• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Dalam dokumen HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK (Halaman 71-78)

1.2 Identifikasi Masalah

2.1.3 Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif me- ngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kercerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Fuad (2013:7) pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan). Sedangkan pengertian pendidikan menurut Susanto (2013:85) adalah upaya yang terorganisasi, terencana, dan ber- langsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya. Sejalan dengan pendapat Munib (2012:31) pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan Indonesia.

57

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada peserta didik dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya secara optimal untuk mencapai tingkat dewasa.

Berdasarkan pendapat Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Fuad (2013:7), Susanto (2013:85), dan Munib (2012:31), peneliti meng- elaborasi bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membina peserta didik mencapai tingkat dewasa dengan meningkatkan potensi dirinya yang menyangkut segala aspek kehidupan jasmani maupun rohaninya.

2.1.3.2Pengertian Orangtua

Menurut Hasbullah (2013:2) orangtua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Orangtua di dalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga. Orangtua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.

Berdasarkan berbagai rumusan pengertian tersebut terkandung unsur orangtua, yaitu:

a) Terdiri dari 2 unsur yakni ayah dan ibu

b) Mereka yang memusatkan perhatian pada anak

58

Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa kewajiban orangtua memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Salah satu kewajiban utama orangtua yang sangat penting adalah mendidik anaknya. Jadi tugas sebagai orangtua tidak hanya sekedar menjadi perantara manusia baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya. Agar dapat me- laksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa ilmu pengetahuan tentang pendidikan.

Menurut Susantin (2015:120) orangtua adalah orang yang mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak dengan penuh tanggungjawab dan kasih sayang serta yang bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan anak. Pada dasarnya dibagi menjadi tiga yaitu orangtua kandung, orangtua asuh, dan orangtua tiri.

Sedangkan menurut Cholifah (2016:487) menyatakan bahwa relasi antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Adanya kemungkinan untuk dapat men- didik diri sendiri, maka orangtua menjadi agen utama dan pertama yang mampu dan berhak menolong keturunanya, serta mendidik anak-anaknya.

Berdasarkan pendapat Hasbullah (2013:2), Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Susantin (2015:120), dan Cholifah (2016:487) peneliti mengelaborasi bahwa orangtua merupakan orang utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan kesejahteraan anaknya, termasuk mem- berikan pendidikan demi perkembangan dan kemajuan anak. Orangtua yang ber- tanggung jawab ini tidak pasti ayah dan ibu kandung anak, melainkan ada

59

orangtua asuh, orangtua tiri yang memiliki hak asuh atas anak tersebut yang men- dampingi selama belajar yang berstatus sebagai wali siswa di suatu jenjang pendidikan.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan data latar belakang pendidikan orangtua dewasa yang mendampingi selama belajar yang berstatus sebagai wali siswa di kelas V SD Gugus Moh Syafei Kabupaten Semarang melalui angket dan wawancara, karena dikhawatirkan orang dewasa yang men- dampingi siswa saat belajar tidak hanya orangtua kandung, melainkan orangtua tiri, maupun orangtua asuh.

2.1.3.3Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Menurut Fuad (2013:17), keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh sadar. Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidik- nya. Hal ini menunjukkan bahwa ayah dan ibu memiliki kedudukan yang sama dalam keluarga yaitu sebagai orangtua. Tingkat pendidikan orangtua akan me- nentukan cara orangtua dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, menyatakan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat per- kembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang di- kembangkan. Tingkat pendidikan yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun nonformal. Sikap yang terbentuk pada masing-masing individu untuk

60

setiap jenjang pendidikan formal akan berbeda-beda antara lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 14, menjelaskan tentang jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, dimana setiap jenjang pendidikan akan melandasi jenjang pendidikan berikutnya.

Setiap jenjang pendidikan memiliki kurikulumnya sendiri dengan mem- perhatikan peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, peningkatan akhlak mulia, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi dan seni, dinamika perkembangan global, serta tuntutan pembangunan daerah dan nasional sesuai dengan peraturan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab X pasal 36. Sehingga semakin tinggi suatu jenjang pendidikan terakhir akan berpengaruh terhadap bekal yang diperoleh yang bertujuan untuk peningkatan kualitas hidup pribadi, keluarga, maupun masyarakat disekitarnya.

Menurut Widodo (2015:9) bahwa latar belakang tingkat pendidikan orangtua memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat karena dengan pendidikan tinggi diharapkan orangtua mem- punyai pengetahuan yang tinggi tentang apa saja yang harus dilakukan dalam menunjang keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Sedangkan menurut Yani (2017:2) menyatakan bahwa orangtua yang berlatar belakang pendidikan

61

setara dengan Sekolah Menengah Pertama memiliki kelebihan ilmu pengetahuan sehingga mengalami sedikit kendala dalam mendidikan anak dibandingkan dengan orangtua yang berpendidikan setara dengan Sekolah Dasar. Begitu juga orangtua yang berpendidikan Perguruan Tinggi jika dibandingkan dengan orangtua berpendidikan setara Sekolah Menengah Atas memiliki perbedaan ilmu dalam mendidik anak.

Berdasarkan pendapat Fuad (2013:17), Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Widodo (2015:59), dan Yani (2017:2), peneliti mengelaborasi bahwa latar belakang pendidikan orangtua adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh orangtua, baik formal maupun nonformal yang digunakan sebagai wadah untuk membentuk pola pikir dan turut berpengaruh dalam pendidikan yang berdampak pada hasil belajar siswa dalam kehidupan saat ini.

2.1.3.4Indikator Pengukuran Latar Belakang Pendidikan Orangtua

Pengukuran latar belakang pendidikan orangtua berupa tingkat pendidikan orangtua menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8 yaitu jenjang yang telah ditempuh, baik formal maupun nonformal. Jenjang pendidikan formal yang dimaksud yaitu lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT). Pengukuran ini dilakukan dengan data dokumentasi dari sekolah dan wawancara dengan siswa yakni untuk memastikan dengan siapa

62

siswa ini tinggal, yang berkedudukan sebagai walinya saat siswa duduk di kelas V.

Pendapat lainnya yaitu berasal dari Reskia (2014:84) bahwa jenis pendidikan yang berkembang di Indonesia terdiri dari pendidikan umum yang terdiri dari pendidikan dasar dan menengah dalam bentuk SD, SMP, dan SMA, pendidikan kejuruan dalam bentuk SMK, pendidikan akademik atau pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana, dan pendidian profesi untuk memasuki suatu profesi menjadi seorang profesional.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, dan pendapat Reskia (2014:84) peneliti meringkas bahwa pengukuran latar belakang pendidikan orangtua dapat dilakukan melalui penyebaran dengan memperhatikan indikator jenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh orangtua. Dalam skripsi ini variabel latar belakang pendidikan orangtua siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kabupaten Semarang dengan mengelaborasi pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 8, dan pendapat Reskia (2014:84). Pendidikan yang dimaksud adalah latar belakang pendidikan berupa jenjang pendidikan terakhir orangtua, yaitu meliputi lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT). Perhitungan skor latar belakang pendidikan orangtua siswa adalah dengan pilihan ganda dengan memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya. Latar belakang pendidikan orangtua yang baik cenderung mem-

63

punyai jawaban Perguruan Tinggi, atau Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, sebaliknya untuk latar belakang pendidikan orangtua yang kurang baik cenderung mempunyai jawaban Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat atau bahkan Sekolah Dasar (SD)/sederajat.

2.1.4 Hubungan Pola Komunikasi Orangtua dengan Hasil Belajar IPS

Dalam dokumen HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK (Halaman 71-78)