• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantri Palupi 1* , Dini Anggorowati 2 , dan Wasi'an 2

¹ Program Studi Agroteknologi,Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl. Achmad Yani Pontianak 78124, Indonesia. Telf (0561) 740191. No Hp. 085252566226.

Email: tantripalupi@yahoo.com.

2Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl.

Achmad Yani Pontianak 78124, Indonesia. Telf (0561) 740191.

ABSTRAK

Percobaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh moisturizingdengan ekstrak rumput lautdan mendapatkan konsentrasi terbaik terhadap peningkatan viabilitas dan vigor benih kedelai. Percobaan dilakukanmulai Juli hingga November 2015, menggunakan rancangan rancangan acak lengkap faktor tunggal dengan empat ulangan. Faktor yang diuji adalah konsentrasi larutan ekstrak rumput laut, yang terdiri atas 6 perlakuan,yaitu : kontrol tanpa moisturizing;

moisturizingmenggunakan aquadest; moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut500 ppm; moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut 1000 ppm; moisturizing plus larutan ekstrak rumput

laut1500 ppm; moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut2000 ppm. Setiap satuan percobaan menggunakan 25 butir benih.Hasil percobaan menunjukkan perlakuan moisturizing dengan konsentrasi ekstrak rumput laut 1500 ppmterbaik dalam meningkatkan viabilitas benih kedelai, dilihat dari tolok ukur daya berkecambah, dari 57% (kontrol tanpa moisturizing) menjadi 73%. Perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput lautdapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih kedelai.

Kata kunci: benih kedelai, invigorasi benih, viabilitas, vigor, ekstrak rumput laut PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri perlu ditingkatkan produksinya antara lain dengan menggunakan benih bermutu. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan benih kedelai bermutu adalah benih kedelai tergolong benih yang cepat mengalami kemunduran, yang ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman.

Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan viabilitas benih kedelai yang sudah mundur salah satunya dapat dilakukan melalui perlakuan invigorasi benih sebelum tanam melalui pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) yang terdapat pada rumput laut dengan tujuan agar benih kedelai bermutu tersedia dalam setiap waktu. Salah satu teknik invigorasi adalah dengan perlakuan

moisturizing. Moisturizing merupakan perlakuan hidrasi terkontrol yang dikendalikan oleh media

lembab dengan potensial matriks rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan.

Rumput laut (Eucheuma spinosum) merupakan salah satu spesies rumput laut yang terdapat di Kalimantan Barat. Petani sudah mulai membudidayakan rumput laut jenis ini, karena harga jual tinggi dan memiliki beberapa keunggulan. Selain digunakan sebagai produk makanan dan kesehatan, tumbuhan ini juga digunakan sebagai pupuk taman dan pertanian. Montano dan Tupas (1990) menyatakan bahwa rumput laut mengandung ZPT tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pertanian. Pada setiap gram rumput laut terkandung 800 µg auksin dan 34,5 µg giberelin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut potensi

rumput laut tersebut dalam meningkatkan viabilitas benih kedelai yang sudah mundur dan diperoleh konsentrasi ekstrak rumput laut terbaik yang dapat meningkatkan viabilitas benih kedelai.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak.Penelitian dilaksanakan sejak Juli hingga November 2015.

Penelitian disusun menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal dengan empat ulangan. Faktor yang diuji adalah konsentrasi larutan ekstrak rumput laut, yang terdiri atas 6 perlakuan,yaitu A = kontrol tanpa moisturizing; B = moisturizingmenggunakan aquadest; C =

moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut500 ppm; D = moisturizing plus larutan ekstrak

rumput laut 1.000 ppm; E = moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut1.500 ppm; dan F =

moisturizing plus larutan ekstrak rumput laut2.000 ppm. Setiap satuan percobaan menggunakan 25

butir benih.

Benih kedelai yang digunakan adalah varietas Argomulyo. Untuk membuat ekstrak 500, 1000, 1500, dan 2000 ppm diperlukan rumput laut segar masing-masing sebanyak 15, 30, 45, dan 60 g, kemudian ditambahkan aquades hingga 1 liter, dihaluskan menggunakan blender, dan disaring (Firmansyah, 2015).

Benih kedelai dimoisturizing dengan cara meletakkan benih diantara kertas merang (masing-masing 5 lembar atas dan bawah). Larutan ekstrak rumput laut dimoisturizing menggunakan hand sprayer selama 15 menit (Nababan, 2014). Setelah itu benih ditiriskan. Benih kedelai yang telah dimoisturizing ditanam di atas kertas merang.

Pengujian mutu fisiologis benih dilakukan dengan metode UKDdp di dalam APB tipeIPB 72-1. Mutu fisiologis benihyang diuji meliputitingkat kelembaban benih, dengan tolok ukur kadar air benih (KA, %),indeks vigor (IV, %), keserempakan tumbuh (KST, %), daya berkecambah (DB, %), kecepatan tumbuh (KCT,%/etmal), dan bobot kering kecambah normal (BKKN, g).

