DAFTAR PUSTAKA
HASIL DAN BAHASAN Keragaan perikanan cantrang
Selama kurun waktu antara tahun 2008 - 2011 produksi ikan demersal, yang sebagian didaratkan oleh unit penangkapan cantrang didominasi oleh jenis ikan: pepetek (Leiogntahidae), manyung (Arius spp), tiga waja (Scianidae).
Jaring cantrang dioperasikan dengan mengunakan berbagai ukuran kapal yang berdasarkan statistik perikanan KUD Mina Fajar Sidik dikategorikan sebagai berikut; 5 - 10 GT, 10-20 GT dan 20 – 30 GT (Gambar-kiri). Ukuran kapal berpengaruh terhadap jumlah hari di laut (trip penangkapan). Berdasarkan kriteria ukuran kapal, lama hari operasi di laut dalam satu trip masing-masing 5 hari untuk kapal ukuran 5-10 GT, 8 hari (10-20 GT) dan 15 sampai 20 hari untuk kapal berukuran 20-30 GT. Dalam satu hari operasi jaring cantrang dioperasikan antara 8-10 kali tawur (setting).
Gambar 1. Armada cantrang yang berbasis di Blanakan (kiri) dan alata tangkap cantrang (kanan)
Identifikasi terhadap sampel jaring cantrang (Gambar 1-kanan) yang berbasis di PPI Blanakan diperoleh data sebagai berikut: panjang tali ris atas (Head rope) mencapai 23 m, menggunakan 1 buah tali PA Ø 15 mm. Deskripsi rancang bangun jaring cantrang disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Deskripsi rancang bangun cantrang di Blanakan, Subang
Pemberat digunakan timah seberat 50 – 60 kg, @ 200 gr yang dipasang tersebar di bagian tali ris bawah (ground rope). Bahan jaring digunkan bahan PE terdiri dari dari d9, d 12 dan d 15 dengan besar mata jaring terus menurun dari bagian sayap, badan sampai kantong jaring yaitu mulai dari 8,25 inci pada bagian sayap, 5 inci pada bagian mulut, 4 - 2 inci pada bagian badan dan 1-3/4 inci pada bagian kantong.
Produksi dan laju tangkap cantrang
Dari sejumlah alat tangkap yang ada di PPI Blanakan, unit penangkapan cantrang menduduki urutan ketiga dalam berkonstribusi terhadap produksi ikan yang didaratkan di PPI Blanakan (Gambar 3).
Gambar 3. Perkembangan produksi ikan per alat tangkap di Blanakan, tahun 2008-2011. (Sumber, KUD Mina Fajar Sidik, Blanakan 2011)
0 200 400 600 800 1000 1200 2008 2009 2010 2011 Pr o d u ksi ( to n ) Purse seine J.Rampus J.Udang J.Nilon Pancing
Berbagai jenis ikan baik demersal, udang maupun pelagis tertangkap oleh alat tangkap cantrang. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah oleh ikan pepetek (Leiognathidae), kuniran (Upeneus spp), swanggi (Priacanthus spp), kurisi (Nemipterus spp), kapasan (Pentrapion spp). Jenis ikan lain adalah biji nangka, kurisi, senangin, bloso, cucut, pari bawal, ikan sebelah. Biota lain yang tertangkap cantrang adalah cumi-cumi, udang krosok, udang dogol, endevour, banana, sotong, rajungan, tembang, ubur-ubur.
Hasil analisis data upaya (trip) dan produksi (ikan demersal) perikanan cantrang yang berbasis di Blanakan tahun 2010-2012 diperoleh nilai laju tangkap rata-rata sebesar 5276 kg/trip, laju tangkap terhadap perbekalan es diperoleh rata- rata 1,1 kg ikan/1 kg es, sementara laju tangkap terhadap BBM sebesar 9,3 kg/liter BBM (Gambar 4).
Gambar 4. Laju tangkap cantrang Blanakan, Subang realisasi penangkapan periode tahun 2010-2012
Musim dan daerah penangkapan cantrang
Daerah penangkapan cantrang pada perairan dengan kedalaman antara 15- 30 meter. Dasar perairan yang dikehendaki adalah pasir berlumpur dan tidak berkarang. Lokasi penangkapan tergantung dari dimensi kapal cantrang. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, umumnya semakin besar ukuran kapal, maka lokasi penangkapan akan semakin jauh. Hal ini terkait dengan komponen-komponen operasional seperti jumlah BBM, ABK, perbekalan dan lain-lain. Armada cantrang dengan ukuran 5-10 GT jarak daerah penangkapan sekitar 30 mil utara Indramayu, Subang-Karawang. Sementara kapal cantrang dengan ukuran 20-30 GT rata-rata hari operasi sekitar 20 hari dengan daerah
2640 7700 5276 Min (kg/trip) Mak (kg/trip) Rata-rata (kg/trip) 0.6 1.7 1.1 Min (kg/kg es) Mak (kg/ kg es) Rata-rata (kg/kg es) 3.3 9.3 6.2 Min (kg/liter BBM) Mak (kg/Liter BBM) Rata-rata (kg/Liter BBM)
penangkapan mencapai perairan selatan Kep. Bangka-Belitung, timur Lampung, dan selatan Kalimantan bagian barat (Gambar 5).
