• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Hasil Penelitian

a. Hasil Pretest dan Posttest

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor kecenderungan kenakalan remaja antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan skala kecenderungan kenakalan remaja yang diukur sebelum eksperimen (pretest) dan setelah eksperimen (posttest).

Deskripsi hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

commit to user

Perbedaan hasil pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, hasil posttest kelompok kontrol serta kelompok eksperimen pada tiap-tiap pasangan dapat dilihat pada gambar berikut :

commit to user

Gambar 3. Rata-rata Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian pelatihan asertivitas pada kelompok eksperimen, yaitu terjadi penurunan kecenderungan kenakalan remaja pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol pada pengukuran setelah pemberian perlakuan. Selanjutnya dari hasil pretest dan posttest baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan uji hipotesis dengan bantuan komputer program statistik SPSS for MS Windows version 16.

b. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji normalitas

Menurut Priyatno (2008), uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran nilai dari variabel tergantung mengikuti distribusi kurva normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka uji hipotesis

commit to user

menggunakan statistik parametrik. Pada penelitian ini, uji normalitas dengan menggunakan bantuan program SPSS for MS Windows version 16 dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Data dinyatakan bedistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05. Dari perhitungan uji normalitas yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KEpretest KEposttest KKpretest KKposttest

N 10 10 10 10

Kolmogorov-Smirnov Z .840 .430 .563 .781

Asymp. Sig. (2-tailed) .481 .993 .909 .576

a. Test distribution is Normal

Dari tabel tersebut dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov bahwa nilai signifikansi untuk pretest kelompok eksperimen sebesar 0,840, posttest kelompok eksperimen sebesar 0,430, pretest kelompok kontrol sebesar 0,563, dan posttest kelompok kontrol sebesar 0,781. Data pada tabel menunjukkan signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Menurut Priyatno (2008) uji homogenitas atau uji kesamaan ragam digunakan untuk mengetahui homogen tidaknya suatu data atau ada tidaknya perbedaan varian pada kedua kelompok sampel (dalam penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) sebagai

commit to user

prasyarat dalam analisis independent sample T test. Uji homogenitas menggunakan program SPSS for MS Windows version 16 dengan teknik uji t ( ). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05. Jika nilai signifikansi data lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan varians dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama (homogen). Dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 16 Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.264 1 18 .614

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikansi yang diperoleh adalah 0,614, lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitian ini memiliki varians sama.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan program SPSS for MS Windows version 16. Oleh karena data pada penelitian ini dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varians homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode parametrik dengan teknik uji beda t pada dua sampel bebas (independent sample T test) dan dua sampel yang berkorelasi (paired samples T test). Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0,05.

commit to user

1) Independent Sample T Test

Menurut Priyatno (2008), uji beda t pada dua sampel bebas (independent sample T test) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada kedua kelompok sampel yang tidak berhubungan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Setelah diperoleh data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian dilakukan uji independent sample T test dan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 17

Uji Independent Sample T Tes

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means t df Sig. (2-tailed)

Posttest Equal variances assumed -3.680 18 .002

Equal variances not assumed -3.680 16.580 .002

Berdasarkan data tersebut diketahui hasil uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F tes, yaitu sebesar 0,264, lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa varian sama (homogen). Uji homogenitas ini adalah prasyarat dalam uji independent sample T test. Setelah diketahui bahwa varians sama, maka dapat diketahui nilai t. Dari tabel di atas dapat diketahui nilai t hitung dengan tingkat signifikansi 0,05 adalah 3,680 dan diperoleh t tabel sebesar 2,101.

Berdasarkan kriteria pengujian, Ho ditolak bila t hitung lebih besar daripada t tabel dan P value kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008). Pada hasil

commit to user

uji independent sample T test ini nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (3,680 > 2,101) dan P value kurang dari 0,05 (0,002 < 0,05), maka Ho ditolak dan disimpulkan ada perbedaan skor kecenderungan kenakalan remaja setelah pemberian pelatihan asertivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, artinya ada pengaruh pemberian pelatihan asertivitas terhadap kecenderungan kenakalan remaja pada siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta.

