• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI DAN LATAR BELAK"

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI

DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANGTUA

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SD GUGUS MOH SYAFEI PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nurul Hikmah Nurkhasanah

1401414148

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

iii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.” karya,

Nama : Nurul Hikmah Nurkhasanah NIM : 1401414148

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

telah dipertahankan dalam Panitia Ujian Skripsi Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang hari Jum‟at, tanggal 13 Juli 2018.

Semarang, 2018 Panitia Ujian Skripsi

Mengetahui, Ketua,

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. NIP 195604271986031001

Sekretaris

Drs. Isa Ansori, M.Pd. NIP 196008201987031003 Penguji I ,

Drs. Purnomo, M.Pd. NIP 196703141992031005

Penguji II,

Umar Samadhy, M.Pd. NIP 195604031982031003 Penguji III,

(4)
(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

1. Komunikasi yang bagus datang dari manusia ke manusia, namun komunikasi yang luar biasa datang dari manusia ke Allah (Reza M. Syarif).

2. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia (Nelson Mandela).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Kedua orangtua tercinta (Bapak Mat Sajeri dan Ibu Samsiyah) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa terindahnya.

(6)

vi

ABSTRAK

Nurkhasanah, Nurul Hikmah. 2018. Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd. 156 halaman.

Pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan orangtua. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas, sehingga dibutuhkan komunikasi efektif ketika bertemu anak di sela kesibukan orangtua. Hasil Belajar IPS dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya yaitu pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua. Berdasarkan teori tersebut, peneliti ingin meneliti hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi. Sampel penelitian yaitu sebagian siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yang berjumlah 105 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, tes, wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji product moment dengan bantuan program SPSS versi 16.

Hasil penelitian menunjukkan besarnya korelasi pola komunikasi dan hasil belajar IPS yaitu 0,734 dengan nilai konstribusi sebesar 53,8% dan korelasi antara latar belakang pendidikan orangtua dan hasil belajar IPS yaitu 0,670 dengan nilai konstribusi 44,9%. Sedangkan korelasi ganda antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS adalah 0,600. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pola komunikasi, latar belakang pendidikan orangtua dan hasil belajar IPS. Nilai kontribusi kedua variabel bebas dengan variabel terikat yaitu 62,1%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) adanya hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa, (2) adanya hubungan yang signifikan antara latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa, (3) adanya hubungan yang signifikan antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa. Variabel pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dapat menjadi sebab bagi hasil belajar IPS siswa, sehingga orangtua harus memiliki komunikasi yang baik dengan siswa, untuk meningkatkan hasil belajarnya.

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang” dengan lancar. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Fakhrudin, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang;

3. Dra. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

4. Drs. Sukardi, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing; 5. Drs. Purnomo, M.Pd., Dosen Penguji 1;

6. Mahmudi, S.Pd.SD, Samain, S.Pd., Endah Wuryanto, Sri Widadi, S. Pd., Susmiarto, S.Pd., Kepala SDN Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang;

7. E. Wiwik Nurhayati, S.Pd.SD, Mujiyono, S.Pd.SD, Jumain, S.Pd.SD, Slamet Budi, S.Pd.SD, dan Astri Iravitri, S.Pd., guru kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah Swt. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis.

Semarang, 2018 Peneliti,

(8)

viii

1.2 Identifikasi Masalah ... 14

1.3 Pembatasan Masalah ... 15

1.4 Rumusan Masalah ... 15

1.5 Tujuan Penelitian ... 16

1.6 Manfaat Penelitian ... 17

1.6.1 Manfaat Teoretis ... 18

1.6.2 Manfaat Praktis ... 18

BAB II ... 20

2.1 Kajian Pustaka ... 20

2.1.1 Hasil Belajar IPS SD ... 20

2.1.2 Pola Komunikasi Orangtua ... 37

2.1.3 Latar Belakang Pendidikan Orangtua ... 56

2.1.4 Hubungan Pola Komunikasi Orangtua dengan Hasil Belajar IPS ... 63

(9)

ix

2.1.6 Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan

Orangtua dengan Hasil Belajar IPS ... 68

2.2 Kajian Empiris ... 68

2.3 Kerangka Berfikir ... 74

2.4 Hipotesis ... 77

BAB III ... 78

3.1 Desain Penelitian ... 78

3.1.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 78

3.1.2 Prosedur Penelitian ... 79

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 81

3.2.1 Populasi ... 81

3.2.2 Sampel ... 81

3.3 Variabel Penelitian ... 85

3.3.1 Variabel Bebas ... 85

3.3.2 Variabel Terikat ... 85

3.4 Definisi Operasional ... 85

3.4.1 Variabel Pola Komunikasi (Variabel X1) ... 85

3.4.2 Variabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua (Variabel X2) ... 86

3.4.3 Variabel Hasil Belajar IPS Siswa (Y) ... 87

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 87

3.5.1 Instrumen Penelitian ... 87

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 92

3.5.3 Uji Coba Instrumen ... 98

3.5.4 Analisis Data ... 108

3.5.6 Analisis Data Akhir (Uji Hipotesis) ... 115

BAB IV ... 122

4.1 Hasil Penelitian ... 122

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi ... 122

4.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 123

4.1.3 Uji Prasyarat Analisis ... 132

(10)

x

4.2 Pembahasan ... 142

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 142

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 150

BAB V ... 152

5.1 Simpulan ... 152

5.2 Saran ... 154

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Semester II ... 34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 82

Tabel 3.2 Data Populasi Siswa Kelas V SD ... 83

Tabel 3.3 Data Sampel Daerah Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Semarang ... 86

Tabel 3.4 Data Sampel Penelitian Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Semarang ... 87

Tabel 3.5 Skor Alternatif Jawaban Skala Pola komunikasi ... 93

Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Skala Latar Belakang Pendidikan Orangtua .. 94

