• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM KREATIVITAS TARI KARWAR: DARI TRADISI KE AUGMENTED REALITY

I. Tahapan Proses Penciptaan

Proses penciptaan tari bagi masing-masing koreografer tidak akan selalu sama. Hal ini karena tahapan karya dari masing-masing koreografer tersusun atas beberapa faktor penentu, antara lain motivasi penciptaan, waktu, sumber daya manusia, dan kebutuhan penciptaan. Proses penciptaan Tari Karwar ini menggunakan dasar tahapan penciptaan tari dari Hawkins (2003:11), yaitu (a) melihat, (b) merasakan, (c) mengkhayalkan, (d) mengejawantahkan, dan (e) memberi bentuk. Namun, karena adanya penyesuaian dari faktor-faktor penentu tahapan kekaryaan, tahapan yang dilalui dalam penciptaan Tari Karwar adalah sebagai berikut.

a. Riset

Tahapan ini sebenarnya berangkat dari ketertarikan visual saat melihat

amfyanir (patung) di Anjungan Kabupaten Biak-Numfor, Taman Budaya Papua di

Kota Jayapura. Patung tersebut dipahat oleh seorang seniman tari dan pematung dari Biak bernama Onesimus Wakum untuk mengisi waktu luangnya. Pengarya pun lantas mewawancarainya untuk mendapat data mengenai amfyanir serta upacara yang biasanya digelar oleh Suku Biak sehingga amfyanir berubah status menjadi karwar (patung roh).

Amfyanir dalam bahasa Biak berarti “patung”. Patung ini umumnya berwujud

manusia dengan atau tanpa rongga khusus di bagian belakang kepalanya yang berfungsi sebagai tempat tengkorak kepala orang yang telah meninggal. Kemudian, setelah dilakukan proses sakralisasi1, amfianir berubah sebutan menjadi karwar.

Karwar adalah patung roh leluhur hasil kebudayaan Suku Biak sejak zaman

dahulu yang telah disakralkan oleh masyarakat adat setempat hingga kini. Seiring perkembangan zaman, karwar tidak hanya sebagai patung leluhur yang sakral dan dihormati, tetapi juga menjadi produk kerajinan komersial dan dekoratif.

Gambar 2 Dua Model Amfyanir yang Menjadi Rangsang Visual Proses Kekaryaan Keterangan gambar: a. amfyanir dengan rongga kepala (tampak depan),

b. tampak belakang, c. amfyanir model tanpa rongga kepala. Dok. IBG. Surya P., 2019.

Selain itu, untuk mendapat data lainnya berupa sumber tertulis dan audiovisual, penulis mendatangi Balai Pelestari Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Papua. Dari hasil pendekatan tersebut, penulis memperoleh data berupa DVD proses pembuatan amfyanir hasil dokumentasi langsung tim BPNB ke Pulau Biak, Papua tahun 2018. Data fisik ini kemudian digunakan untuk mencocokkan keterangan lisan hasil wawancara dari narasumber sehingga pemahaman yang didapat lebih komprehensif.

Hasil dari riset ini didapatkan pengetahuan yang lebih dalam tentang kebudayaan Suku Biak, yaitu Karwar dan Wor berupa nilai-nilai tradisi dan sakral, norma-norma sekaligus yang paling penting adalah batasan yang dibolehkan untuk mereproduksi kedua budaya ini ke dalam sebuah karya tari yang diberi judul Tari Karwar ini. Mengingat Karwar adalah benda sakral yang dilalui dengan proses upacara Wor Farbabei, hal-hal yang bersifat sakral seperti media, teks nyanyian, dan gerak-gerak tari perlu untuk diperhatikan batasannya sehingga tidak saling mengganggu. Dampak dari riset ini adalah terbentuknya konsep garap karya Tari Karwar. Dalam konsep tersebut telah tergambar bagaimana bentuk karya, proses pemilihan penari, dan tata artistik Tari Karwar.