2) Paired Sample T Test a. Kelompok Eksperimen

Uji beda t pada dua sampel yang berkorelasi (paired samples T test) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan pada kedua sampel yang berkorelasi, yaitu pretest dan posttest pada kelompok eksperimen (Priyatno, 2008).

Hasil pengujian apakah penurunan kecenderungan kenakalan remaja pada kelompok eksperimen signifikan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18

Uji Paired Sample T Test Kelompok Eksperimen

Paired Samples Test

t Df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Pretest - Posttest 3.920 9 .004

Dari hasil uji statistik didapatkan nilai rata-rata pretest 103,00 dan nilai rata-rata posttest 90,60. Dengan menggunakan signifikansi 5% atau 0,05 didapatkan nilai t hitung sebesar 3,920 dengan t tabel 2,262. Pada hasil uji paired sampel T test ini nilai t hitung lebih besar daripada t tabel

commit to user

(3,920 > 2,262) dan P value kurang dari 0,05 (0,004 < 0,05), maka Ho ditolak; sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kecenderungan kenakalan remaja sebelum dan setelah pemberian perlakuan, artinya pengaruh pemberian pelatihan asertivitas efektif untuk menurunkan kecenderungan kenakalan remaja pada siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta.

b. Kelompok Kontrol

Hasil pengujian apakah perbedaan skor kecenderungan kenakalan remaja pada kelompok kontrol signifikan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19

Uji Paired Sample T Test Kelompok Kontrol

Paired Samples Test

t Df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Pretest - Posttest -0.366 9 .723

Dari hasil uji statistik didapatkan nilai rata-rata pretest 103,3 dan nilai rata-rata posttest 104,1. Dengan menggunakan signifikansi 5% atau 0,05 didapatkan nilai t hitung sebesar 0,366 dengan t tabel 2,262. Pada hasil uji paired sampel T test ini nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel (0,366 < 2,262) dan P value lebih dari 0,05 (0,723 > 0,05), maka Ho diterima; sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor kecenderungan kenakalan antara pretest dan posttest pada

commit to user

kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perlakuan berupa pelatihan asertivitas yang diberikan pada kelompok kontrol.

d. Hasil Analisis Evaluasi Proses dan Hasil Pemberian Perlakuan 1) Evaluasi Proses

Hasil analisis evaluasi proses pemberian perlakuan yaitu pelatihan asertivitas, dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut :

Tabel 20

Hasil Evaluasi Proses Pemberian Perlakuan Hari Pertama

No Aspek yang Dievaluasi Kriteria Evaluasi Jumlah(%) 1 Kesesuaian materi dengan

4 Efek yang dirasakan peserta setelah mengikuti sesi

5 Sistematika dan alur pelatihan Runtut 90

Tidak runtut 10

Jelas 90

Tidak jelas 10

6 Penggunaan waktu pelatihan Efektif 90

Tidak efektif 10

commit to user

Tabel 21

Hasil Evaluasi Proses Pemberian Perlakuan Hari Kedua

No Aspek yang Dievaluasi Kriteria Evaluasi Jumlah(%) 1 Kesesuaian materi dengan

Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh subyek menyatakan materi yang disampaikan menarik dan sesuai dengan tujuan yang dicapai.

Evaluasi proses pada hari pertama ada subjek yang tidak memahami materi yang dijelaskan dan masih tegang dalam pelatihan, sehingga pelatihan terkesan kaku. Pada pertemuan hari kedua, baik materi maupun proses pelatihan lebih disempurnakan berdasarkan hasil evaluasi pada hari pertama.