Tabel 3.7 Tabel Skor Untuk Setiap Butir Soal pada Skala Likert ... 101

Tabel 3.8 Interpretasi Nilai r ... 105

Tabel 3.9 Kategori Persentase Skor Angket Pola Komunikasi ... 116

Tabel 3.10 Kriteria Sub Variabel Skor Angket Pola Komunikasi ... 116

Tabel 3.11 Kategori Penilaian Latar Belakang Pendidikan Orangtua ... 116

Tabel 3.12 Kategori Penilaian Hasil Belajar IPS ... 117

Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 118

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Pola Komunikasi Orangtua Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ... 126

Tabel 4.2 Interpretasi Skor Keterbukaan Berkomunikasi ... 127

Tabel 4.3 Interpretasi Skor Sikap Empati ... 128

Tabel 4.4 Interpretasi Skor Perilaku Suportif ... 129

Tabel 4.5 Interpretasi Skor Sikap Positif ... 129

Tabel 4.6 Interpretasi Skor Kesetaraan Pengalaman... 130

Tabel 4.7 Interpretasi Skor Latar Belakang Pendidikan Orangtua Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang ... 131

Tabel 4.8 Kategori Hasil Tes Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ... 133

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ... 135

(12)

xii

Tabel 4.11 Uji Linieritas Latar Belakang Pendidikan Orangtua

dan Hasil Belajar IPS Siswa ... 137 Tabel 4.12 Uji Korelasi Pola Komunikasi dan Hasil Belajar IPS Siswa ... 139 Tabel 4.13 Uji Korelasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua

dan Hasil Belajar IPS Siswa ... 139 Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Ganda ... 140 Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi dan Hasil Belajar IPS

Siswa ... 142 Tabel 4.16 Koefisien Determinasi Latar Belakang Pendidikan Orangtua dan Hasil Belajar IPS Siswa ... 143 Tabel 4.17 Koefisien Determinasi Pola Komunikasi dan Latar Belakang

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Komunikasi Orangtua, Siswa, dan Guru ... 46

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 78

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 80

Gambar 3.2 Korelasi Ganda ... .119

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Variabel Pola Komunikasi ... 126

Gambar 4.2 Diagram Frekuensi Variabel Latar Belakang Pendidikan Orangtua ... 132

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing ... 169

Lampiran 2 Kisi – Kisi Instrumen Uji Coba Penelitian ... 170

Lampiran 3 Angket Uji Coba Variabel Pola Komunikasi ... 172

Lampiran 4 Tes Uji Coba Variabel Hasil Belajar IPS ... 180

Lampiran 5 Lembar Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Hasil Belajar IPS ... 185

Lampiran 6 Tabel Pembantu Uji Coba Pola Komunikasi ... 186

Lampiran 7 Rekapitulasi Uji Validitas Uji Coba Pola Komunikasi ... 192

Lampiran 8 Rekapitulasi Uji Validitas Uji Coba Hasil Belajar IPS ... 194

Lampiran 9 Skenario Pembelajaran Hasil Belajar IPS ... 195

Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar IPS ... 203

Lampiran 11 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Hasil belajar IPS... 204

Lampiran 12 Hasil Uji Coba Uji Daya Beda Hasil Belajar IPS ... 205

Lampiran 13 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 206

Lampiran 14 Angket Penelitian Pola Komunikasi ... 210

Lampiran 15 Tes Penelitian Hasil Belajar IPS ... 218

Lampiran 16 Kunci Jawaban Penelitian Hasil Belajar IPS ... 222

Lampiran 17 Instrumen Penelitian Lembar Wawancara Pola Komunikasi Orangtua ... 223

Lampiran 18 Instrumen Penelitian Lembar Pengamatan Pola Komunikasi Guru ... 225

Lampiran 19 Instrumen Penelitian Lembar Pengamatan Pola Komunikasi Siswa ... 227

Lampiran 20 Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 229

Lampiran 21 Hasil Instrumen Pola Komunikasi ... 232

Lampiran 22 Contoh Pengisian Angket Pola Komunikasi ... 244

Lampiran 23 Hasil Analisis Per Indikator Pola Komunikasi ... 246

Lampiran 24 Data Latar Belakang Pendidikan Orangtua ... 264

Lampiran 25 Nilai Tes Hasil Belajar IPS ... 266

(15)

xv

Lampiran 27 Contoh Hasil Tes Hasil Belajar IPS ... 271

Lampiran 28 Uji Prasyarat ... 272

Lampiran 29 Analisis Uji Hipotesis ... 275

Lampiran 30 Surat Keterangan Penelitian ... 277

Lampiran 31 Surat Izin Penelitian... 282

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mendukung pembangunan bangsa Indonesia yaitu dengan me-ngembangkan potensi dan pegetahuan peserta didik sehingga dapat menyelesaikan problema di masa mendatang. Pemerintah telah mengatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1 yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk me-wujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pen-didikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa selain bertujuan untuk membentuk watak, mengembangkan kemampuan, dan mencerdaskan kehidupan masing-masing individu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

(17)

2

kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan, kejujuran dan muatan lokal. Sehingga ilmu pengetahuan sosial jelas masuk ke dalam kurikulum yang wajib dilaksanakan dalam proses pendidikan di Indonesia.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki ke-mampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

(18)

3

Penentuan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari Peraturan Menteri Pen-didikan dan Kebudayaan nomor 104 tahun 2014, pasal 5 ayat 1 tentang Standar Penilaian sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan dalam skripsi ini yang terfokus pada ranah kognitif. Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik pada kompetensi pengetahuan, meliputi tingkat kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan untuk mengontrol aspek kognitif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan peraturan tersebut, penilaian hasil belajar tidak lepas dari skor sebagai acuan yang telah ditetapkan oleh sekolah, berupa batas ketuntasan minimum. Kriteria ketuntasan minimum ini diatur dalam Peraturan Menteri Pen-didikan nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian PenPen-didikan bahwa kriteria ketuntasan minimal yang disebut KKM adalah ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Widjaja (2000:20) menjelaskan bahwa masyarakat yang berbudaya me-merlukan komunikasi. Tanpa adanya kerja sama atau hubungan melalui komunikasi maka seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Pendidikan juga termasuk kebutuhan dasar manusia, dan mustahil dapat berjalan tanpa adanya sebuah komunikasi. Objek komunikasi adalah manusia dan masyarakat maka komunikasi termasuk ilmu sosial dalam teknik pernyataan manusia.

