• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah melakukan perencanaan penelitian di kelas-kelas yang diampu, sampailah pada tahapan pelaksanaan penerapan metode aktivasi memori bahagia dalam pembelajaran seni di kelas dan analisis terhadap hasilnya. Pada praktik metode menggambar dengan memori bahagia ini, ada beberapa persiapan dan perlengkapan yang harus disiapkan terlebih dulu. Dalam penerapan guru menyiapkan peralatan berupa pengeras suara untuk memperdengarkan musik instrumentalia yang membantu menenangkan otak. Sementara bagi peserta didik, peralatan yang disiapkan adalah polpen dan buku gambar/kertas kosongan tanpa garis.

Media pulpen ini sengaja dipilih agar peserta didik tidak berpikir lagi untuk menghapus gambar sehingga sekali digoreskan, maka gambar sudah langsung jadi. Hal ini bertujuan agar mental psikologis peserta didik diarahkan untuk percaya diri dengan goresan gambarnya.

Guru sebelum masuk ke dalam materi, melakukan apersepsi dengan menanyakan bagaimana keadaan psikologis peserta didik. Guru meyakinkan bahwa semua peserta didik dalam kondisi yang bahagia. Jika ada peserta didik yang mengatakan sedang sedih atau kecewa, guru bisa mengeksplorasi hal ini untuk memasuki dunia peserta didik. Selanjutnya dengan memberikan sebuah apersepsi bahwa setiap anak itu terlahir pandai, cerdas, dan bisa melakukan apa pun. Hal ini bisa diperagakan dengan meminta peserta didik mengangkat kedua tangan sambil menunjuk diri sendiri sambil mengatakan “aku anak pandai, aku anak pintar, aku anak cerdas, aku memang pintar, alhamdulillah”. Ini perlu dilakukan demi memasukkan sebuah motivasi diri bagi peserta didik bahwa mereka memang pandai dan cerdas.

Setelah dirasa kondisi sudah siap, guru meminta peserta didik menyiapkan peralatan gambarnya. Guru menyebutkan polpen dan buku gambar sudah disediakan di meja. Guru mengatakan sekali lagi bahwa peserta didik akan diajak

Setelah itu, guru meminta peserta didik dalam hitungan ketiga untuk memejamkan mata. Teknik memejamkan mata ini adalah salah satu teknik paling mudah untuk mengakses gelombang otak alfa, yaitu suatu kondisi yang rileks dan tenang. Setelah memejamkan mata, peserta didik diajak melakukan beberapa aktivitas berikut ini.

1. Meminta mereka untuk memerintahkan kepada anggota tubuh sendiri untuk relaks. Tujuan dari perintah ini adalah untuk membantu keyakinan dasar peserta didik bahwa dialah sesungguhnya yang berkuasa penuh terhadap diri sendiri.

2. Pada saat relaksasi di bagian jantung, ada pengkhususan teknik, yaitu setelah meminta jantung untuk rileks, diikuti dengan meminta peserta didik menarik napas melalui hidung, secara panjang dan kemudian membuangnya lewat mulut secara perlahan-lahan. Hal ini bertujuan untuk lebih menyiapkan pengingatan kembali pengalaman bahagia.

3. Tahap berikutnya adalah pemanggilan, pengingatan kembali memori, ingatan peserta didik yang membahagiakan. Caranya adalah dengan meminta mereka untuk mengingat-ingat kembali peristiwa yang membahagiakan. Mereka diminta untuk mengingat semua kisah bahagia yang pernah dialami sejak masa kecil atau pengalaman bahagia yang baru saja terjadi.

Selanjutnya, untuk benar-benar mengingat peristiwa dan pengalamannya, guru meminta lagi kepada peserta didik untuk mengingat-ingat secara detail kembali kapan terjadinya, siapa saja yang ada di dalam kisah bahagia itu, mungkin benda-benda apa saja di dalamnya, di mana kejadiannya, dan bagaimana pula kejadiannya.

