• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengamatan dan Wawancara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4. Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada enam orang informan utama dan satu orang informan tambahan. Para informan terdiri dari dua orang pemuka agama, empat orang masyarakat umum, dan satu orang tokoh masyarakat formal.

Informan I

Nama : Darisno Bangun

Usia : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Kepala Lingkungan II (jalan Terompet)

Agama : Kristen

Suku : Karo

Lama Menetap : 40 tahun

Alamat : Jalan Terompet no 12

Tanggal Wawancara : 02 Februari dan 06 Februari 2017 Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan Titi Rantai

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Darisno Bangun sebanyak dua kali di kantor kelurahan. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai wawancara kepada Bapak Darisno Bangun. Peneliti juga menyampaikan maksud dan tujuan penelitian yang penelitian untuk kebutuhan skripsi.

Peneliti juga meminta maaf kepada Bapak Darisno Bangun karena telah jika mengganggu waktunya. Peneliti menanyakan biodata diri dan keseharian informan di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Bapak Darisno Bangun merupakan seorang Kepala Lingkungan yang bertanggungjawab di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru Medan.

Bapak Darisno Bangun mengatakan ia sering melakukan interaksi, dan memiliki hubungan yang akrab dengan masyarakat di daerah Jalan Terompet

Padang Bulan Medan. Ia sering bertegur sapa dan menyempatkan diri untuk berbicara dengan masyarakat.

Ya pas dia lagi di depan rumah, ya kita tegur. Kadang kita ngobrol baik yang Muslim maupun yang Kristen. Ya biasanya kan untuk ngumpul itu kalau bapak-bapak di warung, kadang pas dia duduk di depan rumah kita samperin ajak cerita.

Bapak Darisno sebagai Kepala Lingkungan selalu menjaga keharmonisan berkomunikasi dengan warganya dengan cara sering bertegur sapa, ataupun dengan memunculkan sikap saling menghargai satu sama lain.

Sebenarnya hanya memunculkan sikap saling menghargai saja. Karena ya kita kan sama-sama ingin masuk surga tapi caranya berbeda-beda. Yang penting menghargai saja jadinya aman.

Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa sikap saling menghargai ditunjukkan oleh masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan, yang salah satunya adalah menghargai keyakinan yang dianut oleh agama lain.

Kalau di Jalan Terompet itu, tidak mempermasalahkan perbedaan ya.

Karena semua agama itu sama saja karena ya itu masing-masing. Kami ibadah ya ibadah begitupun juga yang Muslim. Hingga saat ini dari awal saya tinggal di lingkungan Terompet itu kerukunannya masih tetap terjaga.

Sebenarnya hanya memunculkan sikap saling menghargai saja. Karena ya kita kan sama-sama ingin masuk surga tapi caranya berbeda-beda. Yang penting menghargai saja jadinya aman.

Masyarakat yang tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan ini memiliki kebiasaan yang sama seperti saling mengundang satu sama lain dengan acara yang tidak bersifat privasi.

Kalau itu masih karena kan diundang, gak enak juga kalau gak datang sepengetahuan saya, kami kalau pesta nikahan gitu gak ada sediain makanan kayak b2 gitu. Karena ngerti pasti yang Muslim hadir juga di acara.

Ya kita warga masih mau kalau diundang ya kita datang. Kalau misalnya saya diundang kemarin itu untuk peresmian Mesjid saya ya datang juga.

Masyarakat yang tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan memiliki kegiatan rutin seperti gotong royong. Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa kegiatan gotong royong tidak banyak diikuti oleh masyarakat karena memiliki kesibukan masing-masing. Kegiatan gotong royong tetap rutin dilakukan selama 3 bulan sekali meskipun tidak diikuti lagi oleh kebanyakan masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan, dan penggeraknya adalah perkumpulan mahasiswa Kristen di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Dulu rutin setiap warga ada aja yang gotong royong biasanya rame.