Data mutu benih yang diperoleh dari masing-masing percobaan dianalisis dengan sidik ragam. Apabila antar perlakuan terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan UjiBeda Nyata Duncan (UBD) pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut berpengaruh nyata terhadap kadar air, daya berkecambah, dan kecepatan tumbuh, namun tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap indeks vigor, keserempakan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal benih (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut terhadap kadar air (KA), indeks vigor (IV), keserempakan tumbuh (KST), daya berkecambah (DB), kecepatan tumbuh (KCT), dan bobot kering kecambah normal (BKKN)benih kedelai

Perlakuan Moisturizing ... Tolok Ukur ...KA

(%) (%)IV (%)KST DB(%) (%/etmal)KCT BKKN(g) A (Kontrol tanpa moisturizing) 13,17 b 31 47 57 b 11,48 b 1,40

B (Menggunakan aquadest) 14,76 ab 31 48 61 b 13,23 ab 1,52

C (Larutan ekstrak rumput laut 500 ppm) 13,81 ab 31 50 61 b 15,38 a 1,69 D (Larutan ekstrak rumput laut 1000 ppm) 13,79 ab 31 52 63 ab 14,05 a 1,48 E (Larutan ekstrak rumput laut 1500 ppm) 15,27 a 34 57 73 a 14,60 a 1,63 F (Larutan ekstrak rumput laut 2000 ppm) 14,00 ab 31 55 65 ab 14,53 a 1,70

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada UBD α = 5 %.

Kadar air benih kedelai meningkat setelah dilakukan invigorasi dengan cara moisturizing baik yang menggunakan air maupun larutan ekstrak rumput laut.Peningkatan kadar air tertinggi dihasilkan oleh perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1500 ppm, yaitu sebesar 2,10% (dari 13,17% menjadi 15,27%). Peningkatan kadar air pada perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1500 ppm berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa moisturizing, namun berbeda tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan

moisturizing lainnya.

Daya berkecambah benih kedelai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1500 ppm (73%), dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa moisturizing (53%), moisturizing menggunakan aquadest (61%), dan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut500 ppm (61%), namun berbeda tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1000 dan 2000 ppm (63 dan 65%).

Kecepatan tumbuh benih kedelai tertinggi dihasilkan oleh perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut500 ppm, yaitu sebesar 15,38 %/etmal. Kecepatan tumbuh benih kedelai perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut500 ppm berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol tanpa moisturizing, namun berbeda tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan moisturizing lainnya, baik yang menggunakan aquadest maupun larutan ekstrak rumpu laut.

Pembahasan

Viabilitas benih dibedakan menjadi dua kelompok yaitu viabilitas potensial dan viabilitas sesungguhnya (vigor). Viabilitas potensial merupakan daya hidup benih pada kondisi optimum, secara potensial mampu menghasilkan tanaman normal yang mampu berproduksi secara normal, pada pengujian benih ditunjukkan dengan daya berkecambah dan bobot kering kecambah normal yang tinggi. Viabilitas sesungguhnya (vigor) benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal yang mampu bereproduksi secara normal dalam kondisi sub optimum, pada pengujian benih ditunjukkan dengan indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan laju pertumbuhan kecambah (Sadjad, 1994).

Viabilitas benih cenderung akan menurun. Turunnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih tersebut oleh kekuatan yang merusak baik dari alam maupun akibat buatan. Habisnya daya berkecambah benih merupakan akhir dari kemunduran benih itu sendiri. Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih kedelai adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan sampai kurang dari 80% dalam waktu 2-3 bulan.(Purwantoro, 2009).

Salah satu cara untuk meningkatkan viabilitas benih yang sudah turun adalah melalui teknik invigorasi, salah satunya yakni dengan perlakuan Moisturizing. Moisturizing adalah suatu perlakuan hidrasi benih secara parsial pada materi yang memiliki sifat permukaan hidrofilik untuk mencegah perkecambahan dan untuk menginvigorasi benih. Khan dalam Ilyas (2004) menyatakan bahwa moisturizing adalah suatu perlakuan dimana benih dihidrasi secara parsial pada materi yang memiliki sifat permukaan hidrofilik untuk merangsang perkecambahan dan untuk menginvigorasi benih.

Kadar air benih kedelai yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1500 ppm, yaitu sebesar 15,27%. Pada perlakuan tersebut proses imbibisi air ke dalam benih sudah optimal. Hal ini dapat dilihat dari ketika konsentrasi larutan ekstrak rumput laut yang digunakan ditambah menjadi 2000 ppm, air yang masuk ke dalam benih menjadi menurun (14%). Penurunan imbibisi air ke dalam benih diduga karena konsentrasi larutan ekstrak rumput laut yang semakin pekat menyebabkan jumlah air yang masuk ke dalam benih semakin berkurang. Kadar air benih berpengaruh pada awal proses perkecambahan dalam melunakkan kulit benih untuk mempermudah masuknya air dan oksigen.

ini merupakan perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan moisturizing lainnya. Pada penelitian ini, persentase daya berkecambah tertinggi pada perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput laut1500 ppm berkorelasi dengan terjadinya imbibisi air yang tinggi. Khan,

et al. (1992) menyatakan bahwa invigorasi dapat memperbaiki kemampuan fisiologis dan biokimia

benih melalui perbaikan metabolisme untuk berkecambah. Sementara dalam setiap gram rumput laut terkandung 800 µg auksin dan 34,5 µg giberelin. Zat pengatur tumbuh ini berperan hampir pada semua proses pertumbuhan (Montano and Tupas, 1990).