Kemudian, agar ada perasaan bersyukur kepada Tuhan Sang Pencipta, guru meminta kepada peserta didik untuk mengucapkan ucapan syukur dan terima kasih kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. Guru meminta sekali lagi kepada peserta didik dengan hati yang penuh syukur dan untuk mengucapkansyukur lagi tanpa bimbingan guru.

Dari pengamatan penulis, cerita dari anak-anak yang menangis ini benar-benar mengharukan dan bisa menjadi pelajaran berharga bagi peserta didik lain untuk empati kepada salah satu peserta didik yang bercerita tersebut. 4. Tahap akhir adalah pemberian motivasi secara khusus kepada peserta didik

dengan kata-kata bahwa hari ini peserta didik jauh lebih bahagia dibanding hari kemarin. Hari ini yang ada adalah kebahagiaan semata. Kesedihan hilang, yang ada hanyalah syukur kepada Tuhan Sang Pencipta. Kemudian

dengan cara menghitung sampai dengan hitungan kelima, meminta peserta didik untuk membuka mata. Dalam proses membuka mata ini, disarankan untuk secara pelan-pelan. Tidak boleh secara mengejutkan atau membuka paksa mata dengan cepat. Hal ini karena mereka akan masuk gelombang alfa, namun dalam keadaan mata terbuka.

5. Setelah mata terbuka, guru meminta peserta didik tidak berkata-kata sepatah pun, kemudian meminta untuk mulai menggambar dengan menghadirkan kembali visualisasi bahagia mereka dari pikiran otak ke dalam kertas gambar. 6. Setelah praktik menggambar selesai, demi menumbuhkan kesadaran diri

bahwa ia telah mampu menggambar, guru meminta masing-masing peserta didik untuk mengangkat karya mereka tinggi-tinggi dan menunjukkan ke arah depan agar bisa dilihat oleh teman-teman lain. Cara lainnya adalah menunjuk salah satu peserta didik untuk maju dengan meminta mereka menceritakannya atau bisa pula meminta kesadaran diri peserta didik yang mau bercerita untuk tampil ke depan.

Pada tahap akhir inilah kemudian guru bertanya kembali apakah mereka mampu menggambar atau tidak? Penulis mendapati tanpa dikomando mereka menjawab serempak bahwa mampu menggambar. Namun, terkadang ada beberapa peserta didik yang masih belum yakin dengan kualitas gambar mereka. Jika menghadapi peserta didik seperti ini, penulis berusaha memotivasi dengan mengatakan bahwa gambar mereka semuanya baik dan unik.

Demikianlah, dari tahapan-tahapan penerapan metode tersebut yang dilakukan oleh penulis beberapa kali secara berulang-ulang, dan disertai dengan analisis terhadap hasil karya siswa tersebut hingga sampai pada tahapan akhir penelitian ketika peneliti mendapatkan perkembangan kualitas karya gambar mereka.

Simpulan

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivasi memori bahagia berfungsi sebagai pemantik kreativitas penciptaan karya seni siswa dengan ditunjukkan oleh perkembangan siswa dalam hal: (1) antusiasme peserta didik, berupa perasaan senang dan bahagia di dalam mengerjakan gambar; (2) semakin tumbuhnya keyakinan/kepercayaan diri peserta didik dalam menggambar. Hal

ini bisa terlihat dari sikap keberanian peserta didik saat menggambar dengan memakai media pulpen; (3) tumbuhnya keberanian peserta didik (indikatornya tidak menunjukkan upaya untuk menghapus gambar); (4) munculnya kreativitas, keunikan, dan keragaman ekspresi gambar yang berkarakter khas ala diri sendiri sehingga membedakan gaya, tema, dan bentuk gambar antarpeserta didik; dan (5) dari sisi karya, siswa dapat menghasilkan keragaman, karya gambar yang unik, estetis, dan lebih ekspresif.