Kalau untuk sekarang, uda jarang cuman tetap aja diadakan, siapa saja yang bersedia silahkan. Karena sekarang uda punya kesibukan masing-masing. Jadi masyarakat sekarang uda gak bisa kayak dulu, karena kesibukan semakin bertambah.

Itu ada biasanya perkumpulan mahasiswa Kristen yang gerakin gotong royong itu tiga bulan sekali. Kalau ada yang bantu silahkan saja namanya juga gotong royong. Saya bantu-bantu, segan juga masyarakatnya gotong royong masak saya gak ikutan.

Bapak Darisno Bangun kurang memahami mengapa posisi pembangunan rumah ibadah tersebut dibangun dengan tata letak sebuah Mesjid yang diapit oleh dua Gereja. Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa mayoritas penduduk di daerah Jalan Terompet Padang Bulan adalah Kristen. Bapak Darisno Bangun menegaskan bahwa mengenai posisi pembangunan rumah ibadah, pasti telah difikirkan dengan baik, dan masyarakat tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Kalau masalah itu, yakan dulu tanah itu tikar gulungan USU jadi pemerintah yang dulu ya namanya dibuat ditatanya seperti itu supaya rapi. Jadi disana itu mayoritas penduduk Kristen. Jadi uda ditata sedemikian rupa terus didepan sana kan ada tanah lapang yang posisinya ditengah-tengah yang ada Gereja Mesjid Gereja lagi. Sejauh ini saya rasa kalau merasa tidak adil gitu ya tidak ada. Aman-aman saja.

Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa, masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan pada saat perayaan hari besar saling memberikan ucapan dan saling mengunjungi satu sama lain. Bapak Darisno Bangun juga mengatakan bahwa masyarakat tetap memiliki sikap toleransi seperti adanya

perayaan Hari Natal di Gereja GKBP, dan agama lain tidak keberatan jika sebagian jalan harus ditutup. Bentuk hubungan harmonis lainnya adalah umat Muslim memberikan makanan kepada tetangga pada saat hari besar, dan dapat menimbulkan sikap saling pengertian.

Disini biasanya itu tahun baru meriah. Saling tegur sapa. Kumpul bareng diluar rumah. Kalau perayaan hari besar yang lain, masyarakat tidak ada yang istilahnya ada perbedaan agama ya gak perdulikan gitu karena tentang keagamaan itu masing-masing. Seperti tahun kemarin, yang Gereja GKPS di pasar 2 itu mengadakan hari besar natal, jalan ditutup sebagian dan warga tidak ada yang keberatan. Tapi kalau muslim hari besarnnya kadang ada kasih makanan ke tetangga. Dengan sikap-sikap ini mereka ada saling pengertian itu tadi gak ada yang perlu dipermasalahkan.

Untuk sekarang ini sudah mulai tidak ada. Karena yang sesama Kristen aja terkadang tidak sempat mendatangi. Tapi kalau lewat ketemu gitu ya disalam dan diucapkan. Karena punya kesibukan masing-masing. Kalau dulu-dulunya saya ingat saling mengunjungi apalagi pas lebaran muslim kita datang ke rumahnya, pas tahun baruan mereka juga datang ketempat kita. Tapi sekarang kan semakin majunya zaman orang semakin sibuk.

Biasanya lebih kumpul dengan keluarga.

Saya kalau yang benar-benar kenal saja. Karena yang tidak terlalu kenal segan juga. Itu saya biasanya datang karena tetangga lama juga.

Begitupun dengan masyarakat, kadang ada juga yang mampir, kadang dari Muslim bawakin makanan ke saya.

Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa, masyarakat juga mengundang satu sama lain pada acara pesta pernikahan dan bentuk saling menghargai antarumat beragama adalah tidak menyediakan makanan haram untuk umat Muslim.

Sepengetahuan saya, kami kalau pesta nikahan gitu gak ada sediain makanan kayak b2 gitu. Karena ngerti pasti yang Muslim hadir juga di acara.

Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa pemuka agama memiliki di peran penting dalam mengajarkan kebaikan, agar dapat memunculkan sikap saling menghargai satu sama lain sehingga masyarakat tidak pernah mengalami konflik yang besar.

Selama ini tidak pernah ada hal besar, karena kan di masing-masing agama pasti mengajarkan tidak boleh saling bertikai. Karena kita kan sama-sama menyembah Tuhan. Kalau ditanya pengaruh pendeta atau ustad ya pasti ada la di dalam suatu lingkungan, karena mereka ajarkan kebaikan. Untuk konflik besar tidak ada karena hal-hal kecil itu pasti bisa diselesaikan sendiri tanpa perantara pemuka agama. Kalau ada pun yang merasa terganggu disampaikan langsung gak pernah berlarut-larut.

Bapak Darisno Bangun juga mengatakan bahwa masyarakat tetap memiliki sikap toleransi dengan menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah tetangga yang meninggal dunia, tanpa memandang agama yang dianut.

Ada. Karena toleransi disini masih ada meskipun punya kesibukan masing-masing tapi kalau ada orang meninggal disempatkan datang meskipun berbeda agama.

Masyarakat yang tinggal di Terompet Padang Bulan Medan tetap menjaga kebersihan lapangan bersama yang digunakan untuk serangkaian acara.

Ya bertanggung jawab pastinya. Karena kan ya namanya juga dipercayai pakai sarana itu biasanya tetap bersih gak ada sampah-sampah waktu acara.

Bapak Darisno mengatakan bahwa masyarakat memerlukan pembelajaran agama sejak dini agar timbul rasa saling menghargai satu sama lainnya dalam menjaga sikap toleransi antarumat beragama.

Itu pasti pembekalan dari dini dan semakin dewasa pasti timbul rasa segan dan menghormati satu sama lain.

Ya ada juga kadang anak-anak segan masuk karena uda masuk area Mesjid jadi segan aja. Kalaupun main ya sekedarnya aja itupun mungkin karena ada temennya disitu main ayunan atau perosotan. Tapi mereka biasanya paham kapan waktu main disitu, itu biasanya sebelum siang kali

masuk waktu ibadah Muslim karena kan anak-anak yang sekolah disamping Mesjid itu pulang sebelum jam 12 siang.

Saya rasa ya tadi ajanya karena segan aja. Kayak anak saya dia masuk aja cuman kalau diliatnya uda banyak yang berdatangan dia pergi. Kalau mau main ya main aja disitu.

Bapak Darisno Bangun tidak suka memperbesar suatu masalah yang ada agar komunikasi dan interaksi tetap terjaga dengan baik.

Harus sering komunikasi, ya supaya saling mengerti. Seperti tak kenal maka tak sayang. Saya rasa untuk masalah gak ada yang dibesar besarkan sampai saat ini. Aman-aman saja.

Kalau cara khusus ya gak ada, karena uda sama-sama menjaga aja. Tapi saya biasanya kalau lewat didepan rumah warga ya saya tegur, kalau ngajak cerita sebentar saya samperin biar warga juga nyaman.

Ya. Senyamannya aja kita ngobrol dek. Dan bahas yang umum saja agar tidak ada salah paham.

Informan II

Nama : Dra. Sumas Diharti/ Umi Titin

Usia : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta dan Kepala Sekolah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Lama Menetap : 32 tahun

Alamat : Jalan Marakas No 39 Tanggal Wawancara : 06 Februari 2017 Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah

Informan kedua yang peneliti wawancarai dalam penelitian ini adalah Ibu Sumas Diharti atau biasa yang disapa akrab Umi Titin. Ia berprofesi sebagai Kepala Sekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al Muttaqien dan menjalankan usaha di bidang kue. Umi Titin berusia 57 tahun dan merupakan

anak ke 2 dari 5 bersaudara. Pada waktu senggangnya beliau mengisi kajian khusus ibu-ibu pada hari Selasa dan Jumat.

