• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari)

Jerami Padi sebagai Pembenah Tanah Erlida Ariani1, Jurnawaty Sjofjan2

HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari)

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi abu sekam padi (ASP) dengan trichokompos jerami padi dan faktor tunggalnya berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Rata-rata laju pertumbuhan tanaman dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata laju pertumbuhan tanaman jagung manis (g/hari) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 4,75ef 4,90ef 4,91ef 5,00ef 4,90c

3 5,07de 5,05de 4,97def 5,12de 5,06b

9 5,15de 5,23c 5,42b 5,57a 5,34a

Rerata 5,02b 5,10a 5,20a 5,21a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan pemberian ASP sampai takaran 9 ton/ha meningkatkan laju pertumbuhan tanaman pada setiap pemberian trichokompos jerami padi sampai takaran 7,5 ton/ha. Peningkatan laju pertumbuhan tanaman pada setiap peningkatan takaran ASP tidak terlepas dari peranan ASP sebagai pembenah tanah, yang memperbaiki lingkungan perakaran tanaman. Abu sekam padi mengandung Ca dan Mg yang mampu memperbaiki pH tanah. Peningkatan pH tanah dari 3,7 menjadi 4,7 masih tergolong rendah, namun untuk budidaya jagung dilahan gambut cukup memadai untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peningkatan pH tanah diikuti dengan ketersediaan hara pada tanah, ditambah unsur hara yang terkandung pada trichokompos menjadikan tanaman berkecukupan hara untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Laju pertumbuhan mencerminkan pertambahan berat kering yang terjadi pada waktu tertentu akibat proses fisiologis yang berlangsung pada tanaman.

Menurut Harjowigeno (1995), pentingnya pH tanah terhadap pertumbuhan yaitu menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada keadaan tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam airdan mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

Berat Kering Tanaman Umur 40 HST

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi ASP dan trichokompos jerami padi berpengaruh nyata, demikian juga pengaruh masing-masing faktor tunggalnya terhadap berat kering tanaman umur 40 HST. Rata-rata berat kering tanaman umur 40 HST dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan pemberian ASP dan trichokompos jerami padi meningkatkan berat kering tanaman jagung manis pada umur 40 HST. Peningkatan berat kering terjadi pada setiap peningkatan takaran ASP dan peningkatan takaran trichokompos jerami padi. meningkatnya berat kering tanaman ini disebabkan karena kondisi tanah menjadi lebih baik akibat pengaruh ASP dan trichokompos sebagai pembenah tanah. Akibat dari asupan hara yang cukup mendukung proses fotosintesis lebih baik, hasilnya berupa fotosintat diakumulasi pada bagian-bagian tanaman seperti batang dan daun sehingga meningkatkan berat kering tanaman. Bila dikaitkan pula dengan laju pertumbuhan tanaman (Tabel 1), meningkatnya laju pertumbuhan tanaman juga mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik sehingga meningkatkan berat kering tanaman. Berat kering tanaman adalah cerminan pertumbuhan tanaman (Jumin, 2001).

Tabel 2. Rata-rata berat kering tanaman jagung manis umur 40 HST (g) pengaruh perlakuan ASP dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 38,38i 40,72k 42,49ij 40,01gh 41,40d

3 42,13j 42,93i 44,57g 46,39e 43,99c

6 43,73h 45,45f 47,49d 48,67c 46,33b

9 45,99ef 47,96d 51,53b 53,58a 49,69a

Rerata 42,55d 44,19c 46,50b 48,16a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Rasio Tajuk Akar

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi ASP dan trichokompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, demikian juga pengaruh masing-masing faktor tunggalnya. Rata-rata rasio tajuk akar dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata rasio tajuk akar tanaman jagung manis pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 9,02k 9,66i 9,78ki 10,18hij 9,66d