Penyajian materi oleh trainer cukup terarah dan luwes, sehingga mudah untuk dipahami. Seluruh subyek merasa bahwa materi yang

commit to user

diberikan dapat dipahami dan menambah pengetahuan tiap-tiap subyek, sistematika dan alur pelatihan dilakukan cukup runtut dan jelas, serta penggunaan waktu yang belum efektif. Subyek memberikan saran dan komentar mengenai proses pelatihan, antara lain :

a) Waktu yang kurang efektif karena mengganggu jam pelajaran,

b) Cara mengajarnya menyenangkan, banyak canda tawa, dan mudah dipahami namun penjelasan materi terlalu singkat,

c) Perlu adanya tambahan waktu karena materi dan permainan yang menarik,

d) Menambah pengetahuan mengenai perilaku yang baik dan buruk.

2) Evaluasi Hasil

a) Evaluasi materi pelatihan

Hasil analisis evaluasi materi pelatihan dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut :

Tabel 22

Nilai Tes Evaluasi Materi Pelatihan

Subyek Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

KE 1 60 80

KE 2 100 90

KE 3 80 90

KE 4 90 90

KE 5 50 90

KE 6 90 90

KE 7 100 90

KE 8 40 90

KE 9 50 100

KE 10 40 80

Rata-rata 70 89

commit to user

Tabel nilai tes evaluasi materi pelatihan menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh subyek adalah 100 dan nilai terendah adalah 40. Pada hari pertama subjek masih dalam tahap penyesuaian dan ada beberapa peserta yang kurang memperhatikan dengan baik materi yang disampaikan oleh trainer.

Rata-rata nilai tes evaluasi materi pertemuan I adalah 70 dan rata-rata nilai tes evaluasi materi pertemuan II adalah 89, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subyek telah memahami isi materi yang diberikan oleh fasilitator. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penyampaian materi dilakukan secara lisan dengan jelas, menyenangkan, singkat, dan menarik.

Penjelasan materi dibantu oleh slide materi. Selain itu, tiap-tiap subyek mendapatkan makalah, sehingga subyek dapat membaca dan mencermati materi serta mencatat jika diperlukan. Setelah diberikan penjelasan secara lisan, diadakan diskusi mengenai materi yang telah disampaikan, sehingga subyek dapat memberikan feedback dan dapat bertanya mengenai hal yang belum dipahaminya.

Tabel 23. Nilai Pemahaman Materi Pelatihan

Subyek Nilai

commit to user

Tabel nilai pemahaman materi pelatihan menunjukkan bahwa hampir seluruh subyek mendapat nilai 100 dan rata-rata nilai pemahaman materi baik pertemuan I maupun pertemuan II adalah 95, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh subyek memahami materi yang diberikan oleh fasilitator. Hal ini terjadi karena dari hasil pengamatan saat pelatihan dilakukan, seluruh subyek berpartisipasi secara aktif, bersemangat, dan saling memberikan feedback dalam setiap sesi pelatihan. Selain itu, subyek juga diberi kesempatan untuk berlatih secara langsung melalui roleplaying dan studi kasus.

b) Evaluasi hasil

Berdasarkan data hasil evaluasi, dapat disimpulkan bahwa subyek telah menerapkan keterampilan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari, meskipun ada beberapa kendala yang masih dihadapi.

Sebagian besar subjek sudah mengalami kemajuan walaupun terkadang masih merasa sedikit tertekan ketika harus menolak permintaan orang lain. Beberapa subjek sudah banyak kemajuan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran ketika berhubungan dengan orang lain.

Manfaat yang diperoleh subjek ketika menerapkan keterampilan asertivitas adalah mampu menolak dengan tegas ajakan teman yang kurang baik, dapat menentukan sikap dengan baik ketika berhadapan dengan masalah, dapat bergaul dengan orang lain, dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk, serta menjadi percaya

commit to user

diri dalam menentukan pilihan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan keterampilan asertivitas yaitu kurang disiplin dalam menerapkannya dan terkadang merasa kesulitan dalam mengungkapkan kejujuran.