Gambar 5. Daerah penangkapan kapal cantrang Blanakan
Produktivitas cantrang
Dalam kegiatan penangkapan ikan, produksi adalah suatu hasil tangkapan yang diperoleh selama kegiatan penangkapan berlangsung. Secara umum nilai produksi antara kapal cantrang tidaklah sama, hal ini dikarenakan terdapat faktor- faktor yang mempengaruhi seperti dimensi kapal, dimensi jaring, daya mesin yang digunakan, lama operasi trip penangkapan, volume palka, jumlah ABK, konsumsi bahan bakar, dan es.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya, bahwa selama 11 bulan penelitian telah diperoleh data dari 565 kapal sampel. Untuk mendapatkan model terbaik dari produktivitas cantrang, terlebih dahulu dilakukan eksplorasi terhadap keseluruhan data. Analisis dengan program Minitab, terdapat 182 data yang merupakan pencilan (outlier) terhadap regresi antar komponen produktivitas cantrang sehingga yang dipergunakan 383 data (Tabel 2).
Tabel 2. Deskripsi nilai statistik komponen-komponen produkstivitas cantrang di Blanakan tahun 2012.
Komponen N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Produksi 383 3.10 12.10 6.4952 1.39730 1.952 Panjang kapal 383 10.00 18.00 14.1227 1.45548 2.118 Panjang Jaring 383 25.00 50.00 37.7415 4.27197 18.250 PK 383 100.00 180.00 1.2145E2 21.41712 458.693 HOP 383 2.00 20.00 9.3238 2.74093 7.513 Palka 383 3.00 6.00 4.0274 .62655 .393 ABK 383 8.00 19.00 11.6084 1.92071 3.689 BBM 383 .42 4.40 1.6350 .70384 .495 Es 383 2.50 22.00 7.9178 3.52052 12.394
Korelasi antara faktor produksi terhadap hasil tangkapan
Korelasi dari komponen atau faktor-faktor produksi (panjang kapal, panjang jaring, PK, HOP, palka, ABK, BBM, dan Es) sebagai varibel bebas terhadap produksi (hasil tangkapan) cantrang sebagai variabel tak bebas (Tabel 3), terdapat tiga komponen yang memiliki koefisien korelasi cukup tinggi terhadap produksi hasil tangkapan, yaitu HOP, BBM, dan Es. Ketiga komponen tersebut memiliki tingkat hubungan linier yang relatif tinggi terhadap produksi. Sementara komponen panjang jaring dan PK memiliki koefisien korelasi relatif kecil atau tingkat hubungan linier keduanya relatif rendah terhadap produksi cantrang di Blanakan. Hal ini memungkinkan salah satu atau kedua variabel (panjang jaring dan PK) tidak digunakan dalam membangun model produktivitas, namun ini akan diuji lebih lanjut dengan analisis regresi berganda pada subbab berikutnya.
Sebenarnya nilai peluang nyata atau signifikansi semua variabel bebas (faktor-faktor produksi) lebih kecil dari taraf nyata α (0,05) artinya korelasi masing-masing faktor produksi tersebut terhadap hasil tangkapan cantrang adalah signifikan, atau terdapat hubungan linier yang nyata antara masing-masing faktor produksi terhadap produksi tangkapan ikan. Tiap faktor produksi berkorelasi positif terhadap hasil tangkapan, ini tidak berarti bahwa dengan penambahan
kuantitas maupun kualitas satu atau lebih faktor produksi akan diikuti oleh peningkatan produksi.
Koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier antar peubah (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).
Tabel 3. Koefisien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antar masing-masing variabel produksi terhadap produksi hasil tangkapan cantrang.
Produksi Panjang kapal
Panjang
Jaring PK HOP Palka ABK BBM Es Produksi 1 0.440** 0.291** 0.285** 0.717** 0.436** 0.455** 0.711** 0.709**
Signifikansi 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 **. Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01
Model produktivitas cantrang
Model regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan variabel tak bebas (produksi) berdasarkan dua atau lebih variabel bebas (panjang kapal, panjang jaring, PK, HOP, palka, ABK, BBM, dan Es) dalam suatu persamaan linear. Guna membangun model terbaik dari produktivitas cantrang yang berbasis di Balanakan, digunakan metode stepwise dalam regresi linier berganda. Metode stepwise memasukkan satu per satu variabel bebas untuk dianalisis.
Hasil analisis diperoleh 6 model yang ditawarkan. Model-6 merupakan model dengan variabel bebas (faktor produksi) paling banyak yaitu HOP, es, panjang kapal, ABK, palka, dan panjang jaring, sementara varibel yang tidak dipakai untuk model ini adalah PK dan BBM (Lampiran 1). Model-6 merupakan model produktivitas cantrang yang akan dipilih karena memakai varibel faktor produksi paling banyak digunakan (Trihendradi, 2010).