Campbell, et al. (2002) mengatakan auksin memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun dikotil. Auksin memiliki fungsi selain untuk pertumbuhan primer (pemanjangan) tumbuhan, auksin juga merangsang permbelahan sel kambium permbuluh dan mempengaruhi diferensiasi xylem sekunder. Selain itu pada batang giberelin bersama auksin juga dapat merangsang pemanjangan dan pembelahan sel batang, dan berpengaruh pada perkembangan buah. Perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi air, giberelin akan dibebaskan dan mulai mengaktifkan enzim-enzim yang membantu dalam metabolisme perkecambahan benih. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nababan (2014), perlakuan moisturizing dengan konsentrasi 30% KNO3selama 15 menit memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan viabilitas benih lengkeng.

Kualitas benih yang baik tidak hanya dinilai dari daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan indeks vigor saja, kecepatan tumbuh benih perlu dijadikan tolak ukur juga. Benih yang diberi perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput lautmempunyai nilai rata-rata kecepatan tumbuh yang lebih tinggi (14,05-15,38 %/etmal) dibandingkan tanpa moisturizing (11,48 %/etmal). Kecepatan tumbuh berhubungan erat dengan vigor benih, benih yang kecepatan tumbuhnya tinggi maka tanaman yang dihasilkan cenderung lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang suboptimum. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Asniwar (2004) yang menunjukkan bahwa perlakuan invigorasi dengan cara moisturizingmenggunakan KNO3 0,5% menunjukkan pengaruh yang baik terhadap kecepatan tumbuh kedelai. Menurut Sadjad (1993), kecepatan tumbuh mengidentifikasikan vigor kekuatan tumbuh, benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi lingkungan yang suboptimum dan benih yang berkecepatan tumbuh lebih dari 30%/etmal akan memiliki kekuatan tumbuh yang kuat.

SIMPULAN

Perlakuan moisturizing menggunakan larutan ekstrak rumput lautdapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih kedelai. Konsentrasi ekstrak rumput laut 1500 ppmterbaik dalam meningkatkan viabilitas benih kedelai, dilihat dari tolok ukur daya berkecambah, dari 57% (kontrol tanpa moisturizing) menjadi 73%.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada DIPA Fakultas Pertanian UNTAN Tahun 2015 yang telah membiayai penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti WS dan Izzani M. 1997. Kinerja Zat Pemacu Pertumbuhan dari Cairan Rumput Laut

Sargassum polycistum dalam Meningkatkan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max L

Merril).Universitas Diponegoro, Semarang.

Asniwar N. 2004. Pengaruh Cara Invigorasi dan Konsentrasi KNO3terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Tajungpura. Pontianak (tidak dipublikasikan).

Campbell AN, Reece JB, dan Mitchell LG. 2002. Biology.Erlangga, Jakarta.

Hamzah Z. 1981. Perkecambahan Benih Dipterocarpaceae. Silvikultur Tebang Pilih Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan Reboisasi dan Rehabilitasi, Bogor.

Ilyas S. 2006. Review: Seed treatments using matriconditioning to improve vegetable seed quality.

Bul. Agron. Vol. 34 (2): 124-132.

Khan AA. 1992. Preplant physiological seed conditioning, p. 131-181. In: J. Janick (Eds). Hort. Rev. Wiley and Sons. Ins, New York.

________, Miura H, Prusinski J dan Ilyas S. 1992. Matriconditioning of Seed to Improve Emergence. Proceeding of The Symposium on Stand Established of Horticultural Crops, Minnesota. p 19-40.

Montano NE and Tupas LM. 1990, Plant Growth Hormonal Activities of Aquous Extracts from Philllipines Seaweeds, SICEN Leaflet 2, Marine Science Institure, University of Phillipines. Nababan A. 2014. Peningkatan viabilitas benih lengkeng yang telah disimpan dengan menggunakan

Moisturizing KNO3. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Tajungpura, Pontianak (tidak dipublikasikan).

Purwantoro. 2009. Percepatan Penyebaran Varietas Unggul Melalui Sistem Penangkaran Perbenihan Kedelai di Indonesia.Balitkabi, Malang.

Rusmin D. 2001. Peningkatkan Viabilitas Benih Jambu Mete (Anacardiumoccidentale L.) Melalui Invigorasi. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Jakarta.

Sadjad S. 1972. Kemunduran Benih. Bahan Penataran PPS Agronomi. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor. 25 hal.

---. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT. Grasindo, Jakarta. 144 hal. Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali, Jakarta.

Tjitrosoepomo G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermathophyta). Cetakan Kedelapan. Penerbit UGM Press. Yogyakarta.

Respon Fisiologis dan Serapan N, P Tanaman Jagung Terhadap Inokulasi