• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Belajar IPS SD

Dalam dokumen HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK (Halaman 35-52)

1.2 Identifikasi Masalah

2.1.1 Hasil Belajar IPS SD

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di- miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar

menurut Rifa‟i dan Anni (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Astuti (2012:1) adalah yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang di- tunjukkan dengan nilai atau angka sesuai dengan batas ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Peneliti mengelaborasi pendapat dari Sudjana (2009:22), Rifa‟i dan Anni (2012:69), Susanto (2013:5), dan Astuti (2012:1) bahwa hasil dari suatu kegiatan belajar adalah adanya perubahan perilaku atau kemampuan setelah siswa me- lakukan serangkaian kegiatan belajar ditunjukkan dengan nilai sesuai dengan batas ketuntasan minimal. Sehingga seseorang yang belum berubah perilaku atau kemampuannya dan belum mencapai batas ketuntasan minimal yang sudah di- tetapkan, seseorang tersebut belum mampu dinyatakan telah belajar.

21

2.1.1.2Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Susanto (2013:12), sebagai berikut.

1. Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan.

2. Kesiapan

Kesiapan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga sudah siap untuk menerima pelajaran, dan sudah muncul minat serta kebutuhan dalam diri anak.

3. Bakat Anak

Bakat adalah potensi yang dimiliki anak untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.

4. Kemauan Belajar

Kemauan belajar muncul dari dalam diri siswa, bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak.

5. Minat

Keinginan yang besar terhadap suatu pelajaran akan memusatkan per- hatiannya terhadap materi, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat.

22

6. Model Penyajian Materi Pelajaran

Model penyajian materi perlu disajikan secara menyenangkan, tidak mem- bosankan, menarik, dan mudah dimengerti siswa.

7. Pribadi dan Sikap Guru

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilaku- nya, berdampak pada siswa yang akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif. 8. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa akan mem- berikan nilai lebih pada proses pengajaran.

9. Kompetensi Guru

Guru profesional yang memiliki kemampuan tertentu sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar. Guru yang profesional mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat, sehingga pendekatan bisa berjalan dengan baik. 10. Masyarakat

Masyarakat dalam berbagai tingkah laku dan latar belakang pendidikan turut serta memengaruhi kepribadian siswa.

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:12) bahwa faktor yang me- mengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari: tingkat kecerdasan peserta didik, kesiapan dirinya untuk belajar, potensi yang dimiliki anak, kemauan anak belajar, dan keinginan yang besar untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari, penyajian materi yang

23

menarik, pribadi guru yang menyenangkan, suasana pembelajaran yang me- nyenangkan, kompetensi guru yang mampu memilah dan memilih metode yang tepat, serta pengaruh dari masyarakat.

2.1.1.3Klasifikasi Hasil Belajar

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita- cita. Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pendapat lain dari Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris.

Sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22), menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar mem- baginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

(a) Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, meng- evaluasi, dan berkreasi. Ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru untuk memperoleh nilai siswa di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa tersebut dalam menguasi isi bahan pengajaran.

(b) Ranah afektif berkaitan dengan hasil belajar yang berupa sikap dimana ranah tersebut terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

24

(c) Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan ke- mampuan bertindak yang terdiri dari enak aspek yakni gerakan refleks, ke- terampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ke- tepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Peneliti mengelaborasi pendapat Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), dan sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22) bahwa terdapat macam-macam hasil belajar siswa antara lain: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan suatu bentuk tolok ukur mengenai perkembangan dan keberhasilan siswa dalam me- nempuh pendidikan di sekolah. Indikator penguasaan hasil belajar IPS siswa di- fokuskan pada muatan IPS siswa kelas V pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan tahun pelajaran 2017/2018 dari ranah kognitif saja.

2.1.1.4Pengertian IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial

Menurut Susanto (2013:137) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah.

Taneo (2010:1-14) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu

25

sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Sardjiyo (2009:1.26) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:137), Taneo (2010:1-14), Sardjiyo (2009:1.26) bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai masalah sosial masyarakat, disiplin ilmu sosial, humaniora, kegiatan dasar manusia dari berbagai aspek kehidupan yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan untuk memberi wawasan dan pemahaman siswa di tingkat dasar dan menengah.