Ibu Sumas Diharti mengatakan bahwa ia sering melakukan interaksi dengan masyarakat yang ada di sekitar Mesjid baik itu suku Karo, Simalungun atau Jawa.

Sering kali. Apalagi kalau untuk ibu-ibu yang Muslim disini pada kenal saya semua.

Seringla sering apalagi yang nonmuslim misalnya kita kan bilang Assalamualaikum pagi pak, kemana pak spot? Iya Umi Titin. Kita duluanla yang negur. Kalau orang tu segan ya kita mulai negur kemana pak. Kalau kita yang sama-sama Islam negurnya Assalamualaikum. Kalau sama-sama yang Nasrani bilang selamat pagi misalnya atau selamat siang.

Umi Titin memiliki sikap terbuka kepada masyarakat, baik itu yang beragama Islam maupun Kristen. Umi Titin sering menjadi tempat curhat masyarakat seperti mengenai rumah tangga, namun dalam batas yang wajar.

Saya disini karena juga sering ngisi-ngisi kajian ibu-ibu mMuslim, kalau mereka tanya ya saya terbuka. Kalau umat Kristen pun saya mau ngobrol, kalau saya bisa jawab apa yang ditanya saya jawab.

Biasanya pembahasannya itu tentang broken home atau tentang rumah tangga yang orang tuanya gitu lah. Saya gak mau bilang wilayah mana, takutnya nanti kesannya buruk. Biasanya anak-anak sering curhat. Tapi kalau ada orang tua yang saya kenal saya bilang, janganla cerai kalau cerai pandanglah anak, iya umi katanya. Biasanya kan orang tua ini egoisnya agak tinggi.

Umi Titin mengatakan bahwa setiap agama menjaga ibadahnya masing-masing, dan masyarakat memiliki kegiatan rutin sesuai dengan agama yang dianutnya.

Pengajian ramai Alhamdulillah tapi kalau shalat Jumat di Mesjid ini kadang-kadang yang umurnya 70 tahun ke atas itu ya faktor cuaca seandainya mendung jemaahnya sikit.

Jadi disini tiap malam Selasa, hari Jumat kita ada pengajian kalau harinya cerah jemaahnya banyak. Meskipun Mesjidnya ini termasuk

wilayah Terompet, masyarakat lain boleh saja namanya juga tempat ibadah. Kalau uda hujan itu 30 paling jatuh 40. Kalau harinya cerah 70-80. Jadi yang Muslim ada kekeluargaan karena pengajian.

Umi Titin mengatakan bahwa anak-anak yang tinggal di Jalan Terompet juga memiliki sikap saling menghargai satu sama lain dengan ketika pagar depan hanya ditutup setengah, anak-anak non muslim tidak berani masuk.

Malahan nonmuslim anak-anaknya juga ikutan main kesini. Cuman ya istilahnya walaupun begitu ya kita saling menghargai. Saling hormat.

Ya boleh aja kalau mau main silahkan saja. Ya tapi yang anak Muslim yang segan main kesana (ke halaman Gereja). Mungkin karena gak ada arena bermainnya. Kalau ini kan uda nyatu sama halaman Mesjid sekolah ini jadi kalau main silahkan.

Iya. Kalau pagar depan ini ditutup setengah mereka gak berani masuk tu.

Tapi kalau masih terbuka agak lebar biasanya bentaran main gitu sama anak sekolah ini yang belum pulang.

Umi Titin sering djadikan tempat curhat masyarakat, baik yang beragama Islam maupun Kristen.

Mereka itu mendatangi saya, kalau nyapa-nyapa nyampirin itu karena mereka kenal dengan saya baik itu Kristen dan Muslim.

Umi Titin sering bertegur sapa dan suka berbaur dengan masyarakat. Ia lebih menyukai berbicara secara tatap muka.