3 10,03k 9,89jkl 10,29ghi 10,62def 10,21c

6 10,12ij 10,43fgh 10,88cd 11,13c 10,64b

9 10,52efg 10,81de 11,60b 12,06a 11,24a

Rerata 9,92d 10,20c 10,64b 10,99a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan, bahwa ASP dan trichokompos jerami padi meningkatkan rasio tajuk akar. Peningkatan takaran ASP dari 3,0 – 9,0 ton/ha dengan trichokompos 2,5 – 7,5 ton/ha rasio tajuk akar meningkat, demikian sebaliknya setiap peningkatan trichokompos sampai 7,5 ton/ha dengan ASP sampai 9,0 rasio tajuk akar meningkat. Hal ini disebabkan karena tanaman lebih optimum menyerap hara pada kondisi lingkungan perakaran yang mendukung. Abu sekam padi mengandung Ca dan Mg mampu menetralisir pH tanah melalui reaksi hidrolisis sehingga pH tanah meningkat dari pH awal 3,7 menjadi 4,7. Peningkatan pH tanah akan diikuti oleh ketersediaan unsur hara lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu trichokompos jerami padi yang diberikan bersama ASP sebagai pembenah tanah, sesuai fungsinya sebagai bahan organik mampu memperbaiki fisik, kimia dan biologi tanah sehingga lingkungan perakaran tanaman mampu menyediakan hara yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman termasuk batang, daun dan akar. Perbandingan tajuk (batan + daun) dan akar yang baik apabila 85% bahagian tajuk dan 15% akar (5,37%) atau 88% tajuk dan 12% akar (7,3) (Efendi, 2001). Pada kondisi lingkungan perakaran optimal pertumbuhan tanaman lebih diarahkan ke pertumbuhan batang dan daun dari pada akar. Ini disebabkan hara dan air sudah tersedia disekitar perakaran tanaman untuk dimanfaatkan sehingga pembagian hasil fotosintesis lebih diarahkan untuk pertumbuhan daun dan batang dari pada akar (Jumin, 2002 dan Gadner 1991). Ini terlihat pada berat kering yang meningkat (Tabel 2), sehingga meningkatkan rasio tajuk akar.

Luas Daun (cm2)

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi abu sekam padi dan trichokompos jerami padi tidak berpengaruh nyata sedangkan masing-masing faktor tunggalnya berpengaruh nyata terhadap luas daun jagung manis. Rata-rata luas daun jagung manis dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata luas daun jagung manis (cm2) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 385,30g 398,63g 424,79efg 457,90cde 416,65c

6 386,00g 467,61cd 460,24cde 498,34bc 453,05b

9 458,96cde 484,43bcd 510,99ab 539,12a 498,37a

Rerata 408,18c 437,39b 453,16b 485,12a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Tabel 4 menunjukkan pemberian ASP dan trichokompos jerami padi meningkatkan luas daun. Setiap peningkatan takaran ASP dan takaran trichokompos jerami padi luas daun meningkat, kecuali pada 3,0 ton/ha ASP dengan trichokompos 2,5 ton/ha dan 6,0 ton/ha ASP tanpa trichokompos jerami padi. Peningkatan luas daun ini disebabkan tanaman mendapatkan lingkungan perakaran yang baik, karena ASP dan trichokompos yang diberikan ke tanah sebagai pembenah tanah seperti pH yang meningkat yang diikuti dengan ketersediaan unsur hara, mampu mendukung pertambahan luas daun.

Daun merupakan komponen pertumbuhan tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis, hasilnya berupa fotosintat digunakan untuk pertumbuhan organ tanaman termasuk batang dan daun. Meningkatnya luas daun dapat dikatakan bahwa proses fisiologis tanaman berjalan dengan baik. Sutejo (2002) menyatakan bahwa unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium berperan penting dalam mengaktifkan enzim-enzim dalam proses fotosintesis sedangkan kalium mempengaruhi perkembangan jaringan meristem yang dapat mempengaruhi panjang dan lebar daun.

Diameter Tongkol (cm)