Ilmu sosial menurut Taneo (2010:1-6) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Sardjiyo (2009:1.22) ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang ilmu yang termasuk dalam ilmu sosial adalah sosiologi yang berhubungan dengan aspek antarhubungan manusia dalam kelompok, psikologi sosial berkenaan dengan aspek kejiwaan manusia sebagai anggota masyarakat, ilmu hukum berhubungan dengan aspek norma, peraturan dan hukum, ilmu politik berhubungan dengan ke- bijaksanaan dan kesejahteraan sosial, ilmu pemerintahan berhubungan dengan aspek pemerintahan dan kenegaraan, antropologi budaya berhubungan dengan aspek kebudayaan, ilmu sejarah berhubungan dengan waktu pada aspek ke-

26

sejarahan, ilmu geografi berhubungan dengan faktor manusia dengan faktor alam dan lingkungan, ilmu ekonomi berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dan kelangkaan, ilmu manajemen berhubungan dengan aspek pe- ngelolaan, pengorganisasian, pengurusan maupun pengaturan, dan ilmu pendidik- an berhubungan dengan aspek pendidikan.

Peneliti mengelaborasi pendapat Taneo (2010:1-6), dan Sardjiyo (2009:1.22) bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang semua bidang ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam lingkup sosial dan mem- pelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

2.1.1.5Hakikat dan Tujuan IPS SD

Menurut Susanto (2013:143) pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Sedangkan pengertian IPS di SD menurut Ahmadi (2011:10) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang meng- kaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:143), dan Ahmadi (2011:10) bahwa IPS SD adalah salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang mengkaji semua aspek kehidupan, yang berkaitan dengan peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dalam masyarakat.

27

Tujuan utama pembelajaran IPS menurut Susanto (2013:145) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ke- timpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pendidikan IPS mengembangkan tiga ranah pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapula tujuan dan batasan pembelajaran IPS dalam kaitannya dengan KTSP, sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan ke-

manusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan IPS di tingkat sekolah (Sapriya, 2015:12) pada dasarnya untuk mem- persiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

28

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:145), dan Sapriya (2015:12) bahwa IPS SD adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pengetahuan, nilai, keterampilan, dan sikap siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki ke- mampuan berkomunikasi, bekerjasama, berkompetisi, dan sikap mental positif, terhadap perbaikan dengan segala ketimpangan yang terjadi, sehingga siswa telah siap dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

2.1.1.6Batasan Materi IPS SD

Menurut Taneo (2010:1-40) batasan materi IPS sebagai pengetahuan, adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Berdasarkan aspeknya, batasan materi IPS meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik, dan batasan kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai tingkat global. Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.

Menurut Susanto (2013:160) batasan materi IPS di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

29

2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik atau tema tertentu.

3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner (pendekat- an dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu) dan multidisipliner (pendekatan dengan meng- gunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan).

4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar mampu bertahan seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

5. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Dimensi tersebut meliputi alam sebagai tempat penyedia potensi sumber daya yang berhubungan dengan mata pelajaran geografi, waktu yang selalu berproses yang berhubungan dengan mata pelajaran sejarah, dan norma berupa aturan yang menjadi perekat keharmonisan kehidupan manusia dan alam yang berhubungan dengan mata pelajaran ekonomi, maupun sosiologi.

Peneliti mengelaborasi pendapat Taneo (2010:1-40), dan Susanto (2013:160) bahwa batasan materi IPS SD berupa kehidupan manusia di

30

masyarakat dalam konteks sosial, yang terdiri dari gabungan unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. Sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas menjadi pokok bahasan tertentu yang menyangkut berbagai masalah sosial berupa peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengolahan lingkungan, yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner (pendekatan dalam pemecah- an suatu masalah dengan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang berkaitan) dan multidisipliner (pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang berkaitan), dengan tiga dimensi meliputi alam sebagai tempat penyedia potensi sumber daya yang ber- hubungan dengan mata pelajaran geografi, waktu yang selalu berproses yang ber- hubungan dengan mata pelajaran sejarah, dan norma berupa aturan yang menjadi perekat keharmonisan kehidupan manusia dan alam yang berhubungan dengan mata pelajaran ekonomi, maupun sosiologi.

2.1.1.7Karakteristik IPS SD

Menurut Hidayati (2008:1-26) bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terpadu. Terpadu yang dimaksud adalah materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kesatuan disiplin ilmu. Sehingga IPS memiliki ciri khusus atau karakteristik tersendiri. Berikut karakteristik IPS yang dilihat dari materi dan strategi penyampainnya, sebagai berikut.