Ya kalau kenal mereka juga sapa. Pokoknya disini selain Terompet pun kami berbaur nak. Kalau menurut umi walaupun beda jangan egolah.

Kalau kita baik pasti dia baik.

Umi kalau ngobrol lebih suka face to face sama masyarakat.

Sikap bertoleransi yang umi miliki, ditanam sejak dini hingga perguruan tinggi dan diaplikasikan kepada orang lain atau masyarakat.

Karena dari dulu waktu masih sekolah terus umi tamat dari UISU, umi udah ditanamkan ilmu agama. Jadi saat ini tinggal diterapkan kepada orang lain oh begini begini supaya enak ngobrol walaupun gak sama agamanya. Yang penting jaga aja keyakinan masing-masing.

Dari dini sebenarnya kita udah harus diajarkan sama keluarga kita itu bermasyarakat, bergaul dengan siapa saja karena itu juga buat kita berkembang.

Umi Titin mengatakan bahwa masyarakat memiliki kegiatan rutin yaitu gotong royong, dan mahasiswa Kristen yang tinggal di Jalan Terompet Padang Bulan menjadi penggerak agar kegiatan gotong royong tetap berjalan.

Ya ada pasti. Kami biasanya beda-beda itu kapan gotong royongnya.

Kalau sepenglihatan umi pada bantu-bantu kalau ada gotong royong.

Trus kadang kekurangan misalnya apa gitu kalau ada dirumah umi kasihkan. Gitu juga masyarakat yang lain misal mau pinjam cangkul, kasih aja. Jadi ya gitu ada kegiatan ini pun mempererat silaturahmi kita juga.

Kalau dari Muslim ada juga yang berpartisipasi. Kalau nampak umi disini menjerit tu bilang buk ada sabun. Kadang yang tua tua ini gak bantu ya ngasih minum makan.

Umi Titin mengatakan bahwa setiap agama memiliki kegiatan rutin yang berkaitan dengan agama seperti umat Kristen pada hari Minggu dan umat Islam pada hari Jumat.

Ada. Kalau yang Kristen Gereja itu penuh Minggu. Kalau yang Muslim palingan hari Jumat kalau ada kendaraan pun parkir lima biji. Kalau dr warga lain.

Umi Titin memiliki hubungan akrab dengan masyarakat, baik itu masyarakat Muslim maupun Kristen. Umi Titin pernah memberikan makanan kepada tetangga, dan pernah menerima bingkisan yang diiberikan oleh umat Kristen pada hari besar.

Itu di depan rumah saya nonmuslim, depan-depanan kami. Kadang kasih makanan. Jadi jangan ngerasa kita yang paling baik. Nanti hari raya umi kasih lontong. Kalau dia bungkus-bungkus kue ngasih juga. Biasanya mereka langsung maklum, kadang parcel gitu ada roti kaleng.

Umi Titin juga turut hadir pada serangkaian acara dan memilih waktu yang sesuai kapan waktu yang sesuai, ketika menghadiri acara dari umat Kristen.

Kalau ada acara diundang umi datang .

Gak sering ya tergantung kadang kan emang mereka butuh privasi gitu.

Kalau emang terbuka untuk semuanya gitu biasanya dikasih tau terus diundang datang. Kadang umi lihat pun privasi dan mungkin orang-orang tertentu saja yang diundang kayak ada acara di Gereja muda mudi buat acaralah gitu.

Mungkin basa basi saja bilang datang ya umi, umi pun juga segan karena lihat tak ada yang pakai jilbab. Sebenarnya pasti makanan itu dipisahkan. Tapi kalau yang Muslim Insyaallah selalu datang.

Umi Titin meluangkan waktu untuk mengunjungi tetangga yang meninggal dunia, baik itu yang beragama Islam maupun Kristen. Umi Titin juga mencari tahu tentang kebenarannya, dan untuk masyarakat yang beragama Kristen tidak diikuti sampai selesai.