(19)

4

berkomunikasi, karena komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar. Seringkali keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karier, banyak ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi-nya. Sedangkan pengertian komunikasi menurut Cangara (2015:22) adalah bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain dari sumber kepada penerima, sengaja atau tidak sengaja untuk mengubah tingkah laku mereka. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan dan teknologi. Sedangkan komunikasi menurut Astuti (2013:51) adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Jadi, komunikasi adalah suatu peristiwa interaksi manusia yang terdiri dari sumber dan penerima yang menghendaki suatu perubahan dari pengirim kepada penerima pesan.

(20)

5

melalui suatu pertukaran informasi yang akan memberi pengaruh langsung pada struktur seseorang dalam bermasyarakat. Saat ini keberhasilan dan kegagalan se-seorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan termasuk karier ataupun pen-didikan, banyak ditentukan oleh kemampuan berkomunikasinya.

Menurut Djamarah (2017:1) pola komunikasi adalah pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi orangtua dalam keluarga dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam keluarga melalui proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang disampaikan orangtua dapat dipahami anak, atau sesama orangtua sebagai lawan bicara dalam suatu komunikasi keluarga. Sedang-kan pola komunikasi menurut Azeharie (2015:214) adalah bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi ini berupa timbal balik antara orangtua dengan anak, anak dengan orangtua, maupun orangtua dengan orangtua.

(21)

6

dukungan terhadap usaha sekolah dengan memberikan yang terbaik bagi anak-anak tersebut.

Secara garis besar Helmawati (2014:199) membedakan faktor yang me-mengaruhi belajar anak menjadi tiga yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor pendekatan belajar yang efektif. Faktor dari luar yaitu faktor sosial dan nonsosial. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga termasuk cara mendidik, suasana rumah, masyarakat, teman bermain, guru dan staf di sekolah. Sedangkan yang termasuk aspek nonsosial adalah letak rumah, letak sekolah, alat-alat belajar, keadaan alam sekitarnya, dan waktu.

(22)

7

dari kelurga berpendidikan biasanya akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.

Begitu luasnya materi IPS, menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami setiap materi yang dipelajari. Cara untuk meminimalkan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi, dibutuhkan pendampingan belajar yang berasal dari orangtua siswa. Menurut Widodo (2015:9) bahwa latar belakang pendidikan orangtua memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan hasil belajar siswa meningkat. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Namun seringkali faktor kemiskinan menjadi pemicu seseorang untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan pendapatan (Rizal, 2016:20). Sehingga berakibat pada keterbatasan pengetahuan dalam mendidik anak.

(23)

8

maupun nonformal. Sikap yang terbentuk pada masing-masing individu untuk setiap jenjang pendidikan formal akan berbeda-beda antara lulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat, dan lulusan Perguruan Tinggi (PT).

Setiap jenjang pendidikan tersebut tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Pengertian belajar menurut Slameto (2010:2) adalah suatu proses usaha yang di-lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan pengertian belajar menurut Susanto (2013:4) merupa-kan suatu aktivitas yang dilakumerupa-kan seseorang dengan sengaja dalam kondisi sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang mengalami perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa maupun bertindak.

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Rifa‟i dan Anni (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiat-an belajar. Jadi hasil dari suatu kegiatkegiat-an belajar adalah adkegiat-anya perubahkegiat-an perilaku atau kemampuan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan belajar. Sehingga seseorang yang belum berubah perilaku atau kemampuannya, seseorang tersebut belum mampu dinyatakan telah belajar.

(24)

9

disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Taneo (2010:1-14) adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

(25)

10

belakang sosial ekonomi yang baik cenderung memikirkan kualitas pendidikan anaknya dan rela untuk mengikutsertakan anak dalam program bimbingan belajar. Apabila orangtua mampu mengelola komunikasi keluarga dengan menciptakan komunikasi aktif pada kegiatan belajar anak, maka anak akan memperoleh hasil belajar yang optimal.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SD kelas V Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, ditemukan permasalahan pada berbagai muatan pembelajaran, yakni terdapat nilai yang bervariasi, ada yang sudah di atas KKM namun adapula yang masih dibawah KKM. Hasil belajar siswa yang bervariasi, dapat berdampak pada terhambatnya siswa dalam me-mahami materi selanjutnya, khususnya siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.

(26)

11

Penelitian yang dilakukan oleh Oji Kurniadi tahun 2001 dengan judul “Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak”. Hasil peneliti-an menunjukkpeneliti-an bahwa frekuensi ypeneliti-ang dilakukpeneliti-an ayah terhadap peneliti-anak secara langsung menentukan prestasi belajar yang diraih anak, sedangkan frekuensi ibu dengan anak yang tinggi tidak menentukan prestasi belajar anak menjadi tinggi karena frekuansi komunikasi ini tidak diiringi dengan kualitas pesan dari komunikasi.

Penelitan yang dilakukan Siska Eko Mawarsih, Susilaningsih, dan Nur Hasan Hamidi pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri Jumapolo”. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh perhatian orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri Jumapolo dengan nilai F hitung sebesar (21,117) lebih besar dari F tabel sebesar (3,06). Besarnya pengaruh perhatian orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA negeri Jumapolo sebesar 23,7 % dan sisanya sebesar 76,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk pada penelitian ini, sehingga apabila ada pe-ningkatan perhatian dari orang tua dan motivasi belajar siswa maka prestasi belajar yang diraih siswa akan semakin baik. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.

