadap sistem nilai tersebut selama kurun waktu yang lama.

3. Ranah psikomotorik menurut Simpson (dalam Winkel, 1987: 278-279) meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

a. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan dikriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas dari perangsang itu. Kemampuan ini dinyatakan dalam dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya suatu rangsangan dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

b. Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan untuk memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c. Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak dengan lancar tanpa memperhatikan contoh lagi, sebagai hasil dari pelatihan yang cukup. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota atau bagian tubuh sesuai dengan prosedur yang tepat dan terkoordinasi.

e. Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa

komponen dengan lancar, tepat dan efisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub-keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.

f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g. Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan yang melahirkan aneka pola gerakan yang baru, seluruhnya atas prakarsa dan inisiatif sendiri.

Keberhasilan siswa dalam belajar berupa pencapaian hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Dalyono 2007: 55-60).

1. Faktor Internal atau yang berasal dari dalam diri, meliputi: kesehatan, intelengensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar.

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan belajar. Keadaan jasmani yang tidak sehat (sakit) dapat mengakibatkan berkurangnya gairah belajar. kesehatan rohani yang kurang baik, seperti gangguan pikiran dan emosional juga dapat mengganggu semangat belajar. Pemeliharaan kesehatan baik fisik maupun mental sangat penting agar badan tetap kuat serta

pikiran selalu segar, sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik.

b. Intelegensi dan Bakat

Siswa yang memiliki intelegensi tinggi atau memiliki IQ tinggi umumnya mampu belajar dengan mudah dengan hasil belajar yang baik pula. Sebaliknya, siswa dengan intelegensi rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar dengan hasil belajar yang cenderung lebih rendah. Bakat di bidang tertentu juga menentukan keberhasilan belajar, misalnya siswa dengan bakat musik akan lebih mudah mempelajari penguasaan alat musik dibandingkan siswa lain yang tidak memiliki bakat tersebut.

c. Minat dan Motivasi

Minat belajar dapat timbul dari keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan. Minat yang besar merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati itu. Selain itu, motivasi juga menjadi daya penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) berupa dorongan yang datang dari hati sanubari. Motivasi juga bisa berasal dari dari luar diri (ekstrinsik) yaitu dorongan yang berasal dari lingkungan, misalnya dari orang tua, guru atau teman. Minat dan motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk belajar dengan giat dan bersemangat sehingga menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.

d. Cara Belajar

Cara belajar ini dipengaruhi teknik-teknik belajar seperti cara membaca, mencatat, membuat ringkasan dan sebagainya. Selain itu, cara belajar juga tergantung waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media dan penyesuaian bahan pelajaran.

2. Faktor Eksternal atau yang berasal dari luar diri, meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

a. Keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar anak, antara lain berdasarkan: tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, perhatian dan bimbingan dari orang tua, keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak, serta suasana dalam rumah.

b. Sekolah

Keadaan sekolah sebagai tempat belajar ikut memberi pengaruh pada tingkat keberhasilan belajar. Keadaan yang berpengaruh antara lain: kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, fasilitas dan perlengkapan sekolah, keadaan ruangan kelas, jumlah siswa dalam kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya.

c. Masyarakat

Apabila seseorang bertempat tinggal di dalam masyarakat yang berpendidikan, terutama anak-anaknya berpendidikan tinggi dan bermoral baik, hal ini akan mendorong orang itu untuk belajar giat dalam meraih pendidikan tinggi. Begitupula sebaliknya, lingkungan masyarakat dengan anak-anak yang tidak bersekolah dan pengangguran dapat mengurangi semangat belajar orang yang tinggal di dalamnya.

d. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan sekitar ikut berpengaruh pada prestasi belajar, berupa: keadaan lingkungan/bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Keadaan lingkungan sekitar yang dapat mengganggu belajar, misalnya: bangunan rumah pendudukan yang terlalu rapat, lalu lintas yang bising, hiruk-pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, dan lain-lain.