Beberapa subjek tidak mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan asertivitas di kehidupan sehari-hari. Saran-saran yang diberikan subjek adalah banyak berlatih untuk mengungkapkan kejujuran, perlunya disiplin menerapkan asertivitas, dan seharusnya setiap orang mampu menerapkan keterampilan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat proses-proses yang dialami oleh subyek selama dan setelah melakukan pelatihan asertivitas. Selain itu, analisis deskriptif juga bertujuan untuk mengetahui gambaran proses perubahan yang dialami subyek selama dan setelah mengikuti pelatihan asertivitas. Analisis deskriptif dilakukan pada kelompok eksperimen berdasarkan skor kecenderungan kenakalan remaja, hasil observasi, dan hasil evaluasi hasil pelatihan.

commit to user

a. Analisis Kualitatif pada Subyek KE 1

Gambar 4. Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Subyek KE 1 Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Grafik pada gambar 4 menunjukkan bahwa skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 1 mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan. Skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 1 sebelum mendapatkan pelatihan adalah 94 yang termasuk kategori sedang, sedangkan setelah mengikuti pelatihan skor turun menjadi 88 yang termasuk pada kategori rendah.

Penurunan skor kecenderungan kenakalan remaja dapat dilihat dari Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja yang diisi subyek KE 1 pada pretest dan posttest. Hal ini dapat diamati pada saat mengikuti pelatihan subjek mampu belajar untuk bersikap asertif dengan berani maju ketika ditunjuk oleh trainer.

Sebelumnya, subyek merupakan orang yang nonasertif berdasarkan pendapat dari teman-temannya.

Penurunan ini diperkuat dengan data yang diperoleh selama pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, subyek merasa tegang ketika menghadapi suatu permasalahan, subjek belum mampu mengungkapkan keinginannya dengan

8486 8890 9294 96

Pretest Pos e st

Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

Skor

Kecenderungan Kenakalan Remaja

commit to user

jujur. Subyek terbiasa mengalah ketika berbeda pendapat dengan orang lain dan terkadang merasa bersalah apabila meninggikan suara atau berbicara dengan keras. Subyek tidak suka menolak orang lain yang meminta bantuan dan merasa sulit untuk mengubah pendapat setelah sebelumnya menyetujui untuk melakukan sesuatu. Subyek hanya mengungkapkan pendapat ketika marah dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Subyek jarang meminta maaf ketika pendapatnya berbeda dengan orang lain. Menurut pendapat subyek, apabila ada orang lain yang memukul dirinya maka ia akan membalas memukulnya.

Pada awal mengikuti pelatihan, subjek terlihat kurang antusias, hanya bertopang dagu dan tidak duduk dengan tegap. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, subyek mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi ketika mengikuti ice breaking. Bahkan subyek cukup menikmati canda tawa bersama teman-temannya. Subyek mulai memiliki keberanian untuk memberikan contoh di depan tanpa harus ditunjuk oleh trainer dan berinisiatif untuk mengambil kursi ke depan tanpa diperintah. Walaupun terkadang dalam tugas diskusi kelompok, subjek lebih memilih mengobrol dan meninggalkan kelompoknya.

Menurut subyek, ia merasa senang mengikuti pelatihan karena materi yang menarik, mudah dipahami, dan waktu yang berlalu tidak terasa lama.

Berdasarkan data dari pengalaman, subyek KE 1 telah menerapkan keterampilan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari. Subyek menerapkan keterampilan asertivitas karena perilaku asertif bermanfaat ketika berhubungan dengan orang lain. Saat ini subyek mampu menentukan sikap dengan baik

commit to user

ketika berhadapan dengan suatu permasalahan. Subyek merasa sudah banyak kemajuan karena dapat mengekpresikan perasaan dan pikiran dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain. Menurut subyek, ia tidak memiliki kesulitan ketika menerapkan keterampilan asertivitas dan merasa senang mampu berperilaku asertif.

b. Analisis Kualitatif pada Subyek KE 2

Gambar 5. Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Subyek KE 2 Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Grafik pada gambar 5 menunjukkan bahwa skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 2 mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan. Skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 2 sebelum mendapatkan pelatihan adalah 95 yang termasuk kategori sedang, sedangkan setelah mengikuti pelatihan skor turun menjadi 94 dan masih termasuk pada kategori sedang.