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi abu sekam padi dengan trichokompos jerami padi tidak berpengaruh nyata, sedangkan faktor tunggal masing-masingnya berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol. Rata-rata diameter tongkol jagung manis dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan, terdapat peningkatan diameter tongkol pada setiap peningkatan ASP dan trichokompos jerami padi. Tanpa ASP dan tanpa trichokompos jerami padi diameter tongkol rendah. Hal ini ada kaitannya dengan pH tanah dan ketersediaan hara yang rendah tanpa adanya masukan ASP dan trichokompos sebagai bahan pembenah tanah sehingga pertumbuhan tanaman tertekan. Hal yang sama juga ditemui pada parameter sebelumnya sebagai luas daun, berat kering tanaman yang menunjukkan proses fisiologis tanaman tidak optimal sehingga perolehan diameter tongkol rendah. Diameter tongkol yang tinggi diperoleh pada takaran ASP 9,0 ton/ha dan trichokompos jerami padi 7,5 ton/ha. Hal ini menunjukkan pada takaran tersebut pertumbuhan tanaman lebih baik terlihat pada parameter berat kering tanaman dan luas daun, akibatnya proses fotosintesis berjalan baik dan hasil fotosintesis yang diakumulasi berupa bahan kering tanaman ditranslokasikan untuk pembentukkan tongkol sehingga meningkatkan diameter tongkol. Menurut Efendi (2001), apabila tanaman kekurangan K maka tongkol yang dihasilkan kecil dan ujungnya meruncing.

Tabel 5. Rata-rata diameter tongkol jagung manis (cm) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi (ton/ha) Trichokompos Jerami Padi (ton/ha) Rerata

0 2,5 5 7,5

0 4,51c 4,17d 4,65bc 4,87ab 4,53c

3 4,81de 4,58bc 4,76ab 4,82ab 4,75bc

6 4,65bc 4,91ab 4,92ab 4,92ab 4,85ab

9 4,87ab 4,82ab 4,88ab 5,01a 4,91a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Panjang Tongkol (cm)

Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat pengaruh interaksi dan masing-masing faktor tunggal terhadap panajang tongkol jagung manis. Rata-rata panjang tongkol jagung manis dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan pemberian ASP dan trichokompos jerami padi meningkatkan panjang tongkol jagung manis. Peningkatan takaran ASP sampai 9,0 ton/ha dan peningkatan takaran trichokompos jerami padi sampai 7,5 ton/ha panjang tongkol meningkat. Hal ini disebabkan ASP dan trichokompos jerami padi sebagai pembenah tanah saling memberikan pengaruhnya terhadap perbaikan kesuburan tanah sehingga ketersediaan hara dapat dimanfaatkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan vegetatif maupun generatif termasuk pembentukkan tongkol. Panjang tongkol tertinggi diperoleh pada 9,0/ha ASP dan 7,5 trichokompos jerami padi yaitu 22,77 cm. Bila dikaitkan dengan deskripsi (20 – 22 cm), maka panjang tongkol jagung manis yang diperoleh berada di atas kisaran deskripsi, dengan demikian terjadi pembentukkan tongkol yang lebih baik. Meningkatnya ukuran tongkol (diameter tongkol dan panjang tongkol) berpotensi pula meningkatkan berat tongkol yang tinggi. Menurut Lakitan (2000), fotosintat yang dihasilkan diangkut untuk pembentukan buah agar dapat dimanfaatkan oleh organ atau jaringan tersebut untuk pertumbuhan atau ditimbun sebagai bahan cadangan. Unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan akan menyebabkan kegiatan penyerapan hara dan fotosintesis berjalan dengan baik sehingga fotosintat yang terakumulasi juga ikut meningkat dan akan berdampak terhadap panjang tongkol tanaman jagung.

Tabel 6. Rata-rata panjang tongkol jagung manis (cm) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 17,93f 18,47ef 18,92de 19,60cd 18,73c

3 19,05cde 18,91ef 19,38cde 19,71cd 19,26b

6 18,84de 19,57cd 19,83cd 19,95c 19,56b

9 18,82c 19,81cd 21,18b 22,77a 20,81a

Rerata 18,82c 19,19c 19,83b 20,51a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Berat Tongkol (g)

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi abu sekam padi dan trichokompos jerami padi namun faktor tunggal masing-masing berpengaruh nyata terhadap berat tongkol berkelobot. Rata-rata berat tongkol berkelobot dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan terdapat peningkatan berat tongkol berkelobot dengan pemberian ASP dan trichokompos jerami padi. Peningkatan berat tongkol berkelobot terlihat pada takaran tanpa dan 3,0 ton/ha ASP dengan penambahan trichokompos jerami padi sampai takaran 7,5 ton/ha. Peningkatan ASP takaran 6,0 ton/ha tanpa trichokompos jerami padi cenderung terjadi penurunan berat tongkol berkelobot, namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan yang sama pada ASP 3,0 ton/ha, peningkatan ke takaran 6,0 - 9,0 ton/ha ASP dengan penambahan trichokompos sampai 7,5 ton/ha berat tongkol berkelobot meningkat, dan yang tinggi diperoleh pada takaran 9,0 ton/ha ASP.

