• Tidak ada hasil yang ditemukan

‘Repetisi Garis dan Warna’, modul partisipatori seni ini mengombinasikan antara art dan matematika. Sebuah metode berkarya seni dengan menggunakan kreativitas seni dan unsur hitung-menghitung dalam penerapannya. Melukis dengan teknik repetisi garis dan warna ini bisa dikatakan juga membuat garis berulang-ulang. Garis di sini adalah garis lengkung yang disusun secara berurutan dan bertumpukan. Tahapan tumpukan ditetapkan melalui tujuh tumpukan garis lengkung dengan warna yang berbeda. Hal tersebut dilakukan untuk menakar dan menggiring kosentrasi partisipan. Dengan garis lengkung berwarna yang disusun seperti anyaman sehingga melakukan teknis repetisi ini, peserta akan merasakan seperti menganyam warna menjadi susunan yang memberikan karya penuh dialog dengan warna. Partisipan mendapatkan hal-hal yang menambah pengetahuannya, yaitu meditatif, interaksi sosial, matematika, dan psikologi warna. Gambar 1 adalah tahapan repetisi garis dan warna.

Gambar 1 Modul “Repetisi Garis dan Warna” melalui tujuh tahapan warna, mengasilkan seni lukis abstrak meditatif

‘Drawing on novel’, aktivitas men-drawing di atas novel bekas menggunakan charcoal atau arang dengan ketaksadaran garis (intuitif). Intuitif yang

dimaksudkan di sini adalah menggerakkan atau menggoreskan charcoal untuk lebih mementingkan letupan perasaan pada saat men-drawing. Batangan charcoal

itu digesekkan dengan bebas dan leluasa di atas kertas novel tersebut. Charcoal itu seolah penari balet yang bergulingan, kadang berdiri, meliuk, atau menjingjing tanpa berpikir hasil akhir. Kepekaan pikiran yang bertaut dengan rasa diperlukan saat menghentikan aktivitas menggores bila dipandang cukup. Demikian terus-menerus dilakukan lembar demi lembar kertas novel, diakhiri saat aktivitas

men-drawing dipandang cukup. Aktivitas ini dapat dilakukan 30 menit sampai satu jam.

Partisipan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan berupa healing (katarsis),

sense of art, kreativitas, dan interaksi sosial. Gambar 2 menunjukkan partisipan

mencoba men-drawing di atas novel.

Gambar 2 Partisipan men-drawing pada novel

‘Flaxi strong bamboo’, aktivitas mewujudkan bentuk tiga dimensi dengan

memadukan bahan bambu yang kuat dan fleksibel, yaitu dengan cara menganyam, membentuk, dan merangkai. Partisipan bebas membentuk kemudian menganyam

sesuai kehendak rasa (letupan sesaat kaitan gejolak rasa, kelenturan bambu, memori tentang bambu) dengan pengalaman masing-masing tanpa berpatokan dengan bentuk-bentuk yang ada. Kelenturan dan kekokohan sifat dan karakter bambu memberikan dorongan emosional yang berbeda-beda pada partisipan. Dengan memegang kemudian merangkai akan memunculkan gairah dan rasa percaya diri untuk melakukan pembentukan berikutnya. Wujud yang tercipta merupakan proses merespons setiap tahapan merangkai bambu, dilakukan terus-menerus sampai terbentuk wujud yang khas, akumulasi dari eksperimentasi dan imaji. Berikut ini patisipan mencoba mewujudkan bentuk tiga dimensi dengan medium bambu (gambar 3).

Simpulan

Partisipatori seni dapat diwujudkan melalui pengalaman dan pengetahuan seniman akademis yang didukung oleh teori-teori yang relevan seperti sosiologi, psikologi, dan estetika. Metode-metode penciptaan, pendidikan, dan pengetahuan medium membantu dalam implementasi.

Tiga modul partispatori seni: Repetisi Garis dan Warna, Drawing on Novel, dan

Flaxi Strong Bamboo merupakan tawaran konsep partisipatori seni. Tiga modul ini

mengondisikan partisipan dalam kegiatan seni yang berkontribusi memberi nilai-nilai, seperti kreativitas, psikologi warna, interaksi sosial, healing, dan meditatif. Menghidupkan, memelihara, dan mengembangkan nilai-nilai gotong-royong melalui interaksi sosial dalam aktivitas. Tiga modul ini akan semakin berguna jika diterapkan dalam kurikulum sekolah SD,SMP, dan SMK.

Referensi

Bourriaud, Nicolas. 2002. Relational Aesthetics. Paris: Les Presses du reel.

Levy, David A., Shiraev Eric B. 2012. Psikologi Lintas Kultural: Pemikiran Kritis dan

Terapan Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sujana, I Wayan & Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana. 2019. “Light Pattern, Labirin Ruang Masif”. Mudra Jurnal Seni Budaya, Volume 34 No. 3, September. Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali.

Suryajaya, M. 2015. “Dorongan ke Arah Estetika Partisipatoris: Menggali Dimensi Baru Keterkaitan antara Seni Rupa, Pengalaman, dan Pengetahuan”. Prosiding Seminar Estetik Galeri Nasional Indonesia #2: 42-53.

Suryajaya, M. 2016. Sejarah Estetika. Jakarta: Gang Kabel dan Indie Book Corner. Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media. Whitelaw, Mitchell. 2004. Metacreation: Art and Artificial Life. Massachusetts:

I Wayan Sujana Suklu lahir di Klungkung, 6 Februari 1967. Saat ini sedang menyelesaikan studi S-3 di ISI Denpasar. Sejumlah penghargaan yang diraih antara lain: Finalist From Competition of Phillip Morris Awards (1997), The Best 10 of Phillip Morris Indonesia Asian Art Awards (2003), The Winner of Indofood Art Awards Competition (2003) on Abstract Category, dan The Winner of Lombok International Bamboo Architecture Festival, Senggigi, Lombok 2013. Telah mengikuti pameran tunggal dan bersama, baik di dalam maupun di luar negeri. Pameran tunggal: (2018): “Panji, Antara Tubuh dan Bayangan”, IMF International Art Event, Nusa Dua Bali-Indonesia; (2017): “IAP, Light Pattern”, Bentara Budaya Bali; “IAP, Art Fashion”, Citta Kelangen, ISI Denpasar; dan (2016): “Sayap dan Waktu”, Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali; (2015) 100 Kebaya Art Installation.

Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana adalah salah satu anak bangsa Indonesia yang memilih menekuni dunia pendidikan untuk mengabdikan ilmu pengetahuan di Jurusan Desain Interior sejak 2002, kemudian tahun 2012 pindah ke Jurusan Desain Mode, Institut Seni Indonesia Denpasar hingga saat ini. Ratnakora menyelesaikan studi S-1 di bidang desain interior (Redesain Interior Hard Rock Café, Bali), S-2 Ilmu Lingkungan, dan S-3 Kajian Budaya. Keseluruhan jenjang studi dilalui di Universitas Udayana. Multidisiplin menjadi horizon berpikir untuk mendalami “konsep eco design, local genius, dan indigenious local berbasis seni”. Prestasi akademis menjadi 10 besar dosen berprestasi tahun 2011 dan penerima “Art Fashion-Tutur Bumi” adalah muara dari perjalanan keilmuannya yang memadukan fine art dan design.