• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bina Beru Karo dan Agustina E Marpaung

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman bawang merah pada umur 8 MST(Minggu Setelah Tanam) nyata dipengaruhi oleh interaksi antara sumber dan dosis pupuk kalium (Tabel 1). Pemberian pupuk kalium klorida dengan dosis 100 K2O/ha menghasilkan pertumbuhan bawang merahyang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol(tanpa pupuk kalium), yaitu 43,69 cm berbanding 41,16 cm. Peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah dengan penggunaan pupuk kalium sulfat berkisar 2,13-4,74% dibanding pupuk kalium klorida. Pemberian pupuk kalium sulfat dengan 100 kg K2O /ha menghasilkan pertumbuhan bawang merahyang nyata lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol(tanpa pupuk kalium), yaitu 46,67 cm berbanding 41,91 cm. Dimana peningkatan tinggi tanaman berkisar 3,68%.

Interaksi antara sumber dan dosis kalium terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur pertumbuhan yang optimal memperlihatkan bahwa tanaman bawang merah yang tertinggidihasilkan dari kombinasi K2(kalium sulfat) dengan dosis D2(100 kg/ha), yaitu 46,67 cm. Meningkatnya tinggi tanaman bawang merah dengan pemberian pupuk kalium, dikarenakan pupuk tersebut dapat menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Vachhani and Patel (1996), yaitu pemberian pupuk K mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif pada tanaman bawang merah. Demikian juga halnya dengan Abdulrachman dan Susanti (2004) mengatakan bahwa pemberian pupuk K dalam tanah yang cukup menyebabkan pertumbuhan bawang merah lebih optimal

Tabel 1. Interaksi perlakuan sumber dan dosis pupuk kalium terhadap tinggi tanaman umur 8 MST Perlakuan Sumber Kalium Tinggi Tanaman (cm) Dosis Kalium D0 D1 D2 D3 D4 K1 41.16 bB 41.22 bB 43.69 aB 41.16 bB 33.23 cB K2 41.91 aA 43.51 aA 46.67 aA 42.99 aA 41.91 aA KK (%) 4.03

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ.05

Jumlah Daun

Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan sumber kalium dan dosis kalium memberi pengaruh nyata terhadap jumlah daun, namun interaksi kedua perlakuan tidak memberi pengaruh nyata terhadap (Tabel 2).

Pemberian pupuk kalium sulfat (K2) mampu meningkatkan jumlah daun yang nyata lebih tinggi dari pada perlakuan K1 (kalium klorida). Perlakuan dosis kalium mampu meningkatkan jumlah daun yang nyata lebih tinggi dari pada tanpa pupuk kalium. Jumlah daun yang diberi pupuk kalium sulfat nyata lebih banyak dibandingkan dengan kalium klorida, yaitu 32,84 helai berbanding 27,77 helai. Peningkatan jumlah daun pada perlakuan pupuk kalium sulfat dibanding dengan pupuk kalium klorida mencapai 15,42%. Pemberian pupuk kalium nyata lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, yaitu 31,10 – 34,00 helai berbanding 22,06 helai.

Tabel 2. Pengaruh Jenis dan dosis pupuk kalium terhadap jumlah daun

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

Jenis Kalium K1. KaliumKlorida K2. Kalium Sulfat Dosis Kalium D0. 0 D1. 50 kg K2O/ha D2. 100 kg K2O/ha D3. 150 kg K2O/ha D4. 200 kg K2O/ha 27.77 b 32.84 a 22.06 b 34.00 a 31.10 a 33.53 a 30.83 a KK (%) 16.41

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ.05

Hal inimemperlihatkan bahwa pemberian kalium dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang daun, hal ini sesuai dengan peran pupuk kalium dalam pertumbuhan tanaman, karena sangat diperlukan oleh tanaman pada fungsi fisiologis tanaman (Gunadi, 2007; Farhad et al., 2010), yaitu berperan dalam aktivasi enzim, merangsang asimilasi dan transport asimilat, keseimbangan anion dan kation seperti pengaturan air melalui kontrol stomata (Zhou et al., 2006). Bobot Umbi per Tanaman

Bobot umbi per tanaman nyata dipengaruhi oleh interaksi antara sumber dan dosis pupuk kalium (Tabel 3). Penggunaan sumber dan dosis kalium yang dikombinasikan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bawang merah.Pemberian sumber pupuk kalium klorida dengan dosis 100 K2O/ha menghasilkan bobot umbi per tanaman bawang merahyang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuanlainya, yaitu 106,33 g. Sedangkan pemberian kalium sulfat dengan 100 kg K2O/ha menghasilkan pertumbuhan bawang merahyang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu 107,00 g. Secara umum perlakuan pemupukan kalium menghasilkan bobot umbi per tanaman yang nyata lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa pemupukan kalium. Dimana pemberian pupuk kalium akan meningkatkan bobot umbi berkisar 58,20% dibanding tanpa pemupukan kalium.

