• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Hipotesis

H : Pengaruh Pelatihan Asertivitas terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja Gambar 1

Bagan Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah :

Terdapat pengaruh pemberian pelatihan asertivitas terhadap kecenderungan kenakalan remaja pada siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta

Siswa

commit to user

68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel tergantung : Kecenderungan kenakalan remaja Variabel bebas : Pelatihan asertivitas

B. Definisi Operasional Definisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Kecenderungan Kenakalan Remaja

Kecenderungan kenakalan remaja adalah keinginan remaja untuk melakukan tindakan melanggar norma agama, norma hukum, dan norma sosial yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain serta dilakukan remaja pada usia 15 19 tahun.

Pengukuran kecenderungan kenakalan remaja dalam penelitian ini menggunakan skala kecenderungan kenakalan remaja yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Jensen (dalam Sarwono, 1985) dan Hurlock (1973). Aspek-aspek tersebut yaitu keinginan untuk melakukan tindakan yang menimbulkan korban materi, keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain, kemauan untuk melakukan tindakan yang tidak terkendali, serta kemauan melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

commit to user

Skala kecenderungan kenakalan remaja ini akan digunakan sebagai pretest yaitu alat ukur sebelum dilakukan perlakuan dan sebagai posttest yaitu alat ukur setelah dilakukan perlakuan. Hal ini bertujuan untuk mengukur dan membandingkan tingkat kecenderungan remaja sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan.

Metode penskalaan yang digunakan dalam menyusun skala kecenderungan kenakalan remaja adalah model skala Likert. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, berarti mengindikasikan semakin tinggi pula tingkat kecenderungan kenakalan remaja yang dimilikinya. Semakin rendah skor yang diperoleh subyek penelitian, berarti mengindikasikan semakin rendah pula tingkat kecenderungan kenakalan remaja yang dimilikinya.

2. Pelatihan Asertivitas

Pelatihan asertivitas adalah prosedur pelatihan yang disusun untuk melatih keterampilan sosial individu untuk dapat mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan tanpa adanya kecemasan, mengkomunikasikan pendapat secara langsung, jujur, dan tepat, serta kemampuan untuk bersikap tegas menolak permintaan orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan dirinya.

Modul pelatihan asertivitas dimodifikasi dari aspek-aspek Bishop (1999) serta Alberti dan Emmons (2002) yaitu membangun kesadaran diri mengenai bentuk perilaku yang mendominasi dirinya (self awareness), mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia (membina relationships), dan mengekspresikan perasaan dan pikiran dengan nyaman untuk menolak dan menerima permintaan (making and refusing requests).

commit to user

Modul pelatihan asertivitas ini disusun sebagai acuan untuk memberikan perlakuan kepada subjek. Pelatihan asertivitas ini menggunakan pendekatan experiental learning dengan metode presentasi, simulasi dan permainan, studi kasus, sharing, role playing, kristalisasi, dan penayangan video.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental-kuasi (quasi-experimental research) karena dilakukan tanpa randomisasi namun tetap menggunakan manipulasi dan kontrol (Latipun, 2002). Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah nonrandomized control-group pretest-posttest design. Nonrandomized group artinya tidak dilakukan randomisasi dalam menentukan KE (Kelompok Eksperimen) dan KK (Kelompok Kontrol).

Pada desain ini, di awal penelitian dilakukan pengukuran tingkat kecenderungan kenakalan remaja (variabel tergantung) pada kelompok eksperimen. Setelah diberikan perlakuan, dilakukan pengukuran tingkat kecenderungan kenakalan dengan alat ukur yang sama. Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan pengukuran tingkat kenakalan remaja di awal dan akhir, tetapi tanpa diberi perlakuan. Simbol Ilustrasi dari desain ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Eksperimen Pretest Perlakuan Posttest Analisis Kelompok Kontrol Pretest Posttest Analisis

Gambar 2. Desain Penelitian Nonrandomized Control-Group Pretest-Posttest Design

Prosedur penelitian akan dilaksanakan sebagai berikut:

commit to user

1. Memberikan pretest dengan skala kecenderungan kenakalan remaja pada kelompok subyek, yaitu siswa kelas X yang sudah ditentukan. Subyek digolongkan berdasarkan tingkat kecenderungan kenakalan remaja dari skor yang diperoleh. Skor tinggi menunjukkan tingkat kecenderungan kenakalan tinggi, skor di tengah-tengah menunjukkan tingkat kecenderungan kenakalan sedang, dan skor rendah menunjukkan tingkat kecenderungan kenakalan rendah.