Tidak digunakannya variabel PK dan BBM pada model-6, karena secara statistik keduanya memiliki korelasi parsial paling rendah (Lampiran 1). Korelasi parsial adalah korelasi yang digunakan untuk menguji hubungan dua atau lebih variabel bebas (faktor-faktor produksi) dengan satu variabel tak bebas (hasil
tangkapan) dan dilakukan pengendalian pada salah satu variabel bebasnya. Pada model-6 variabel yang dikendalikan adalah PK dan BBM. Selain itu variabel PK memiliki tingkat hubungan linier paling kecil terhadap produksi cantrang di Blanakan (Tabel 1).
Selain korelasi parsial, pengujian model regresi berganda juga harus memenuhi syarat tidak adanya multikolineritas, yaitu tidak terdapat korelasi yang kuat antara variabel-variabel bebasnya. Pendeteksian adanya multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor). Nilai VIF ini menggambarkan kenaikan varians dari dugaan parameter antar peubah penjelas. Apabila nilai VIF lebih dari 5 atau 10, maka taksiran parameter kurang baik, terjadi multikolinearitas. Ini terjadi pada variabel BBM dimana VIF>5 (Lampiran 1), sehingga dikeluarkan dari model regresi. Jika faktor BBM dimasukkan ke dalam model regresi, akan timbul masalah kolinearitas sempurna, yang tidak mungkin diperoleh pendugaan koefisien parameter regresinya.
Masalah multikolinearitas menjadi serius apabila digunakan untuk mengkaji hubungan antara peubah bebas (X) dengan peubah respon (Y) karena simpangan baku koefisiennya regresinya tidak siginifikan sehingga sulit memisahkan pengaruh dari masing-masing peubah bebas.
Pemilihan model-6 sebagai model produktivitas cantrang di Blanakan juga didasarkan pada nilai koefisien korelasi ganda (R) dari model tersebut. Model-6 memiliki nilai R paling tinggi (R=0,804) diantara model-model lainnya yang ditawarkan (Lampiran 2). Nilai koefisien korelasi semakin mendekati 1, maka korelasi antar variabel-variabel bebas dengan variabel tak bebas semakin kuat.
Untuk melihat signifikansi persamaan regresi (model-6) sebagai model produktivitas cantrang di Blanakan, dilakukan pengujian terhadap model regresi tersebut yaitu uji bersama atau uji F (Anova) dan uji parsial atau uji-t (per koefisien). Hasil uji ANOVA (Tabel 4) pada model-6 diperoleh nilai Fhitung (114.228) > Ftabel (6;376;0,05) 2,10 dan nilai signifikansi model yang sangat kecil (Sig. < 0,05), sehingga persamaan regresi pada model-6 dapat digunakan untuk prediksi produktivitas cantrang di Blanakan.
Tabel 4. ANOVA model-6 yang dihasilkan dari analisis regresi berganda Sumber
keragaman Jumlah kuadrat
Derajat
bebas Kuadrat tengah Fhitung Sig.
Regression 481.612 6 80.269 114.228 0.000
Residual 264.218 376 0.703
Total 745.830 382
Pada lampiran 3, dapat dilihat koefisien-koefisien dari variabel-variabel faktor prosuksi pembentuk model produktivitas cantrang di Blanakan. Model yang diperoleh adalah:
Hasil tangkapan = -2.090 + 0.198 HOP + 0.070 Es + 0.164 Panjang kapal + 0.138 ABK + 0.285 Palka + 0.030 Panjang Jaring
Nilai koefisien determinasi (R2) model sebesar 0.646 yang berarti faktor- faktor produksi cantrang di Blanakan (HOP, es, panjang kapal, ABK, palka, dan panjang jaring) mempengaruhi hasil tangkapan sebesar 64,6%. Sementara 35,4% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak terdapat pada model.
Menurut Kusnandar (2000), faktor-faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produktivitas usaha cantrang adalah ukuran kapal, kapasitas palkah, jumlah bahan bakar, jumlah trip, kecepatan kapal, ukuran jaring dan jumlah ABK. Panayotou (1985) mengatakan bahwa faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan antara lain ukuran kapal, kekuatan mesin penggerak kapal, ukuran mata jaring, panjang alat tangkap, jumlah ABK dan lama trip operasi penangkapan. Sedangkan Permana (2003) menyatakan bahwa beberapa faktor produksi yang mempengaruhi nilai produktivitas cantrang di Tegal adalah kekuatan mesin penggerak kapal, ukuran jaring, jumlah ABK, bahan bakar yang digunakan, dan lama trip operasi penangkapan.
Selain dari keenam variabel yang terdapat pada model, masih terdapat faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil tangkapan. Pengaruh dari faktor- faktor tersebut relatif cukup besar (35,4%) sehingga model produktivitas yang diperoleh belum maksimal. Pengaruh dari faktor yang belum teridentifikasi dapat berkorelasi positif maupun negatif terhadap hasil tangkapan.