Penurunan skor kecenderungan kenakalan remaja dapat dilihat dari Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja yang diisi subyek KE 2 pada pretest dan posttest. Hal ini dapat diamati pada saat mengikuti pelatihan subjek cukup berpartisipasi aktif selama pelatihan dan memahami materi dengan baik, akan

93,5 94 94,5 95 95,5

Pretest Pos e st

Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

Subyek KE 2 Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

commit to user

tetapi subyek masih merasa tertekan untuk mampu bersikap asertif menolak permintaan orang lain. Subyek juga belum mampu mengendalikan perilaku dari kehendaknya sendiri.

Penurunan ini diperkuat dengan data yang diperoleh selama pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, subyek KE 2 merasa tidak nyaman untuk mengungkapkan keinginan, kesulitan menolak sesuatu yang tidak diinginkan dan enggan mengungkapkan sesuatu. Subyek KE 2 terbiasa mengalah apabila berbeda pendapat dengan orang lain, subyek tidak suka menolak orang lain yang meminta bantuan. Dalam diskusi kelas, subyek sering merasa kesulitan mengungkapkan pendapat walaupun pendapatnya penting. Subyek merasa malu dan bodoh apabila ingin bertanya mengenai hal-hal yang tidak dimengerti dari perkataan orang lain.

Pada awal mengikuti pelatihan, subyek KE 2 menopang tangan pada sandaran kursi, merangkul teman di sebelahnya, kaki naik di atas kursi, mainan bolpoin, dan mengobrol. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, subyek cukup berpartisipasi aktif ketika mengikuti pelatihan. Subyek memberikan umpan balik ketika diberikan pertanyaan oleh trainer. Subyek memiliki inisiatif yang baik untuk membantu, maju ke depan, bahkan mengajukan diri sebagai ketua kelompok, dan mampu mengorganisasi anggota kelompoknya dengan baik.

Menurut subyek KE 2, ia telah menerapkan keterampilan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan ia merasa bahwa perilaku asertif bermanfaat dalam menghadapi orang lain. Manfaat yang diperoleh dari menerapkan perilaku asertif yaitu mudah bergaul dengan orang lain dan

commit to user

mampu menolak ajakan yang buruk dari orang lain. Selama ini subyek KE 2 sudah merasa ada kemajuan, akan tetapi terkadang ia merasa sedikit tertekan ketika harus menolak permintaan dari orang lain.

Berdasarkan Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja yang telah diisi oleh subyek KE 2, subyek cukup mampu menolak tawaran negatif dari orang lain namun subyek masih kurang mampu mengendalikan diri dan bersikap tegas terhadap diri sendiri untuk dapat menentukan tindakan yang baik bagi dirinya.

Skor yang diperoleh subyek KE 2 sesudah pelatihan masih dalam kategorisasi sedang, hal ini disebabkan subyek KE 2 kurang mampu menginternalisasi dengan baik asertivitas dalam dirinya untuk bersikap tegas dan menumbuhkan perasaan bersalah terhadap perbuatan yang kurang baik akibat kehendak diri sendiri.

c. Analisis Kualitatif pada Subyek KE 3

Gambar 6. Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Subyek KE 3 Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Grafik pada gambar 6 menunjukkan bahwa skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 3 mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan. Skor

92 93 94 95 96

Pretest Pos e st

Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

Subyek KE 3 Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

commit to user

kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 3 sebelum mendapatkan pelatihan adalah 95 yang termasuk kategori sedang, sedangkan setelah mengikuti pelatihan skor turun menjadi 93 yang termasuk pada kategori rendah.

Penurunan skor kecenderungan kenakalan remaja dapat dilihat dari Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja diisi subyek KE 3 pada pretest dan posttest.

Hal ini dapat diamati pada saat mengikuti pelatihan subjek berpartisipasi aktif dan mampu memahami materi pelatihan dengan baik. Sebelumnya, subyek merupakan orang yang nonasertif berdasarkan pendapat teman-temannya.