31

1. Materi IPS

Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang didapat anak melalui teori IPS saat di dalam kelas dapat diuji cobakan didalam kelas selanjutnya di- terapkan dalam kehidupan kesehariannya di masyarakat. Berikut ini terdapat 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan, negara bahkan dunia dengan berbagai masalah yang ada di dalamnya.

b. Kegiatan manusia misalnya: komunikasi, transportasi, produksi, keagamaan, pendidikan, mata pencaharian.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi dan yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang di- mulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh- tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, makanan, pakaian, permainan, keluarga.

2. Strategi Penyampaian IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat, tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum didasarkan

32

pada pemikiran bahwa pertama kali anak dikenalkan untuk memperoleh konsep yang berhubungan dengan ilngkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya ber- tahap bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih luas.

Peneliti mengelaborasi pendapat Hidayati (2008:1-26) bahwa bidang studi IPS memiliki ciri khusus atau karakteristik IPS yang dilihat dari: (1) materi berupa, (a) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak; (b) kegiatan manusia misalnya, komunikasi, transportasi, produksi, keagamaan, pen- didikan, mata pencaharian; (c) lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; (d) kehidupan masa lampau; (e) anak sebagai sumber materi meliputi ber- bagai segi, makanan, pakaian, permainan, keluarga; dan (2) strategi penyampaian pengajaran IPS didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan, anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/ tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum berdasarkan pemikiran dari lingkungan terdekat anak kemudian menuju yang terjauh.

2.1.1.8Kurikulum IPS SD

Menurut Mulyasa (2009:21) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan.

Mulyasa (2009:50) berpendapat bahwa, struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan

33

selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri pada kurikulum SD bukan mata pelajaran yang harus diasuh guru, melainkan bertujuan untuk meningkatkan bakat dan minat sesuai kebutuhan individual;

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/ MI merupakan “IPA

Terpadu” dan “IPS Terpadu.” ;

c. Pembelajaran pada kelas I sampai dengan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai dengan VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran;

d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sesuai yang tertera dalam struktur kurikulum;

e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit; dan

f. Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Berikut ini disajikan tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Semester II:

34

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan

2.1.1.9 Evaluasi Pembelajaran IPS SD

Menurut Slameto (2001:6) evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncana- kan dengan cermat untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Jadi evaluasi digunakan untuk mengukur pe- rubahan yang diinginkan oleh suatu program pengajaran, yakni perubahan melalui peningkatan akademik, kognitif, sosial, emosional, maupun kemampuan motorik (gerak). Evaluasi dilakukan dengan cara pengumpulan bukti sebagai dasar pe- nilaian, selanjutnya bukti tersebut diukur dan dideskripsikan. Evaluasi tahap akhir dilakukan melalui suatu pengambilan keputusan dari hasil pengukuran. Keputusan tersebut ialah: lulus-tidak lulus; berhasil-gagal; atau baik-tidak baik; dan sebagai- nya.

Menurut Sudjana (2009:3) penilaian adalah proses memberikan atau me- nentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian

35

hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini berarti objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Sedangkan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dapat dilihat seberapa efektif dan efisien perubahan tingkah laku siswa.

Evaluasi menurut Uno (2014:3) adalah proses pemberian makna atau ke- tetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pe- ngukuran dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses pe- ngukuran dapat ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria dapat berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan patokan lain berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak.

Peneliti mengelaborasi pendapat Slameto (2001:6), Sudjana (2009:3), dan Uno (2014:3) bahwa evaluasi atau penilaian hasil belajar IPS SD adalah kegiatan yang direncanakan dengan cermat untuk mengukur perubahan yang diinginkan dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran dengan kriteria tertentu yang dapat ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran oleh suatu program peng- ajaran IPS SD. Perubahan dilihat melalui peningkatan akademik, kognitif, sosial, emosional, tingkah laku, maupun kemampuan motorik (gerak). Evaluasi tahap akhir dilakukan melalui suatu pengambilan keputusan dari hasil pengukuran. Keputusan tersebut ialah: lulus-tidak lulus; berhasil-gagal; atau baik-tidak baik; dan sebagainya.

36

2.1.1.10Pengukuran Hasil Belajar IPS

Tes yang bersifat objektif maupun berbentuk subjektif dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS. Menurut Widoyoko (2017:57) tes dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian, tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara meng- ekspresikan pikiran peserta tes dan seringkali penskorannya selain dipengaruhi oleh jawaban maupun respons peserta tes juga dipengaruhi oleh subjektivitas korektor. Lain halnya, Slameto (2001:33) berpendapat bahwa pengertian bentuk

Dalam dokumen HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK (Halaman 35-52)