2. Mengelompokkan subyek yang memiliki skor kecenderungan kenakalan remaja sedang dan tinggi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kecenderungan kenakalan remaja rendah tidak digunakan karena tidak efektif untuk diketahui pengaruhnya. Kelompok eksperimen akan diberikan lembar pernyataan kesediaan untuk mengikuti seluruh rangkaian acara pelatihan asertivitas.

3. Melakukan kontrol terhadap variabel sekunder dengan teknik matching.

Matching dilakukan dengan mengurutkan nilai/skor dari karakteristik subyek, kemudian dibuatkan pasangan berdasarkan urutan tersebut. Dari setiap pasangan, secara acak dikelompokkan menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

4. Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pemberian pelatihan asertivitas sebanyak 2 kali pertemuan. Pelatihan akan diberikan oleh trainer dan dibantu co-trainer di SMK Bhineka Karya (BK) Surakarta. Modul pelatihan berupa modul fasilitator dan modul peserta yang berisi makalah

commit to user

mengenai materi asertivitas. Modul tersebut berupa buku panduan yang akan dibagikan kepada peserta pada awal sesi pelatihan.

5. Memberikan posttest berupa skala kencenderungan kenakalan remaja pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur tingkat

kecenderungan kenakalan remaja setelah perlakuan dan tanpa perlakuan.

6. Melakukan evaluasi pelatihan dengan melakukan wawancara, observasi, dan meminta subyek pada kelompok eksperimen untuk mengisi lembar evaluasi proses dan evaluasi hasil.

7. Menganalisis hasil perlakuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tingkat kecenderungan kenakalan remaja pada subyek penelitian.

D. Populasi, Sampel, dan Sampling

a. Populasi adalah kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta berjumlah 361 siswa.

b. Sampel adalah sebagian dari individu yang diselidiki dan sampel harus memiliki paling sedikit sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun pengkhususan (Hadi, 2004). Sampel atau populasi studi merupakan hasil pemilihan subjek dari populasi untuk memperoleh karakteristik populasi. Sampel harus mencerminkan representatif karakter populasinya, akan tetapi tidak berarti identik dengan seluruh karakter populasi (Latipun, 2002).

commit to user

Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas X SMK Bhinneka Karya dengan karakteristik sama, yaitu siswa yang memiliki tingkat kecenderungan kenakalan tinggi dan tingkat kecenderungan kenakalan sedang berdasarkan pengukuran tingkat kecenderungan kenakalan remaja menggunakan skala kecenderungan kenakalan remaja.

Jumlah sampel dalam penyebaran skala pretest penelitian adalah 64 siswa yang diperoleh dari perhitungan 15% dari jumlah populasi 361 siswa. Sampel yang akan dipilih sebagai subjek eksperimen pelatihan akan diperoleh dengan cara screening dari hasil pengolahan pretest pada 64 siswa tersebut.

c. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan kelompok subyek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Purposive sampling dipilih karena subyek penelitian berdasarkan kriteria yaitu siswa kelas X yang memiliki tingkat kecenderungan kenakalan remaja tinggi dan tingkat kecenderungan kenakalan remaja sedang.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau mengambil data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2009). Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari siswa kelas X SMK Bhinneka Karya Surakarta yang menjadi responden penelitian.

commit to user

Data primer ini berupa skala kecenderungan kenakalan remaja dan modul asertivitas. Skala kecenderungan kenakalan remaja digunakan sebagai pretest dan posttest. Pretest digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kecenderungan kenakalan remaja sebelum perlakuan. Posttest digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kecenderungan kenakalan remaja setelah perlakuan untuk kelompok eksperimen dan nonperlakuan untuk kelompok kontrol.