Penelitian relevan selanjutnya dilakukan oleh Muharoni pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di MTs Hasanah Pekanbaru.”

(27)

12

Orangtua dengan Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di MTs Hasanah Pekanbaru yang ditunjukkan dengan nilai F hitung = 27,417 > F tabel = 3,16.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jemi Karter, Huber Yaspin Tandi, Yusdin Gagaramusu pada tahun 2014 yang berjudul “Hubungan

Komunikasi Orang Tua dan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa SD 1 Inpres 2 Lolu.” Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan positif antara komunikasi orang tua dan guru dengan prestasi belajar siswa SD Inpres 2 Lolu, berdasarkan hasil pengujian analisis inferensial dengan menggunakan rumus korelasi pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05% diperoleh rh (rhitung) = 0,062

dikonsultasikan dengan tabel r diperoleh 0,456, dengan demikian rh (r hitung) < rt (r tabel) atau 0,062 < 0,456, artinya Ho yang menyatakan tidak ada hubungan komunikasi orang tua dan guru dengan prestasi belajar siswa diterima. Sehingga hipoteis altenatif (Ha) yang diajukan ditolak.

Penelitian yang dilakukan Ertugrul Sahin, Yasar Barut, Ercument Ersanli tahun 2013 yang berjudul “Parental Education Level Positively Affects

(28)

13

skor remaja dengan ayah dengan latar belakang pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas dilihat dari hasil F tabel sebesar F(4,2208) = 8.687, p< 0.05.

Penelitian yang dilakukan Norsuhaily Abu Bakar, Ibrahim Mamat, dan Mudassir Ibrahim pada Tahun 2017 yang berjudul “Influence of Parental

Education on Academic Performance of Secondary School Students in Kuala Terengganu” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas prestasi belajar siswa dengan orangtua berpendidikan tinggi lebih baik daripada orangtua dengan pen-didikan yang lebih rendah yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan yang me-nunjukkan bahwa t tabel= 4,597 dengan taraf signifikan 0,05.

(29)

14

pekerjaan anak yang akan datang menjadi salah satu faktor yang memiliki dampak terhadap hasil belajar mereka. Orangtua yang menanamkan tingkat harapan yang tinggi pada anaknya dalam hal cita-cita, pendidikan dan pekerjaan akan ber-pengaruh pada hasil belajar anaknya tersebut. Permasalahannya adalah seberapa jauh dorongan untuk meningkatkan hasil belajar dapat dikomunikasikan orangtua pada anak.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menduga ada hubungan antara pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Pola Komunikasi dan Latar Belakang Pendidikan Orangtua terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut terdapat berbagai masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut.

1. Bervariasinya tingkat komunikasi antara siswa dengan orangtua karena ke-sibukan yang berbeda.

2. Latar belakang pendidikan orangtua yang bervariasi. 3. Hasil belajar mata pelajaran IPS yang bervariasi.

(30)

15

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti bermaksud membatasi permasalahan yang ada. Penelitian ini di fokuskan pada pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V disebabkan oleh bervariasinya intensitas pola komunikasi siswa dengan orangtua dan latar belakang pendidikan orangtua, sehingga peneliti membatasi tiga variabel untuk di-teliti yaitu variabel pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana pola komunikasi orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana latar belakang pendidikan orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

3. Bagaimana hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

4. Adakah hubungan pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang?

(31)

16

6. Adakah hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama–sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang?

7. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

8. Seberapa besar kontribusi latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

9. Seberapa besar kontribusi pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan pola komunikasi orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

2. Mendeskripsikan latar belakang pendidikan orangtua kelas V SD Gugus Moh Syafei kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

(32)

17

4. Menguji adanya hubungan pola komunikasi dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

5. Menguji adanya hubungan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

6. Menguji adanya hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Pringapus Kabupaten Semarang.

7. Menentukan kontribusi pola komunikasi orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

8. Menentukan kontribusi latar belakang pendidikan orangtua terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

9. Menentukan kontribusi pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

1.6 Manfaat Penelitian

(33)

18

1.6.1 Manfaat Teoretis

Manfaat secara teoritis merupakan suatu manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian yang bersifat teoritis. Penelitian ini ditunjukan untuk semua orang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua dengan hasil belajar IPS, sehingga dapat menjadikan informasi dalam perbaikan pola komunikasi, peningkatan taraf pendidikan, dan dapat menjadi literatur pelaksanaan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis, bagi:

1.6.2.1Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan pola komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, serta mampu mengevaluasi tingkat keberhasilan pembelajaran.

1.6.2.2Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi baru bagi guru dalam mengembangkan upaya belajar, serta mengambil kebijakan dalam me-nentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan komunikasi efektif dengan siswa untuk perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa.

1.6.2.3 Sekolah

(34)

19

peserta didik maupun dengan orangtua peserta didik. Hal yang paling penting, sekolah dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mencapai cita-cita dan semangat untuk memperoleh pendidikan yang tinggi sebagai upaya perbaikan taraf hidup di masa depan.

1.6.2.4Siswa

Hasil penelitian ini akan mampu meningkatkan kemampuan dalam hasil belajar IPS dengan meningkatkan pola komunikasi dan latar belakang pendidikan orangtua yang mereka miliki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan memperbaiki komunikasi dengan orangtuanya, mampu mendorong siswa untuk terlibat aktif ketika proses pembelajaran, dan me-numbuhkan semangat anak untuk belajar hingga perguruan tinggi.

1.6.2.5 Orangtua

(35)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Hasil Belajar IPS SD

2.1.1.1Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di-miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Rifa‟i dan Anni (2012:69) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Susanto (2013:5) adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar menurut Astuti (2012:1) adalah yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah yang di-tunjukkan dengan nilai atau angka sesuai dengan batas ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah.

(36)

21

2.1.1.2Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang memengaruhi hasil belajar menurut Susanto (2013:12), sebagai berikut.

1. Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang akan berpengaruh terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan.

2. Kesiapan

Kesiapan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga sudah siap untuk menerima pelajaran, dan sudah muncul minat serta kebutuhan dalam diri anak.

3. Bakat Anak

Bakat adalah potensi yang dimiliki anak untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.

4. Kemauan Belajar

Kemauan belajar muncul dari dalam diri siswa, bahwa belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak.

5. Minat

(37)

22

6. Model Penyajian Materi Pelajaran

Model penyajian materi perlu disajikan secara menyenangkan, tidak mem-bosankan, menarik, dan mudah dimengerti siswa.

7. Pribadi dan Sikap Guru

Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam perilaku-nya, berdampak pada siswa yang akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif. 8. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa akan mem-berikan nilai lebih pada proses pengajaran.

9. Kompetensi Guru

Guru profesional yang memiliki kemampuan tertentu sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar. Guru yang profesional mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat, sehingga pendekatan bisa berjalan dengan baik. 10. Masyarakat

Masyarakat dalam berbagai tingkah laku dan latar belakang pendidikan turut serta memengaruhi kepribadian siswa.

(38)

23

menarik, pribadi guru yang menyenangkan, suasana pembelajaran yang me-nyenangkan, kompetensi guru yang mampu memilah dan memilih metode yang tepat, serta pengaruh dari masyarakat.

2.1.1.3Klasifikasi Hasil Belajar

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita- cita. Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Pendapat lain dari Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), membagi lima kategori hasil belajar, yakni (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; dan (5) keterampilan motoris.

Sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22), menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar mem-baginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

(a) Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, meng-evaluasi, dan berkreasi. Ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru untuk memperoleh nilai siswa di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa tersebut dalam menguasi isi bahan pengajaran.

(39)

24

(c) Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan mampuan bertindak yang terdiri dari enak aspek yakni gerakan refleks, terampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ke-tepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Peneliti mengelaborasi pendapat Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2009:22), Gagne (dalam Sudjana, 2009:22), dan sistem pendidikan nasional dalam Sudjana (2009:22) bahwa terdapat macam-macam hasil belajar siswa antara lain: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan suatu bentuk tolok ukur mengenai perkembangan dan keberhasilan siswa dalam me-nempuh pendidikan di sekolah. Indikator penguasaan hasil belajar IPS siswa di-fokuskan pada muatan IPS siswa kelas V pada KD 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dan KD 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan tahun pelajaran 2017/2018 dari ranah kognitif saja.

2.1.1.4Pengertian IPS dan Ilmu-Ilmu Sosial

Menurut Susanto (2013:137) pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah.

(40)

25

sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Sardjiyo (2009:1.26) menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:137), Taneo (2010:1-14), Sardjiyo (2009:1.26) bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai masalah sosial masyarakat, disiplin ilmu sosial, humaniora, kegiatan dasar manusia dari berbagai aspek kehidupan yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan untuk memberi wawasan dan pemahaman siswa di tingkat dasar dan menengah.

(41)

ke-26

sejarahan, ilmu geografi berhubungan dengan faktor manusia dengan faktor alam dan lingkungan, ilmu ekonomi berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dan kelangkaan, ilmu manajemen berhubungan dengan aspek pe-ngelolaan, pengorganisasian, pengurusan maupun pengaturan, dan ilmu pendidik-an berhubungpendidik-an dengpendidik-an aspek pendidikpendidik-an.

Peneliti mengelaborasi pendapat Taneo (2010:1-6), dan Sardjiyo (2009:1.22) bahwa ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang semua bidang ilmu yang berhubungan dengan manusia dalam lingkup sosial dan mem-pelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

2.1.1.5Hakikat dan Tujuan IPS SD

Menurut Susanto (2013:143) pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Sedangkan pengertian IPS di SD menurut Ahmadi (2011:10) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang meng-kaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

(42)

27

Tujuan utama pembelajaran IPS menurut Susanto (2013:145) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ke-timpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pendidikan IPS mengembangkan tiga ranah pembelajaran yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapula tujuan dan batasan pembelajaran IPS dalam kaitannya dengan KTSP, sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

ke-manusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(43)

28

Peneliti mengelaborasi pendapat Susanto (2013:145), dan Sapriya (2015:12) bahwa IPS SD adalah salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pengetahuan, nilai, keterampilan, dan sikap siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki ke-mampuan berkomunikasi, bekerjasama, berkompetisi, dan sikap mental positif, terhadap perbaikan dengan segala ketimpangan yang terjadi, sehingga siswa telah siap dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

2.1.1.6Batasan Materi IPS SD

Menurut Taneo (2010:1-40) batasan materi IPS sebagai pengetahuan, adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Berdasarkan aspeknya, batasan materi IPS meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik, dan batasan kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai tingkat global. Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.

Menurut Susanto (2013:160) batasan materi IPS di sekolah dasar memiliki karakteristik, sebagai berikut.

(44)

29

2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik atau tema tertentu.

3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner (pendekat-an deng(pendekat-an menggunak(pendekat-an tinjau(pendekat-an berbagai sudut p(pendekat-and(pendekat-ang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu) dan multidisipliner (pendekatan dengan meng-gunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan).

4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar mampu bertahan seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan, dan jaminan keamanan.

5. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan. Dimensi tersebut meliputi alam sebagai tempat penyedia potensi sumber daya yang berhubungan dengan mata pelajaran geografi, waktu yang selalu berproses yang berhubungan dengan mata pelajaran sejarah, dan norma berupa aturan yang menjadi perekat keharmonisan kehidupan manusia dan alam yang berhubungan dengan mata pelajaran ekonomi, maupun sosiologi.