Tabel 3. Interaksi perlakuan Jenis dan dosis pupuk kalium terhadap bobot umbi per tanaman Perlakuan Sumber Kalium Bobot Umbi (g) Dosis Kalium D0 D1 D2 D3 D4 K1 54.17 cA 87.00 bA 106.33 aA 80.33 bA 59.67 cB K2 35.00 cB 90.67 abA 107.00 aA 87.33 bA 85.00 bA KK (%) 12.61

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ.05

Interaksi antara sumber dan dosis kalium terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur pertumbuhan yang optimal memperlihatkan bahwa tanaman bawang merah yang tertinggidihasilkan dari kombinasi pupuk kalium sulfat dengan dosis 100 kg K2O/ha. Meningkatnya bobot umbi per tanaman dengan pemberian pupuk kalium, dikarenakan pupuk tersebut dapat menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, pupuk kalium dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga dapat berfotosintesa dengan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Bidwell (1979), kalium dalam tanaman mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme, antara lain sebagai aktivator enzim-enzim dalam glikolisis, mekanisme membuka dan menutupnya stomata, serta translokasi fotosintatdari daun ke umbi.

b

a

Gambar 1. Hasil Bawang Merah per Tanaman dengan Menggunakan Pupuk Kalium Klorida (a) dan Kalium Sulfat (b) pada dosis 100 kg K2O/ha

Jumlah, Panjang dan Diameter Umbi

Berdasarkan analisa sidik ragam jumlah, panjang dan diameter umbi, diperoleh bahwa perlakuan sumber pupuk kalium nyata mempengaruhi jumlah umbi, namun tidak berpengaruh pada panjang dan diameter umbi. Sedangkan perlakuan dosis pupuk kalium, nyata mempengaruhi jumlah dan diameter umbi, sedangkan panjang umbi tidak berpengaruh nyata. (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Sumber dan dosis pupuk kalium terhadap jumlah, panjang dan diameter umbi

Perlakuan Jumlah Umbi

(siung) Panjang Umbi (cm) Diameter Umbi(cm) Jenis Kalium K1. KaliumKlorida K2. Kalium Sulfat Dosis Kalium D0. 0 D1. 50 kg K2O/ha D2. 100 kg K2O/ha D3. 150 kg K2O/ha D4. 200 kg K2O/ha 9.69 b 11.30 a 7.53 c 9.07 bc 12.83 a 10.90 ab 12.13 a 4.63 a 4.53 a 4.01 a 4.43 a 4.73 a 4.61 a 5.12 a 2.65 a 2.53 a 2.23 b 2.63 a 2.67 a 2.74 a 2.69 a KK (%) 14.29 17.24 6.57

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ.05

Data padaTabel 4memperlihatkan bahwa pemberian kalium sulfat (K2) mampu meningkatkan jumlah umbi yang nyata lebih tinggi dari pada perlakuan K1 (kalium klorida). Sedangkan perlakuan dosis kalium mampu meningkatkan jumlah dan diameter umbi yang nyata lebih tinggi dari pada tanpa kalium. Jumlah umbi yang diberi pupuk kalium sulfat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kalium klorida, yaitu 11,30 siung berbanding 9,69 siung, dimana peningkatannya mencapai 14,26%. Perlakuan pemberian pupuk kalium nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, yaitu 9,07 – 12,83 siung berbanding 7,53 siung. Dimana jumlah umbi tertinggi dijumpai pada perlakuan D2(100 kg K2O/ha), yaitu 12,83 siung dan peningkatan jumlah umbinya dibanding tanpa pemupukan kalium mencapai 41,34%. Sedangkan panjang umbi bawang merah terlihat tidak berbeda nyata diantara perlakuan, baik perlakuan sumber maupun dosis kalium.