Paling cepat umi langsung telpon orang yang dikenalnya, halo si anu meninggal ya. Tapi biasanya yang tua-tua yang umi tanyak.

Kalau itu lihat situasi dulu, kalau sudah bisa dikunjungi kira-kira bisa datang umi salami bilang turut berduka. Kalau minum mereka gak kasih pakai gelas, ya kadang aqua atau sosro gitu. tapi kalau mereka datang kerumah silahkan aja kalau bertamu gitu, umi juga biasanya kasih dari minuman kede gitu.

Umi Titin mengatakan bahwa anak-anak sering bermain sepak bola di lapangan bersama. Umi Titin mengatakan bahwa, lapangan tersebut juga digunakan untuk acara keagamaan dan kebersihan adalah tanggungjawab yang harus disadari.

Lebih sering dipakai main bola kaki sama anak-anak lingkungan-lingkungan sini biasanya gabung.

Pernah kemarin itu tapi umi gak tau pasti acara itu apa karena gak keliatan jelas.

Kemarin itu saya lihat besoknya uda bersih lagi gak ada sampahnya.

Umi Titin mengatakan masyarakat di lingkungan Jalan Terompet Padang Bulan tidak pernah mengalami konflik yang besar.

Oo gak ada. Asal lewat, kemana nih. Mau gereja umi. Sehat kan? Sehat katanya. Ya namanya juga manusia pasti punya salah la. Tapi tergantung manusia nya menyikapi.

Umi Titin mengatakan masyarakat tidak suka memperbesar suatu masalah karena dapat segera diselesaikan kepada pihak-pihak yang dapat membantu untuk menyelesaikannya.

Inget umi pernah la ada suami ibu siapa namanya umi lupa dia itu di Terompet kalau gak salah, ada buka warung dulu dia. Lewat dia, ada pulak orang di depan. Katanya dipanggil sama bapak itu. Keluarlah umi terus dibilangnya umi titin volumenya boleh dikecilin sedikit gak umi itu pas hari Minggu ada pengajian kemarin itu karena hari Jumat sebelumnya gak jadi. Karena dia kenal sama umi dijumpainya lah. Kalau ada yang kenal umi, nanti ada yang bilang itulo ibu-ibu yang sering di Mesjid. Jadi semenjak itu gak pernah lagi buat acara Minggu karena kita menghormati.

Umi Titin mengatakan bahwa peran pemuka agama pengaruh baik kepada masyarakat agar dapat menimbulkan sikap saling menghargai satu sama lain.

Bagus la. Pasti ada. Yang perang-perang itu kan karena ada orang ketiga.

Kalau fungsinya sendiri ya membantu. Kadang umi lewat di depan Gereja itu bilang ya para jemaah kita harus begini-begini. Bagus juga umi denger. Artinya semua pasti diajarkan yang baik gak ada yang buruk.

Umi Titin mengatakan, cara menginformasikan kepada masyarakat mengenai kabar duka yaitu melalui Mesjid untuk yang Muslim sedangkan umat Kristen melalui mulut ke mulut atau dengan lambang bendera merah.

Kalau itu dari Mesjid, informasinya itu dari Mesjid ya volumenya dibesarkan. Kalau yang Kristen tau-tau uda ada bendera merah didepannya. Tapi biasanya tau aja itu siapa yang meninggal karena dari mulut ke mulut.

Umi Titin tidak memiliki sikap etnosentrisme dan dapat dibuktikan dengan saling berbaur satu sama lainnya, dan Umi Titin menerapkan sikap saling menghargai diantara perbedaan agama.

Awalnya canggung. Selamat tahun baru ya umi titin, iya. Kadang di undang ke rumah dibilang mampir ya umi ke rumah. Itu biasanya disediakan tuh

Awalnya canggung. Selamat tahun baru ya umi titin, iya. Kadang di undang ke rumah dibilang mampir ya umi ke rumah. Itu biasanya disediakan tuh

Dokumen terkait