(45)

30

masyarakat dalam konteks sosial, yang terdiri dari gabungan unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama. Sedangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas menjadi pokok bahasan tertentu yang menyangkut berbagai masalah sosial berupa peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengolahan lingkungan, yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner (pendekatan dalam pemecah-an suatu masalah dengpemecah-an tinjaupemecah-an berbagai sudut ppemecah-andpemecah-ang ilmu serumpun ypemecah-ang berkaitan) dan multidisipliner (pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang berkaitan), dengan tiga dimensi meliputi alam sebagai tempat penyedia potensi sumber daya yang hubungan dengan mata pelajaran geografi, waktu yang selalu berproses yang ber-hubungan dengan mata pelajaran sejarah, dan norma berupa aturan yang menjadi perekat keharmonisan kehidupan manusia dan alam yang berhubungan dengan mata pelajaran ekonomi, maupun sosiologi.

2.1.1.7Karakteristik IPS SD

(46)

31

1. Materi IPS

Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang didapat anak melalui teori IPS saat di dalam kelas dapat diuji cobakan didalam kelas selanjutnya di-terapkan dalam kehidupan kesehariannya di masyarakat. Berikut ini terdapat 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan, negara bahkan dunia dengan berbagai masalah yang ada di dalamnya.

b. Kegiatan manusia misalnya: komunikasi, transportasi, produksi, keagamaan, pendidikan, mata pencaharian.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi dan yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang di-mulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, makanan, pakaian, permainan, keluarga.

2. Strategi Penyampaian IPS

(47)

32

pada pemikiran bahwa pertama kali anak dikenalkan untuk memperoleh konsep yang berhubungan dengan ilngkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya ber-tahap bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih luas.

Peneliti mengelaborasi pendapat Hidayati (2008:1-26) bahwa bidang studi IPS memiliki ciri khusus atau karakteristik IPS yang dilihat dari: (1) materi berupa, (a) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak; (b) kegiatan manusia misalnya, komunikasi, transportasi, produksi, keagamaan, pen-didikan, mata pencaharian; (c) lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh; (d) kehidupan masa lampau; (e) anak sebagai sumber materi meliputi ber-bagai segi, makanan, pakaian, permainan, keluarga; dan (2) strategi penyampaian pengajaran IPS didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan, anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/ tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum berdasarkan pemikiran dari lingkungan terdekat anak kemudian menuju yang terjauh.

2.1.1.8Kurikulum IPS SD

Menurut Mulyasa (2009:21) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan.

(48)

33

selama enam tahun mulai kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri pada kurikulum SD bukan mata pelajaran yang harus diasuh guru, melainkan bertujuan untuk meningkatkan bakat dan minat sesuai kebutuhan individual;

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/ MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu.” ;

c. Pembelajaran pada kelas I sampai dengan III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV sampai dengan VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran;

d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sesuai yang tertera dalam struktur kurikulum;

e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit; dan

f. Minggu efektif dalam satu tahun pembelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

(49)

34

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

dalam mempertahankan kemerdekaan

2.1.1.9 Evaluasi Pembelajaran IPS SD

Menurut Slameto (2001:6) evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncana-kan dengan cermat untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi melalui kegiatan belajar mengajar. Jadi evaluasi digunakan untuk mengukur pe-rubahan yang diinginkan oleh suatu program pengajaran, yakni pepe-rubahan melalui peningkatan akademik, kognitif, sosial, emosional, maupun kemampuan motorik (gerak). Evaluasi dilakukan dengan cara pengumpulan bukti sebagai dasar pe-nilaian, selanjutnya bukti tersebut diukur dan dideskripsikan. Evaluasi tahap akhir dilakukan melalui suatu pengambilan keputusan dari hasil pengukuran. Keputusan tersebut ialah: lulus-tidak lulus; berhasil-gagal; atau baik-tidak baik; dan sebagai-nya.

(50)

35

hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini berarti objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa. Sedangkan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dapat dilihat seberapa efektif dan efisien perubahan tingkah laku siswa.

Evaluasi menurut Uno (2014:3) adalah proses pemberian makna atau ke-tetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil ngukuran dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses pe-ngukuran dapat ditetapkan sesudah pelaksanaan pepe-ngukuran. Kriteria dapat berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan patokan lain berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak.

(51)

36

2.1.1.10Pengukuran Hasil Belajar IPS

Tes yang bersifat objektif maupun berbentuk subjektif dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS. Menurut Widoyoko (2017:57) tes dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian, tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara meng-ekspresikan pikiran peserta tes dan seringkali penskorannya selain dipengaruhi oleh jawaban maupun respons peserta tes juga dipengaruhi oleh subjektivitas korektor. Lain halnya, Slameto (2001:33) berpendapat bahwa pengertian bentuk tes uraian atau esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Ciri-ciri pertanyaan pada tes subjektif dengan kata-kata uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Macam-macam tes objektif antara lain tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan dan melengkapi jawaban. Pengertian lain dari Slameto (2001:40) mengungkapkan bentuk tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia dan atau memberikan jawaban singkat atau mengisi titik-titik ditempat yang tersedia.

(52)

pen-37

didikan (KTSP). Penilaian terdiri dari soal pilihan ganda dan isian yang mengacu pada Standar Kompetensi 2. Menghargai peran tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan Kompetensi Dasar 2.2 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam mem-persiapkan kemerdekaan Indonesia serta Kompetensi Dasar 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan, pada ranah kognitif aspek pemahaman, pengetahuan dan penerapan siswa kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

2.1.2 Pola Komunikasi Orangtua

2.1.2.1 Hakikat Pola Komunikasi Orangtua

Pengertian pola menurut Djamarah (2017:1), pola adalah model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Pola pada dasarnya merupakan bentuk atau model.

(53)

38

Peneliti mengelaborasi pendapat Widjaja (2000:15), Djamarah (2017:1), dan Everett M. Rogers (dalam Mulyana, 2010:69) bahwa komunikasi adalah pe-nyampaian informasi dari sumber (pengirim pesan), kepada penerima pesan dengan cara yang tepat yaitu saling pengertian dan saling memahami sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Pola komunikasi menurut Djamarah (2017:2) dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sejalan dengan pendapat Gibson (dalam Brahmasari, 2008:245) bahwa pola komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama. Sedangkan pola komunikasi menurut Azeharie (2015:214) adalah bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat di-pahami.