Penurunan ini diperkuat dengan data yang diperoleh selama pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, subyek KE 3 merasa bersalah ketika meninggikan suara atau berbicara dengan keras kepada orang lain. Subyek tidak suka menolak orang lain yang meminta bantuan. Subyek merasa kesulitan untuk mengubah pendapat setelah menyetujui sesuatu dan subyek selalu berusaha keras untuk menyenangkan orang lain.

Pada awal mengikuti pelatihan, subyek KE 3 kurang antusias, tak acuh, tanpa ekspresi, dan sering melamun. Seiring berjalannya waktu, subyek mampu menyesuaikan diri dengan baik. Subyek mampu mendengarkan materi dengan baik dan berpartisipasi cukup aktif. Namun, subyek terkadang melamun, menopang dagu, dan tidak memperhatikan trainer. Ketika diberikan pertanyaan oleh trainer, subyek mampu memberikan umpan balik.

Menurut subyek KE 3, ia telah menerapkan keterampilan asertivitas dalam kehidupan sehari-hari. Ia telah mampu bersikap tegas untuk menolak pengaruh buruk dari lingkungan. Manfaat yang diperoleh dari pelatihan asertivitas adalah

commit to user

dapat menolak ajakan teman yang tidak baik. Selama ini subyek merasa sudah ada kemajuan, walaupun terkadang masih merasa tertekan ketika harus menolak permintaan orang lain. Kesulitan yang dihadapinya dalam menerapkan asertivitas adalah kurang mampu melaksanakannya dengan maksimal.

d. Analisis Kualitatif pada Subyek KE 4

Gambar 7. Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja pada Subyek KE 4 Sebelum dan Sesudah Pelatihan

Grafik pada gambar 7 menunjukkan bahwa skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 4 mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan. Skor kecenderungan kenakalan remaja subyek KE 4 sebelum mendapatkan pelatihan adalah 104 yang termasuk kategori sedang, sedangkan setelah mengikuti pelatihan skor turun menjadi 100 masih pada kategori sedang. Penurunan skor kecenderungan kenakalan remaja dapat dilihat dari Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja yang diisi subyek KE 4 pada pretest dan posttest. Hal ini dapat diamati pada saat mengikuti pelatihan, subjek mampu berpartisipasi aktif

98 100 102 104 106

Pretest Pos e st

Skor Kecenderungan Kenakalan Remaja

Skor

Kecenderungan Kenakalan Remaja

commit to user

namun terkadang cenderung ikut-ikutan teman. Sebelumnya, subyek merupakan orang yang nonasertif berdasarkan pendapat teman-temannya.

Penurunan ini diperkuat dengan data yang diperoleh selama pelatihan dan setelah pelatihan. Selama ini, subyek KE 4 cenderung menyindir orang lain yang mengganggunya, merasa bersalah ketika berbicara dengan keras, dan tidak suka menolak orang lain yang meminta bantuan. Subyek merasa kesulitan untuk mengubah pendapat setelah menyetujui sesuatu. Subyek merasa malu apabila ada orang lain yang bertanya mengenai perilakunya. Dalam diskusi kelas, subyek mengalami kesulitan mengungkapkan pendapat walaupun pendapatnya penting.

Pada awal mengikuti pelatihan, subyek cenderung ikut-ikutan teman, baik mengikuti pendapat teman maupun mengikuti antusiasme teman-temannya.

Subyek bersedia mengikuti petunjuk dari trainer dengan baik, fokus dalam pelatihan, walaupun terkadang subyek sering melakukan aktivitas lain, seperti memainkan alat tulis dan duduk kurang sopan dengan kaki di angkat ke atas.

Subyek bersedia mengikuti petunjuk dari trainer dengan baik, fokus dalam pelatihan, walaupun terkadang subyek sering melakukan aktivitas lain, seperti memainkan alat tulis dan duduk kurang sopan dengan kaki di angkat ke atas.