• Tidak ada hasil yang ditemukan

Neuro Sains

Buku-buku pembelajaran dan pendidikan serta psikologi menunjukkan bahwa ilmu tentang otak (neurologi) menjadi suatu kajian ilmiah dan intens dilakukan di berbagai tingkatan dan lembaga pendidikan. Sekadar contoh, Quantum Learning yang digagas oleh Bobbi DePorter & Mike Hernacki di tahun 1982, dengan Super

Camp-nya menjadi stimulan dalam pendidikan di Indonesia. Berikutnya Daniel

Goleman dengan kecerdasan emosionalnya (emotional quotient) juga menjadi tonggak baru dalam pendidikan, yakni tidak hanya menekankan faktor intelektual semata. Demikian pula saat Howard Gardner memperkenalkan kecerdasan jamak (multiple intelligence), akhirnya pendidikan di Indonesia menjadi riuh dengan keberadaan kecerdasan yang tidak hanya dilihat dengan satu aspek kecerdasan semata.

Dengan demikian, teori tentang otak menjadi suatu salah satu faktor di dalam dunia pendidikan. Otak bekerja tanpa henti meski manusia tidur. Dengan satu organ ini terdiri dari 1 triliun sel otak. 100 miliar sel otak aktif dan 900 miliar sel otak pendukung. Setiap manusia oleh Tuhan diberi sel otak yang sama. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan alat Electro Encephalo Graph (EEG), ada empat jenis gelombang otak, yaitu Beta, Alpha, Theta, dan Delta. Dalam kondisi gelombang otak Alpha 8 – 12 Hz (keadaan relaksasi, tanpa stres) dan Teta (4-8 Hz) inilah siswa dapat dikondisikan untuk dapat mengakses informasi keilmuan secara optimal. Dalam kondisi ini siswa dalam keadaan sangat rileks, masuk dalam kondisi meditatif, kondisi pikiran dan ide-ide kreatif muncul, genius, penyembuhan hebat, inspiratif.

Berkat jasa ilmuwan Roger Sperry dan kawan-kawan (Sentanu, 2007:62), pengetahuan tentang pembagian otak kanan dan otak kiri semakin mengukuhkan peranan otak dalam bekerja. Fungsi otak kiri bersifat verbal, proses aritmetik, logis analitis, serial, fokus, perbedaan, bergantung waktu, segmental, dan pikiran konvergen. Sementara otak kanan berfungsi dalam hal berpikir nonverbal, imajinatif, susunan spasial, holistik intuitif, paralel, difus, persamaan, persamaan, tidak bergantung waktu, global, dan pikiran divergen.

Dengan keselarasan kedua sisi otak yang meningkat, perbedaan di dunia akan terlihat lebih menipis atau bahkan menghilang sehingga rasa damai dan rasa menyatu serta prasangka baik dapat lebih dirasakan kehadirannya (Sentanu, 2007:65) Dalam konsep yang lebih luas, kesatuan, keesaan dalam berpikir, merasa, dan bertindak merupakan satu kesatuan yang holistik integratif. Elaine B. Johnson (2007:50) seorang penggagas Contextual Teaching & Learning (CTL) mengungkap pernyataan John Dewey, bahwa pemisahan gagasan dari tindakan dan pikiran dari tubuh menyalahi kesalingterkaitan universal antara segala sesuatu. Pesan pokok CTL adalah bahwa “learning by doing” menyebabkan kita membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna dan ketika kita melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan (2007:48).

Memori Bahagia

Aristoteles berkata “What is knowledge without memory?” (Gunawan, 2006:71). Pengetahuan apakah yang tidak melibatkan memori? Tentu bisa dijawab mustahil. Tidak mungkin. Memang faktanya tidak ada sebuah pengetahuan yang dibangun tanpa adanya ingatan, memori terhadap hal tersebut. Manusia dengan perjalanan kehidupannya di dunia ini pasti mengalami berbagai peristiwa kehidupan yang dijalaninya. Baik sedih, bahagia, takut, cemas, bahkan pengalaman traumatik dan lain-lain.