(54)

39

pada mata pelajaran IPS kelas V SD Gugus Moh Syafei Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yang indikatornya yang mengadaptasi pendapat Suranto (2011:82), Sendjaja (2009:6.29), dan Setyowati (2005:70) yang terdiri dari: (1) keterbukaan dalam berkomunikasi; (2) sikap empati yang menumbuhkan motivasi belajar anak; (3) perilaku suportif; (4) upaya sikap positif; dan (5) kesetaraan pengalaman.

Menurut Moekijat (1993:143) komunikasi dapat digolongkan menjadi dua kategori yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah meniadakan fasilitas untuk mencari penjelasan, pembenaran, dan sebagainya. Komunikasi satu arah hanya menjamin penyampaian pesan. Contohnya perintah dalam suatu kelompok. Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang mempunyai sistem umpan balik yang melekat. Komunikasi ini menjamin bahwa informasi, penjelasan, dan lainnya dapat diberikan lebih lanjut. Contohnya dalam kegiatan seminar. Menurut Puspitaningtyas (2016:939) komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orangtua siswa tentang suatu peristiwa, kegiatan, serta kemajuan yang dicapai anak melalui berbagai sumber seperti rapor, maupun buku penghubung. Sedangkan komunikasi dua arah yaitu apabila terjadi dialog interaktif antara guru dan orangtua. Contohnya: percakapan melalui telepon, kunjungan guru kerumah, pertemuan orangtua dan guru, serta aktivitas sekolah yang mengharuskan kehadiran orangtua lainnya. Komunikasi tersebut akan menumbuhkan kepercayaan dan penghargaan di antara keduanya.

(55)

40

komunikasi dengan guru maupun siswa lain agar pembelajaran menjadi aktif. Sedangkan menurut Mahturohmah (2013:2) komunikasi multi arah tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa, tetapi juga bisa melibat-kan interaksi dinamis antara siswa satu dengan siswa yang lain.

Peneliti mengelaborasi pendapat Gunawan (2017:5) dan Mahturohmah (2013:2) mengenai komunikasi multi arah didalam kelas, yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pola komunikasi orangtua, sehingga komunikasi multiarah ditunjukkan dengan munculnya umpan balik dari penerima pesan. Komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa dengan orangtua. Interaksi tersebut dapat terjadi melalui suatu pesan yang disampaikan oleh guru kepada siswa, dan siswa menyampaikan kepada orangtua. Sedangkan pesan tersebut berisi keharusan orangtua untuk bertemu dengan guru, maka disitulah timbul suatu rantai komunikasi multi arah dalam lingkup komunikasi orangtua.

2.1.2.2Unsur Komunikasi Orangtua

(56)

41

Unsur-unsur komunikasi menurut Widjaja (2000:30) yaitu sebagai berikut. 1. Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan untuk memperkuat pesan itu sendiri. Sumber komunikasi dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen atau sejenisnya.

2. Komunikator

Komunikator adalah setiap orang ataupun kelompok yang me-nyampaikan pesan-pesan komunikasi sebagai suatu proses. Sebuah komunikasi, seseorang tersebut dapat menjadi komunikator atau komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.

3. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengaruh dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.

4. Saluran

Saluran penyampaian pesan, biasa disebut dengan media. Media dapat dikategorikan menjadi dalam dua bagian, bagian tersebut, yaitu:

a. Media Umum

(57)

42

b. Media Massa

Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massal. Disebut demikian karena sifatnya yang massal misalnya: pers, radio, film dan televisi.

5. Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka itu berarti komunikasi berhasil, demikian juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengelaborasi pendapat Mulyana (2010:69) dan Widjaja (2000:30) dan bahwa unsur-unsur komunikasi menurut peneliti terdiri dari sumber komunikasi yang dapat berupa buku maupun orang, penyampai pesan, pesan berupa informasi yang akan disampaikan, penerima pesan, media yang digunakan, dan dampak dari sebuah proses komunikasi.

2.1.2.3Macam Pola Komunikasi Orangtua

Ada berbagai macam pola komunikasi secara umum menurut Djamarah (2017:110), namun secara khusus pola komunikasi yang dimaksud dalam proses pendidikan, ialah yang melibatkan orangtua yang mendampingi siswa di rumah dan guru disekolah, dengan rincian sebagai berikut.

1. Model Stimulus – Respon

(58)

43

kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat nonverbal, gambar, dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu.

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, orangtua memberikan isyarat verbal, nonverbal, gambar atau tindakan tertentu untuk merangsang anak. Jadi, orangtua harus lebih proaktif dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik.

2. Model ABX

Pola komunikasi lain yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling tergantung dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi, yaitu: (1) orientasi A terhadap X, (2) orientasi A terhadap B, (3) orientasi B terhadap X, (4) orientasi B terhadap A.

(59)

44

mereka tidak sependapat mengenai X atau bila mereka saling membenci, namun sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetri.