b. Eksplorasi Gerak

Setelah pengetahuan teoretik didapat sehingga menghasilkan konsep karya, proses kekaryaan kemudian dilanjutkan dengan mengeksplorasi gerak yang akan digunakan dalam karya ini. Sumber gerak yang dieksplorasi adalah gerak-gerak tradisi Suku Biak yang biasa digunakan dalam Wor. Setelah dilakukan percobaan eksplorasi gerak, ternyata ditemukan ada delapan jenis gerakan inti milik masyarakat Biak yang belum didata sebelumnya. Kedelapan gerak tersebut adalah gerak Mas Fyer, Mas Kopra, Ingainum, Manprepre, Mansibin, Munmarmar,

Inanai, dan Kref. Seluruh gerakan ini telah didokumentasikan melalui video dalam

latihan.

Hasil dari riset ini adalah terpetakannya gerak-gerak tari untuk perempuan dan laki-laki, gerakan dasar yang menggunakan tifa atau tanpa tifa serta intensitas gerak yang keras ataupun lembut. Hal ini kemudian dijadikan dasar dalam pemilihan gerak inti tersebut untuk dikembangkan dan diterapkan di bagian-bagian karya yang dirasa sesuai dengan suasana yang diinginkan.

Gambar 3 Proses Eksplorasi dan Pendataan Gerak Tari Tradisional Biak Dok. IBG. Surya Peradantha, 2019.

c. Pembentukan

Proses selanjutnya adalah pembentukan, yaitu penyesuaian dengan struktur karya yang telah dirancang. Adapun struktur yang terdapat dalam karya ini adalah sebagai berikut.

Bagian I : Memvisualisasikan aktivitas pencarian kayu di tengah hutan dalam bentuk gerak tari berkelompok. Suasana yang terjadi dalam bagian ini adalah khusyuk.

Bagian II : Memvisualisasikan aktivitas pembuatan patung (amfyanir) yang diiringi lagu permohonan kepada roh leluhur agar merestui pembuatan patung tersebut.

Bagian III : Memvisualisasikan roh leluhur yang berkenan memasuki amfyanir sehingga berubah sebutan menjadi patung Karwar. Visualisasi ini dilakukan oleh seorang penari dan diikuti oleh tabuhan alat musik Tifa serta lagu dari penari lainnya.

Bagian IV : Memvisualisasikan kegembiraan masyarakat Suku Biak melalui gerak-gerak tari nondramatik.

d. Evaluasi

Dalam tahapan ini, seluruh bagian tersebut kemudian dilatih secara utuh sekaligus dievaluasi bagian-bagian detail seperti ekspresi, kualitas gerak, serta ketepatan hitungan gerak dengan musik dan nyanyian. Perbaikan detail ini dimaksudkan untuk memantapkan penampilan Tari Karwar ini secara utuh sehingga dapat dinikmati secara estetis.

e. Perekaman

Proses perekaman ini adalah tahap akhir penciptaan Tari Karwar. Seluruh material kekaryaan yang telah terbentuk mulai dari gerak hingga tata artistik telah dirangkai menjadi bentuk utuh yang siap untuk direkam. Tujuan perekaman ini ada dua, yaitu sebagai dokumentasi utuh dan sebagai material pengaplikasian teknologi digital AR. Sebagai dokumentasi pribadi, perekaman karya dilakukan secara utuh dari awal sampai akhir karya. Durasi karya secara utuh adalah 12 menit, sedangkan rekaman sebagai material aplikasi teknologi AR, perekaman dilakukan secara parsial atau bagian per bagian. Adapun bagian karya yang direkam secara parsial adalah nama jenis-jenis gerakan dasar tarian seperti mas

kopra, mas fyer, dan inanai. Selanjutnya adalah proses pembuatan amfyanir serta

terakhir adalah di bagian visualisasi gerak karwar oleh penari.