Pembentukkan tongkol ada kaitannya dengan hasil fotosintesis dan diakumulasikan berupa bahan kering pada bahagian tanaman (batang dan daun) selama pertumbuhan tanaman

parameter sebelumnya seperti bahan kering tanaman dan luas daun yang tinggi pada perlakuan yang sama (Tabel 2 dan 4), maka meningkatkan pula berat tongkol berkelobot.

Tabel 7. Rata-rata berat tongkol berkelobot jagung manis (g) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 271,92d 285,37cd 288,86cd 333,90abc 295,01c

3 309,10bcd 309,56bcd 321,47abc 346,90abc 321,76bc

6 291,59cd 337,47abc 362,15abc 380,58ab 342,95ab

9 336,50abc 334,25abc 378,76ab 394,76a 363,56a

Rerata 302,28c 319,16bc 337,81b 364,03a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Menurut Lakitan (2000), unsur P mempengaruhi perkembangan ukuran tongkol dan biji serta unsur hara K berperan dalam mempercepat translokasi unsur hara dalam memperbesar ukuran tongkol. Sutoro dan Iskandar. (1988) menyatakan bahwa unsur hara mempengaruhi bobot tongkol terutama biji karena unsur hara yang diserap oleh tanaman akan dipengaruhi untuk pembentukan protein, karbohidrat dan lemak yang nantinya akan disimpan dalam biji sehingga akan meningkatkan bobot tongkol.

Produksi Per m2dengan Kelobot

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi abu sekam padi dan trichokompos jerami padi, sedangkan masing-masing faktor tunggalnya berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis per m2. Rata-rata produksi jagung manis dan hasil uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% disajikan pada Tabel 9.

Tabel 8. Rata-rata produksi jagung manis per m2 (kg) pengaruh perlakuan abu sekam padi dan trichokompos jerami padi.

Abu Sekam Padi

(ton/ha) 0 Trichokompos Jerami Padi (ton/ha)2,5 5 7,5 Rerata

0 1,08i 1,17hi 1,20ghi 1,34def 1,20d

3 1,13hi 1,22fgh 1,35efg 1,42cde 1,30c

6 1,25fgh 1,50bc 1,50bc 1,54abc 1,42b

9 1,41cde 1,50bc 1,61ab 1,70a 1,54a

Rerata 1,22d 1,31c 1,39b 1,50a

Angka-angka pada baris atau lajur diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5%.

Tabel 8 menunjukkan pemberian ASP pada takaran 3,0 - 9,0 ton/ha dan trichokompos jerami padi dari 2,5 - 7,5 ton/ha, meningkatkan produksi jagung manis per m2. Peningkatan ini disebabkan karena peranan dari ASP dan trichokompos jerami padi sebagai pembenah tanah. Abu sekam padi mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman juga mengandung kation basa yaitu CaO dan MgO, melalui reaksi hidrolisis mampu meningkatkan pH tanah gambut (Nurita dan Jumberi, 1997), dari rendah menjadi sedang untuk pertumbuhan tanaman. Meningkatnya pH tanah akan diikuti dengan ketersediaan unsur hara pada tanah. Abu sekam padi juga mengandung kation basa yang dapat meningkatkan kejenuhan basa sehingga meningkatkan kation yang dapat dipertukarkan dan keseimbangan hara. Menurut Zuraida (2013) kandungan hara pada ASP adalah