Sebuah keluarga, suami-istri sering membicarakan anaknya. Berkaitan dengan sikap dan perilaku anak, pergaulan anak, masalah sandang atau pangan anak, masalah pendidikan anak, dan sebagainya. Ketika pembicaraan kedua orangtua itu berlangsung, anak sama sekali tidak tahu. Anak tidak terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai objek yang dibicarakan, anak hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas kemampuannya. 3. Model Interaksional

(60)

45

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengelaborasi pendapat Djamarah (2017:110), Mulyana (2010:154) bahwa pola komunikasi keluarga terdiri atas model stimulus-respon, model ABX, dan model interaksional. Selanjutnya peneliti mengembangkan pola komunikasi yang merujuk pada pola komunikasi orangtua yang berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa sesuai dengan penelitian yang sedang dikaji yaitu:

Gambar 2.1 Pola Komunikasi Orangtua, Siswa, dan Guru

Pola komunikasi yang dimaksud berasal dari komunikasi guru kepada siswa, begitu juga sebaliknya siswa kepada guru. Menurut Siahaan (2018:281) hubungan siswa dengan guru yang baik berpengaruh terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Hubungan yang dimaksud ialah interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas saat proses belajar mengajar. Selanjutnya informasi yang didapat siswa dibawa ke rumah untuk dikomunikasikan kepada orangtua untuk mendapat-kan pemecahan masalah yang didapat siswa di sekolah apabila siswa mendapat kesulitan atau pekerjaan rumah yang harus dipecahkan untuk mencapai suatu ke-berhasilan pembelajaran IPS yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain komunikasi antara guru dan siswa yang terjadi disekolah dan komunikasi siswa dengan orangtua saat di rumah, komunikasi yang tidak kalah penting demi ke-berhasilan hasil belajar IPS, ialah komunikasi antara guru dengan orangtua untuk

Orangtua Siswa

(61)

46

memantau perkembangan siswa dan berguna untuk saling memecahkan per-masalahan yang terjadi pada anak. Komunikasi ini bisa melalui suatu media berupa media online yang mampu membangun suatu kedekatan (Wulan, 2015:78) untuk bertukar informasi, ataupun surat yang diberikan dari sekolah untuk me-minta kedatangan orangtua untuk suatu keperluan demi peningkatan hasil belajar IPS siswa.

2.1.2.4Tujuan Komunikasi Orangtua

Menurut Mudjito (dalam Widjaja, 2000:67) bahwa komunikasi bertujuan untuk mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu meneliti apa yang menjadi tujuan kita. Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita

harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.

2. Memahami orang lain. Sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, tidak memaksakan kehendak mereka.

3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksa-kan kehendak.

(62)

di-47

maksudkan di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.

Tujuan komunikasi lain menurut Ma‟arif (2007:18) yaitu: 1. Membentuk perubahan sosial

2. Membentuk perubahan sikap 3. Membentuk perubahan pendapat 4. Membentuk perubahan tingkah laku

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti mengelaborasi pendapat Mudjito (dalam Widjaja, 2000:67), dan Ma‟arif (2007:18) bahwa tujuan komunikasi orangtua yaitu: (1) Orangtua sebagai pengirim pesan harus menjelaskan kepada anak supaya pesan yang akan disampaikan dimengerti anak; (2) Orangtua me-mahami anak; (3) Supaya anak mampu menerima gagasan orangtua, orangtua perlu menggunakan pendekatan persuasif bukan dengan memaksakan kehendak; (4) Orangtua mampu menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu, seperti belajar, maupun berperilaku baik, dengan memberikan dorongan atau motivasi yang disertai dengan contoh konkret; dan (5) Komunikasi orangtua bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku anak.

2.1.2.5Manfaat Komunikasi Orangtua

(63)

48

bahagia dunia akhirat. Berdasarkan ilmu pendidikan dalam keluarga, pesan yang ingin disampaikan oleh orangtua tentunya berisi nilai-nilai ajaran yang dapat membawa anak menjadi orang baik dan berguna, baik dunia maupun di akhirat.

Menurut Nurudin (2008:16) salah satu fungsi komunikasi yaitu menurun-kan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya yang dilakumenurun-kan oleh para pendidik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat dalam mewaris-kan adat kebiasaan, serta nilai dari generasi ke generasi.

Peneliti mengelaborasi pendapat dari Helmawati (2014:137) dan Nurudin (2008:16) bahwa komunikasi orangtua bermanfaat untuk menyampaikan pesan dari orangtua terhadap anak berupa nasihat maupun arahan yang disebut sebagai warisan sosial, supaya anak mampu menangkap isi pesan untuk kebaikan dirinya dan keberhasilan dalam belajar dan sebagai bekal hidup di masa depan.

2.1.2.6Prinsip Komunikasi Orangtua

Menurut Mulyana (2010:91), menyatakan bahwa prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. Berikut ini prinsip-prinsip dalam komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi orangtua dengan anak yaitu:

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik

(64)

49

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang orang lain atau perilakunya sendiri. Setiap sikap dapat memunculkan berbagai macam tafsiran. Misal, diam bisa ditafsirkan setuju, sakit gigi atau bisu. Terkadang orangtua menunjukkan sikap yang diam karena orangtua tidak setuju dengan yang dilakukan anak.

3. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi

Ketika seseorang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Komunikasi seringkali terikat oleh aturan atau tata krama. Artinya, Orangtua memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana anak sebagai penerima pesan akan merespons, baik atau tidaknya dan dampak perubahan yang terjadi pada anak untuk lebih baik, yang dilandasi oleh tata krama.

4. Komunikasi Bersifat Sistemik

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Semester II
Gambar 2.1 Pola Komunikasi Orangtua, Siswa, dan Guru
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Resolusi Konflik Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V di SD Gugus Kerta Kabupaten Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal

Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media Semi Kongkret Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Kapten Kompiang Sujana. Singaraja: E-Juornal PGSD

Pengaruh Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Semester II SD Gugus I Gusti Ketut

Wardhani, Dian Ayu Puspa. Hubungan Interaksi Sosial dan Konsep Diri terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Tirtaraya Kota Pekalonagn. Jurusan Pendidikan Guru

Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Media Cetak Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Mengwi.. Jurnal Mimbar PGSD Vol

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang meliputi konsep diri dengan kemampuan pemecahan masalah IPS kelas V SD di Gugus Untung Surapati, Kecamatan Denpasar Timur, pada variabel

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Bina Insani Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dapat ditingkatkan dengan cara

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif hasil belajar IPS kelas V SD Gugus I Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara pada kelompok eksperimen dengan