Modul asertivitas digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan pelatihan dan data mengenai modul tersebut akan diperoleh dari lembar evaluasi yang diisi oleh subyek. Selain itu data yang diperoleh di tempat penelitian, yakni berupa dokumentasi untuk pengumpulan data misalnya hasil observasi, interview dan foto yang dapat mendukung penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Skala yang digunakan berpedoman pada skala Likert yang telah dimodifikasi.

Skala ini terdiri atas dua aitem yaitu aitem favorable dan aitem unfavorable.

Penilaian aitem favorable dan unfavorable yaitu 1. Sangat Tidak Sesuai, 2. Tidak Sesuai, 3. Sesuai, dan 4. Sangat Sesuai. Setiap aitem favorable yang dijawab STS mendapat skor 1, TS mendapat skor 2, S mendapat skor 3, dan SS mendapat skor 4. Setiap aitem unfavorable yang dijawab STS mendapat skor 4, TS mendapat skor 3, S mendapat skor 2, dan SS mendapat skor 1.

Jumlah total skor tinggi menunjukkan tingkat kecenderungan kenakalan remaja tinggi, sedangkan skor rendah menunjukkan tingkat kecenderungan kenakalan

commit to user

remaja rendah. Selanjutnya peneliti mengkategorikan skor menjadi tiga kategori (Azwar, 2009), yaitu :

Rendah : X < ( - 1,0 )

Sedang : ( - 1,0 ) X < ( + 1,0 ) Tinggi : ( - 1,0 ) X

Adapun tabel blue print skala kecenderungan kenakalan remaja sebagai berikut:

commit to user

Tabel 2

Blue Print (Kisi-kisi) Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

NO Aspek Indikator No aitem Frek %

commit to user

b. Modul Asertivitas

Modul asertivitas digunakan sebagai panduan untuk memberikan perlakuan kepada subyek, khususnya kelompok eksperimen. Sebelumnya, modul tersebut akan diuji kelayakan oleh professional judgement, diuji-coba oleh dosen, trainer dan mahasiswa, juga diuji-cobakan kepada siswa yang memiliki karakteristik sama dengan populasi. Setelah dilakukan uji-coba, kemudian dilakukan evaluasi.

Apabila telah dilakukan perbaikan, revisi, dan disahkan oleh professional judgement, maka modul tersebut siap digunakan sebagai panduan untuk memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu berupa pelatihan asertivitas.

Tabel 3

Rangkaian Pelatihan Asertivitas

NO Sesi Tujuan Metode

1 Pembukaan Peserta memahami rangkaian pelatihan, alasan untuk hadir, dan membangun peraturan pelatihan.

Ice breaking, kontak belajar, dan pretest.

2 Keterampilan self-awareness Pengenalan perilaku asertif.

Peserta melihat jujur

3 Keterampilan relationships Peserta mampu membina dan meningkatkan kesetaraan hubungan dengan orang lain.

Games, role play, dan materi.

4 Keterampilan requests and refusals

Peserta mengekspresikan perasaan dan pikiran, mampu menyadari hak dasar setiap orang untuk menyatakan diri, termasuk kemampuan berkata

a dan idak .

Materi, studi kasus, role play.

5 Penutup Mengakhiri pelatihan dengan

tindak lanjut saran.