Dari pelaksanaan dan praktik serta pengalaman penulis di lapangan menunjukkan bahwa memori bahagia sebagai ide dalam penciptaan karya seni rupa, ternyata tidak hanya sebatas menghasilkan karya di bidang seni rupa. Dalam beberapa kali sesi pembelajaran di kelas dan pelatihan ketika penulis sebagai narasumber, metode memori bahagia dapat memantik ide dan menghasilkan karya dalam beberapa bidang yang lain. Di antara hasil karya tersebut bisa berupa: (1) cerita pendek; (2) komik, puisi; (3) syair lagu; (4) teater; (5) karya kreatif, dan (6) games atau permainan untuk anak.

Oleh karena itu, penulis memberikan saran agar metode ini mampu memberikan manfaat lebih luas. Dengan demikian, perlu kiranya menguji coba dalam bentuk karya kesenian lainnya, semisal tari, lukis, performance art, instalasi, patung, novel, lukis poster, merchandise, buku, da desain visual. Tidak menutup kemungkinan, dalam disiplin lintas ilmu (pelajaran sejarah misalnya), terlebih ilmu psikologi sebagai salah satu teknik terapi kejiwaan, metode ini bisa bermanfaat jika diterapkan.

Penulis merekomendasikan metode memori bahagia ini, bagi guru di berbagai tingkatan pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi untuk menjadi salah satu metode alternatif dalam memantik dan menghasilkan suatu karya seni.

Referensi

Adriono. 2006. Sukses Melejitkan Potensi Anak Didik. Bandung: Mizan Learning Center.

Alawi, Muhammad al Maliki. 2002. Prinsip-Prinsip Pendidikan Rosululloh. Jakarta: Gema Insani.

Arends, Richard L. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Buku Ajar untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI. 2014. Seni Budaya. Jakarta: Kemendikbud.

Chatib, Munif. 2010. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa.

De Porter, Bobbi & Mike Hernack. 2003. Quantum Learning, Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta: Kaifa.

Dryden, Gordon & Jeannette Vos. 2000. Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifa. Gardner, Howard. 2007. Five Minds for the Future. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ginanjar, A.A. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual

ESQ. Jakarta: Arga.

Gunawan, Adi W. 2006. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hayes, Phillip dan Jenny Rogers. 2007. NLP for the Quantum Change. Jogyakarta: Baca!

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Bandung: Mizan Learning Centre.

Kartono, Kartini. 1990. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju. Sentanu, Erbe. 2007. Quantum Ikhlas. Jakarta: PT Gramedia.

Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar

dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

Susanto, Mikke. 2006. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius. Wenger, Win. 2002. Teaching & Learning. Bandung: Nuansa.

Anang Prasetyo, S.Pd. lahir di Trenggalek, 29 November 1971. Pendidikan S-1 dienyam di PSRK, IKIP Surabaya, lulus 1996. Kali pertama mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Tahun 2002 menjabat Kepala Sekolah sekaligus guru di SMP Al Azhaar Tulungagung dan SD Insan Kamil Tuban. Mulai 2011 mengabdikan diri di SMKN 1 Boyolangu sebagai guru seni budaya. Sejak kecil sering menjuarai lomba lukis. Sebagai perupa pameran dijalaninya. Di antara prestasinya, 2003 Finalis Indofood Art Award & 2015 Finalis Guru Seni di P4TK Yogyakarta. Tujuh buku telah diterbitkan. Rupa Wacana, 2017 dan Laku Lampah, 2018 adalah buku penanda pameran tunggal keduanya. Sebagai trainer, ia mengembangkan pelatihan Aktivasi Memori Bahagia bersama Komunitas Padhang Njingglang yang didirikannya sejak 2009 melalui Lembaga Pelatihan Kayyisa

KONSEP PARTISIPATORI SENI DAN