0,49 sampai 0,7% CaO, 0,12 - 0,3% MgO, 1,03 – 1,5% K2O, 0,3 – 0,46% P2O5dan 0,4 – 0,5% NaO. Seiring dengan pemberian ASP, penambahan trichokompos jerami padi akan lebih memperkaya ketersediaan hara yang dapat dimanfaatkan tanaman. Kandungan hara trichokompos jerami padi 1,35% N, 1,68% P dan 4,64% K akan dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhannya terutama P yang dibutuhkan pada fase generatif untuk pembentukkan tongkol dan biji. Produksi tongkol per m2 yang tertinggi diperoleh pada 9,0 ton/ha ASP dengan 7,5 ton/ha trichokompos jerami padi. Hal ini ada kaitannya dengan parameter sebelumnya dimana tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang baik pada fase vegetatif (Tabel 1, 2, 3 dan 4), sehingga proses fotosintesis berjalan baik, dan hasilnya ditranslokasikan ke pembentukkan tongkol (Tabel 5, 6 dan 7) sehingga perolehan produksi juga tinggi yaitu 1,70 kg/m2 (17 ton/ha). Perolehan hasil yang rendah pada tanpa ASP dan tanpa trichokompos jerami padi yaitu 1,08 kg/m2(10,8 ton/ha) meningkat sebesar 36,5%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulankan :

1. Terdapat pengaruh interaksi abu sekam padi dan trichokompos jerami padi terhadap laju pertumbuhan tanaman, berat kering tanaman dan panjang tongkol jagung manis.

2. Pemberian abu sekam padi dan faktor trichokompos jerami padi meningkatkan semua parameter pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis produksi yang tinggi diperoleh pada takaran 9,0 ton/ha abu sekam padi dan 7,5 ton/ha trichokompos jerami padi.

3. Produksi yang tinggi diperoleh pada takaran abu sekam padi 9,0 ton/ha dan trichokompos jerami padi dengan perolehan 1,7 kg/m2 (setara 17 ton/ha) berat tongkol berkelobot, meningkat 36,5% dibandingkan tanpa perlakuan.

Saran

Sesuai kondisi lahan penelitian disarankan untuk meningkatkan produksi jagung manis dilahan gambut menggunakan abu sekam padi dengan takaran 9,0 ton/ha dan trichokompos jerami padi 7,5 ton/ha sebagai bahan pembenah tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai penelitian tanah dan Wold Agroforestry Center (ICRAF). Bogor.

Effendi, S. 2001. Bercocok Tanam Jagung. Yayasan Guna. Jakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis, Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Harjowigeno, S. 1995. Sumber Daya Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan: Histosol. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harniati. 2000. Pengkajian Sistem Usahatani Jagung di Lahan Gambut. Pontianak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.

Jumin, H.B. 2002. Ekologi Suatu Pendekatan Fisiologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kusnandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktifitas dan Stabilitas Gambut dengan Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya dengan Bahan Berkadar Besi Tinggi. Disertasi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Martanto, E.A. 2001. Pengaruh abu sekam terhadap pertumbuhan tanaman dan intensitas penyakit layu Fusarium pada tomat. Jurnal Budidaya Pertanian, volume 8 (2): 37-80.

Nasution, M.H. 2011. Pemanfaatan pupuk kandang kambing dan abu sekam padi untuk mengurangi penggunaan pupuk urea dan KCl serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman padi

(Oryza Sativa L.) dan sifat kimia tanah sawah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. (Tidak dipublikasikan).

Nurita dan Jumberi. 1997. Pemupukan KCl dan abu sekam pada padi gogo di tanah podsolik merah kuning. Prosiding Seminar Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menyongsong Era Globalisasi (Buku 1). Peragi Komisariat Kalimantan Selatan. Banjarbaru. Hlm 215.

Pasandra, E. dan Faisal, K. 2003. Sekilas Ekonomi Jagung Indonesia: Suatu Study di Sentral Utama Produksi Jagung. Deptan. Jakarta.

Prima Tani. 2009. Pemanfaatan Trichokompos pada Sayuran. Jambi.

Soetoro, Y.S. dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Suherman, C. 2007. Pengaruh Campuran Tanah Lapisan Bawah (Subsoil) dan Trichokompos sebagai Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacg) Kultivar Sungai Pancur 2 (SP 2) Di Pembibitan Awal. Universitas Padjajaran. Jurnal Peragi Tahun 2007.

Sumiarjo dan Kiswondo. 2011. Penggunaan Abu Sekam dan Pupuk ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat. Fakultas Pertanian Universitas Moch. Sroedji. Jember.

Sutejo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Zuraida. 2013. Penggunaan berbagai jenis bahan ameliorant terhadap sifat kimia bahan tanah gambut hemik. Jurnal Floratek, Volume 8: 101-109

Pola Pewarisan Karakter Gabah dari Persilangan