Kristalisasi, postes, video, dan pesan-kesan.

commit to user

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil terhadap pelatihan asertif yang diberikan kepada subjek pelatihan, yaitu:

1. Evaluasi Proses

Evaluasi proses dilakukan setiap berakhirnya pertemuan pelatihan, kegiatan ini dilakukan dengan cara membagi lembar evaluasi proses kepada setiap peserta untuk diisi sesuai dengan keadaan dan perasaan yang sedang dialami oleh peserta pada setiap pertemuan pelatihan. Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi:

Tabel 4

Aspek dan Kriteria Evaluasi Proses

NO Aspek Kriteria

1 Kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai

a. Sesuai/Tidak sesuai b. Memadai/Tidak Memadai 2 Cara penyampaian materi a. Mudah/Sulit dipahami

b. Menarik/Membosankan 3 Cara penyaji memanfaatkan fasilitasi a. Luwes/Kaku

b. Terarah/Tidak Jelas 4 Efek yang dirasakan peserta setelah

mengikuti pelatihan

a. Memahami/Tidak Memahami b. Tambah pengetahuan/Bingung 5 Sistematika dan alur penelitian a. Runtut / Tidak Runtut

b. Jelas/Tidak Jelas 6 Penggunaan waktu pelatihan a. Efektif / Tidak Efektif

Pada evaluasi proses pelatihan, subjek diminta untuk :

a. Memberikan penilaian mengenai kesesuaian materi dengan tujuan yang hendak dicapai,

b. Memberikan penilaian mengenai cara penyajian materi,

c. Memberikan penilaian mengenai cara penyaji melakukan pelatihan,

commit to user

d. Memberikan pendapat mengenai efek yang dirasakan peserta setelah melakukan pelatihan,

e. Memberikan penilaian mengenai sistematika dan alur pelatihan, f. Memberikan penilaian mengenai keefektifan waktu pelatihan.

2. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil dilakukan ketika pelatihan telah selesai dan peserta pelatihan telah menjalani kehidupan sehari-hari. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelatihan asertif dapat bermanfaat untuk peserta pelatihan.

Evaluasi hasil ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pada metode presentasi, peserta diminta untuk mengisi lembar evaluasi mengenai materi yang disampaikan. Pada lembar evaluasi materi pelatihan, peserta diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh fasilitator.

b. Setelah peserta selesai menjalani kehidupan sehari-hari, peserta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diminta kembali untuk mengisi lembar evaluasi hasil pelatihan dan skala kenakalan remaja yang sama digunakan ketika pretest. Pada evaluasi hasil pelatihan, subyek diminta untuk:

1) Memberikan jawaban apakah subyek telah menerapkan perilaku asertif setelah mengikuti pelatihan asertivitas,

commit to user

2) Memberikan alasan melakukan perilaku asertif,

3) Memberikan jawaban mengenai manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan,

4) Memberikan jawaban mengenai kemajuan yang telah dilakukannya,

5) Memberikan jawaban mengenai kesulitan dan hambatan ketika menerapkan perilaku asertif, dan

6) Memberikan kritik serta saran mengenai pelaksanaan materi pelatihan.

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud diberikannya instrumen tersebut. Selain itu juga diperlukan adanya kecermatan tinggi dalam mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil pada atribut yang diukurnya.

Pengukuran uji validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi instrumen dengan analisis rasional atau melalui professional judgement oleh

commit to user

dosen pembimbing. Skala dalam penelitian ini akan diuji daya beda aitem dengan menggunakan teknik corrected-item total correlation.

Menurut Azwar (2009) agar memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai korelasi antar aitem dengan tes diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek superious overlap (corrected-item total correlation). Rumus dari formula koreksi adalah:

(Azwar, 2009) Keterangan:

ri(x-i) = Koefisien korelasi aitem-total setelah dikoreksi dari efek superious overlap rix = Koefisien korelasi aitem-total sebelum dikoreksi

si = Deviasi standar skor aitem yang bersangkutan sx = Deviasi standar skor skala

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2009). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien alpha, yaitu:

(Azwar, 2009) Keterangan:

% = Koefisien reliabilitas s12

commit to user

sx

2 = Skor varians skala

Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2009).

Dalam prakteknya, semua perhitungan validitas maupun reliabilitas dilakukan menggunakan program komputer dengan bantuan program statistik SPSS for MS Windows version 16. Hal ini disebabkan perhitungan manual dengan kalkulator biasa akan memakan waktu lama dan tenaga, selain itu rentan terhadap kecermatan.

G. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik parametrik t-test, yaitu independent sample t-test.

Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor kecenderungan kenakalan remaja sebelum perlakuan dengan rata-rata skor sesudah perlakuan dengan cara melihat hasil melalui nilai t-test. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel, berarti ada perbedaan skor sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan (Latipun, 2002). Rumus analisis t-test ini adalah:

(Latipun, 2002)

commit to user

Keterangan:

M1 = Rata-rata skor kelompok 1 M2 = Rata-rata skor kelompok 2 SS1 = sum of square kelompok 1 SS2 = sum of square kelompok 2 n1 = Jumlah subjek pada kelompok 1 n2 = Jumlah subjek pada kelompok 2

Perhitungan selengkapnya akan dilakukan dengan bantuan komputer program statistik SPSS for MS Windows version 16.

Analisis deskriptif diperoleh dari melihat hasil skor skala kecenderungan kenakalan remaja, sharing, worksheet, observasi, dan lembar evaluasi yang diisi oleh subjek selama proses pelatihan. Lembar evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelatihan asertivitas memiliki pengaruh dan bermanfaat dalam mengurangi kecenderungan kenakalan remaja. Analisis deskriptif tersebut hanya dipergunakan untuk melengkapi dan mendukung data.

commit to user

84 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Tempat Penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian. Penentuan tempat penelitian ini disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh penulis sehingga penelitian mengenai pengaruh pemberian pelatihan asertivitas terhadap kecenderungan kenakalan remaja pada siswa kelas X yang dilaksanakan di SMK Bhinneka Karya.

SMK Bhinneka Karya (BK) adalah nama sebuah sekolah swasta kejuruan yang berdiri pada tanggal 1 Agustus 1960, terletak di Jl. Letjen. Suprapto. No. 34 RT 04 RW 12 Banjarsari, Surakarta dengan nomor NDS 4203350001. SMK BK Surakarta dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan diasuh oleh 61 guru yang terdiri atas guru PNS, guru tetap yayasan, dan guru tidak tetap. Sekolah ini terdiri atas 3 jurusan yang masing-masing terakreditasi B, yaitu jurusan teknik ketenagalistrikan, teknik pemesinan, dan teknik mekanik otomatif.

SMK BK memiliki visi yaitu menjadikan Sekolah Bhinneka Karya Surakarta sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang unggul serta potensial bertaraf nasional. Misi SMK BK yaitu:

1. Membimbing siswa untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, kreatif, produktif, dan potensial.

2. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan profesional.

commit to user

3. Menghasilkan tamatan yang profesional.

4. Menciptakan sistem pembelajaran yang berwawasan nasional.

Penelitian ini menggunakan responden penelitian siswa kelas X berjumlah 133 siswa laki-laki. Adapun seluruh siswa tersebut terbagi dalam 4 kelas dengan rincian sebagai berikut :

1. Kelas X Teknik Mesin B : 34 siswa laki-laki, 2. Kelas X Teknik Mesin D : 35 siswa laki-laki, 3. Kelas X Teknik Otomotif C : 36 siswa laki-laki, 4. Kelas X Teknik Mesin A : 28 siswa laki-laki.

2. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi meliputi segala urusan perijinan yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Permohonan ijin tersebut di antaranya peneliti meminta surat pengantar dari Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nomor surat 821/UN27.06.7.1/TU/2010 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMK Bhinneka Karya Surakarta. Setelah mendapat surat pengantar dari Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta kemudian penulis mengajukan permohonan kepada pihak SMK Bhinneka Karya Surakarta, setelah mendapatkan ijin dari pihak sekolah peneliti mengadakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah.

commit to user

3. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Jensen (dalam Sarwono, 1985) dan Hurlock (1973). Aspek-aspek tersebut yaitu keinginan untuk melakukan tindakan yang menimbulkan korban materi, keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain, kemauan untuk melakukan tindakan yang tidak terkendali, serta keinginan melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja dalam penelitian ini terdiri atas 30 aitem favorable dan 30 aitem unfavorable. Menurut Azwar (2009), suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang, sehingga pernyataan yang disajikan tidak semua positif atau negatif yang akan berkesan bahwa isi skala yang bersangkutan seluruhnya mendukung atau tidak mendukung objek sikap.