Hippocamus dalam teori otak adalah sebuah istilah yang menunjukkan fungsi

otak sebagai pintu gerbang untuk memproses dan mengonsolidasi semua memori kognitif. Bagian otak serebrum berfungsi untuk: (1) mengingat pengalaman masa lalu dan (2) pusat penafsiran yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori (Rahman & Wahab, 2004:67).

Rasa gembira adalah ekspresi dari halangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Pengalaman yang membahagiakan dan menggembirakan merupakan modal utama dalam proses belajar mengajar. Pengalaman ini bisa menjadi motivasi. Istilah motivasi menurut M. Ustman Najati dalam Rahman & Wahab (2004:132) adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang aktivitas manusia.

Dalam istilah Neuro Linguistic Programming (NLP), pemberian motivasi positif itu disebut dengan istilah anchoring. Anchoring adalah proses sistematis

menceburkan diri ke masa lalu untuk mengidentifikasi sumber yang kala itu berguna untuk masuk dan bertahan pada masa kini atau masa depan (Hayes & Rogers, 2007:149). Adapun anchoring yang dipilih adalah hal yang positif, membahagiakan, menggembirakan, dan sejenisnya. Langkah-langkah melakukan proses anchoring tersebut dengan cara: (1) relaks, dengan mengatakan kepada klien (siswa) santai saja barang sesaat; (2) meminta siswa (klien) memikirkan sesuatu waktu pada masa lalu saat mereka dalam kondisi yang penuh percaya diri

(confident); dan (3) meminta mereka untuk melangkah masuk ke waktu saat klien

(siswa) merasa amat confident, dan melihat apa yang sedang terjadi seperti itu dari mata kepala klien (siswa) sendiri. Dan, seterusnya (Hayes & Rogers, 2007:153). Ide & Gambar dalam Seni Rupa

Persoalan ide atau gagasan dalam berkarya seni rupa merupakan sebuah hal yang pokok dan tema sentral dalam berkarya. Dalam buku pengajaran Seni

Budaya (2014:12), titik tolak penciptaan karya seni rupa murni adalah penemuan

gagasan yang di antara sumbernya berasal dari realitas internal, perambahan kehidupan spiritual (psikologis) kita sendiri, seperti harapan, cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian, dan pengalaman kejiwaan lain yang kadang belum teridentifikasi dengan bahasa.

Susanto (2002:34) menyebutkan bahwa gambar merupakan dasar bagi segala hal dalam seni rupa. Gambar memiliki fungsi sebagai karya seni yang utuh dan berdiri sendiri. Dalam fungsi ini, gambar telah memperlihatkan kelengkapan pernyataan seniman. Sementara itu, ekspresi merupakan pengungkapan atau proses menyatakan (maksud, gagasan, perasaan) dalam bentuk nyata (Susanto, 2002:36). Dengan demikian, jika ada sebuah ungkapan gambar ekspresi bisa diartikan sebagai gambar yang utuh tentang ungkapan perasaan seseorang. Metodologi

Penelitian ini merupakan sebuah Classroom Action Research (CAR) yang mencakup empat tahapan: (1) perencanaan (planning), peneliti menentukan permasalahan yang diteliti, yaitu kesulitan siswa dalam menggambar, kemudian me-review teori tentang NLP yang mendukung, dan mendesain penelitiannya; (2) tindakan (action), yaitu peneliti menerapkan teknik aktivasi memori bahagia siswa pada pembelajaran seni rupa; (3) menganalisis (analysis), yaitu peneliti mengamati dan menganalisis secara mendalam hasil karya siswa dan mendiskusikannya dengan kolega guru seni yang lain, dan (4) penyimpulan (conclusion), yaitu peneliti

menyimpulkan hasil dari tindakannya dan melaporkan hasil penelitiannya. Secara teknis, penerapan aktivasi memori bahagia dalam pembelajaran seni mencakup lima tahapan: (1) penyiapan pena/peralatan menggambar, (2) relaksasi & teknik pernapasan, (3) pengaktifan gelombang otak alfa, (4) pemunculan atau aktivasi pengalaman memori kisah bahagia, dan (5) pemberian stimuli dan motivasi.