Diameter umbi bawang merah terlihat dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan dosis kalium. Dimana diperoleh diameter umbi dengan pemberian pupuk kalium nyata lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemupukan kalium, yaitu 2,63 – 2,74 cm berbanding 2,23 cm dan peningkatannya mencapai 16,68%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kalium dapat meningkatkan jumlah dan diameter umbi tanaman bawang merah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marpaung dan Karo (2015), bahwa pemberian pupuk kalium yang mengandung K2O 40 % (kalium sulfat) berperan dalam meningkatkan hasil umbi wortel. Hal ini didukung oleh pendapat Sutrisna et al. (2003), yang menyatakan bahwa keseimbangan unsur hara terutama K di dalam tanah sangat berperan dalam sintesis karbohidrat dan protein sehingga sangat membantu memperbesar umbi bawang merah.Pengaruh lain dari pemupukan kalium adalah menghasilkan umbi yang berkualitas (Bybordi dan Malakouti, 2003).

Gambar 2. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah dengan Pemberian Pupuk Kalium

KESIMPULAN

1. Sumber pupuk kalium sulfat berperan dalam peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman (2,13-4,74%), jumlah daun (15,42%), bobot umbi/tanaman (4%) dan jumlah umbi/tanaman (14,26%) dibanding pupuk kalium klorida.

2. Dosis pemupukan kalium 100 kg K2O/ha berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman (3,68%), bobot umbi/tanaman (58,20%), jumlah umbi (41,34%) dan diameter umbi (16,68%) dibanding tanpa pemupukan kalium.

3. Penggunaan pupuk kalium sulfat dengan dosis 100 kg K2O/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Road Map Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Bawang Merah. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Abdulrachman, S., Z. Susanti. 2004. Pengaruh Pemberian Zeolit terhadap Peningkatan Efisiensi Pupuk P dan K pada Tanaman Padi. J. Zeolit Indonesia 3:1-12.

Bidwel, R.G.S. 1979. Plant physiology. Second Edition, Colier MacMillan Publ. Co. N. York.

Bybordi, A., M.J. Malakouti, 2003. The Effect of Various Rates of Potassium, Zinc, and Copper on the Yield and Quality of Onion Under Saline Conditions In Two Major Onion Growing Regions of East Azarbayjan. Agric. Sci. and Technol.17:43-52.

Farhad, I.S.M, M.N. Islam, S. Hoque, M.S.I. Bhuiyan.2010. Role of Potassium and Sulphur on the Growth, Yield, and Oil Content of Soybean (Glycine max L.). Ac. J. Plant Sci.3(2):99-103. Gunadi, N. 2007. Penggunaan Pupuk Kalium Sulfat sebagai Alternatif Sumber Pupuk Kalium pada

Tanaman Kentang. J. Hort. 17(1):52-60.

Marpaung, A.E., B. Karo 2015. Penggunaan Sumber Pupuk Kalium dalam Peningkatan Hasil Wortel (Daucus carota). Jurnal Saintech, 7:1-6.

Sumarni, N., A. Hidayat. 2005.Budidaya bawang merah. Panduan teknis budidaya bawang merah 3:1-3, ISBN : 979-8304-49-7.

Sutrisna, N., S. Suwalan, Ishaq. 2003. Uji Kelayakan Teknis dan Finansial Penggunaan Pupuk NPK Anorganik pada Tanaman Kentang Dataran Tinggi Jawa Barat. J. Hort.13(1):67-75.

Ulrich, A. 1879. Plant tissue analysis as a guide in fertilizing crops. In H.M. Reisenhauer, ed. Soil and Plant Tissue Testing in California. Riverside: University of California Bulletin 1976, 1879, pp. 1–4.

Vachhani, M.U., Z.G. Patel. 1996. Growth and Yield of Onion (Allium cepa L.) as Influenced by Levels of Nitrogen, Phosphorus, and Potash Under South Gujarat Conditions. Progressive Horticulture25:166-167.

Vidigal, S.M., P.R.G. Pereira, D.D. Pacheco. 2002. Mineral Nutrition and Fertilization of Onion.Informe.Agropecuario23(218):36-50.

Zhou, T.H., H.P. Zhang, L. Liu. 2006. Studies on Eeffect of Potassium Fertilizer Applied on Yield of Bt Cotton. Chin. Agric. Sci. Bull. 22(8):292–296.

Pemanfaatan Gulma sebagai Pupuk Kompos untuk Meningkatkan