Variasi pernyataan favorable dan unfavorable akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati terhadap isi pernyataan sebelum memberikan respons, sehingga stereotip responden dalam menjawab dapat dihindari.

Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja pada penelitian ini merupakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu: Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Pilihan jawaban ragu-ragu ditiadakan, karena menurut Azwar (2009) pilihan jawaban netral atau ragu-ragu merupakan jawaban yang tidak menentukan pendapat. Dengan adanya pilihan jawaban ragu-ragu akan menimbulkan kecenderungan subjek untuk memilih

commit to user

jawaban tersebut, sehingga data mengenai perbedaan di antara responden menjadi kurang informatif.

Distribusi Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja sebelum uji-coba sebagai berikut:

Tabel 5

Distribusi Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja Sebelum Uji-Coba

NO Aspek Indikator No aitem Frek %

5. Cenderung berkata kasar dan membantah perintah orang

6. Cenderung merusak fasilitas umum.

5. Keinginan untuk kabur dari sekolah (membolos) maupun

1. Keinginan untuk berkelahi atau melakukan tawuran.

3. Keinginan untuk merokok dan NAPZA (Narkotika, Alkohol,

commit to user

4. Persiapan Eksperimen

Eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pelatihan asertivitas sebagai perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Pelatihan asertivitas dilakukan oleh satu trainer dan lima co-trainer. Sebelumnya, peneliti melakukan briefing mengenai materi dan pelaksanaan pelatihan. Hal ini dilakukan untuk memberikan penjelasan materi dan detail pelatihan baik kepada trainer maupun co-trainer.

Selanjutnya peneliti menginformasikan kepada pihak sekolah mengenai hasil screening tentang siswa yang dikenai penelitian serta siswa yang berada dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Peneliti kemudian menentukan waktu dan tempat pelatihan dengan seijin pihak sekolah. Pihak sekolah yang menginformasikan kepada siswa kelompok eksperimen untuk mengikuti pelatihan asertivitas.

Setelah peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam Pelatihan Ketrampilan Asertivitas. Alat-alat tersebut antara lain :

a. Satu unit laptop dan LCD

Laptop dan LCD pada penelitian ini digunakan untuk menayangkan slide pelatihan dan memutar video pelatihan.

b. Satu unit sound system

Sound system pada penelitian ini digunakan untuk memperdengarkan musik dan pendukung dalam pemutaran video pada subyek pelatihan.

commit to user

c. Modul pelatihan

Modul pelatihan pada penelitian ini terdiri atas modul pelatihan pertemuan I dan modul pelatihan pertemuan II berupa makalah asertivitas. Modul pelatihan dapat dilihat secara lengkap pada lampiran D.

d. Slide pelatihan

Slide pelatihan dibuat untuk membantu peserta memahami materi yang disampaikan oleh fasilitator. Slide pelatihan meliputi opening, sesi I, sesi II, sesi III, dan clossing.

e. Lembar observasi

Lembar observasi dibuat untuk membantu peneliti dalam mengamati tingkah laku, ekspresi, dan partisipasi subyek peserta pelatihan. Lembar observasi dapat dilihat selengkapnya pada lampiran E.

f. Evaluasi proses dan hasil

Peneliti mempersiapkan lembar evaluasi proses untuk diisi sesuai dengan keadaan dan perasaan yang dialami subyek sesungguhnya pada setiap

Peneliti mempersiapkan lembar evaluasi proses untuk diisi sesuai dengan keadaan dan perasaan yang dialami subyek sesungguhnya pada setiap