• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses pengaturan data yang diorganisasikan dalam suatu bentuk atau kategori. Data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis secara kualitatif. Menurut Mathew B. Miles dan Michael Huberman terdapat 3 proses analisis data kualitatif yaitu: (Sugiono, 2010: 337)

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses merangkum data dan juga penyederhanaan dengan memfokuskan data sesuai dengan topik maupun judul penelitian.

Banyaknya data yang diperoleh di lapangan, diperlukan menganalis dan merangkum data agar dapat memberi gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data yaitu kumpulan informasi yang tersusun dan dapat memberikan kemungkinan adanya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan. Data dalam penelitian kualitatif, disajikan secara deskriptif dan tidak berbentuk tabel. Data-data yang diperoleh peneliti, dengan cara mewawancarai informan maupun memperoleh data melalui studi pustaka yang disusun secara cermat dan sistematis dalam hasil penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan proses akhir dalam menganalisis data.

Penarikan kesimpulan yaitu penarikan arti data yang ditampilkan. Pemberian makna harus dengan sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang telah dibuat. Tahapan akhir yang dilakukan oleh peneliti setelah seluruh rangkaian pengolahan data dilakukan secara runtut adalah penarikan kesimpulan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Proses Penelitian.

Penelitian mengenai Pola Komunikasi Antarumat Beragama yang dilakukan di Jalan Terompet Padang Bulan Medan ini terletak di Kelurahan Titi Rantai, kecamatan Medan Baru Sumatera Utara. Peneliti menggunakan enam orang informan utama dan satu orang informan tambahan untuk mengetahui pola komunikasi antarumat beragama di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan, baik itu yang beragama Kristen maupun Islam. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tiga orang masyarakat umum beserta satu orang informan tambahan, satu orang tokoh masyarakat formal, dan dua orang pemuka agama. Informasi yang peneliti dapatkan dari keenam informan utama dan satu orang informan tambahan ini dianggap cukup dan jenuh, yang artinya apabila dilakukan penambahan informan lagi tidak memberikan informasi yang baru dan berarti bagi penelitian yang dilakukan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan para informan hingga peneliti mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Peneliti juga melakukan observasi sebelum melakukan penelitian, agar mengetahui gambaran pola komunikasi masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan. Peneliti melakukan observasi untuk melihat dan membandingkan hasil wawancara dan realita yang terjadi di lapangan. Setelah melakukan observasi, peneliti bertanya kepada salah satu warga di daerah Jalan Terompet Padang Bulan mengenai gambaran secara umum tentang kehidupan masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan agar memperjelas konteks permasalahan.

Peneliti juga melakukan kajian pustaka untuk mendukung informasi yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan observasi.

Peneliti telah melakukan pra-penelitian sebelum melakukan penelitian secara mendalam yaitu pada tanggal 12 November 2017, dan setelah itu peneliti

mendapatkan persetujuan dari pihak kampus untuk menjadikan topik ini sebagai judul skripsi peneliti tepatnya pada 16 November 2017.

Peneliti mendatangi kantor Camat pada tanggal 17 Januari 2017. Camat mengatakan bahwa keperluan izin wawancara ke lapangan dapat melalui kelurahan dan kepala lingkungan. Peneliti mendatangi kelurahan pada hari yang sama untuk dapat meminta izin dan meminta nama lengkap bapak lurah, namun dikarenakan bapak lurah tidak hadir maka peneliti mendapatkan nama lengkap bapak lurah dari orang kepercayaannya.

Peneliti memberikan surat beserta persyaratannya kepada pihak kampus pada tanggal 18 Januari 2017 untuk mengurus surat izin penelitian, dan dapat diambil pada tanggal 20 Januari 2017.

Peneliti mendatangi kantor kelurahan untuk memberikan surat sekaligus membuat janji untuk melakukan wawancara. Peneliti telah memberikan surat izin kepada Bapak Lurah di Kelurahan Titi Rantai dan beliau memberikan izin kepada peneliti. Bapak Lurah menyerahkan segala urusan penelitian kepada Bapak Darisno Bangun, dan peneliti diarahkan untuk mewawancarai beliau dikarenakan menurut Bapak Lurah beliau adalah orang yang tepat untuk ditanyakan secara detail mengenai masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan. Bapak Lurah menghubungi Bapak Darisno Bangun untuk ke ruangannya dan memperkenalkannya kepada peneliti.

Peneliti berbincang dengan Bapak Darisno Bangun setelah berada di luar ruangan kantor kelurahan dengan menjelaskan maksud serta tujuan peneliti.

Bapak Darisno Bangun mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian dan bersedia memberikan arahan jika peneliti membutuhkannya. Bersamaan dengan hal tersebut, peneliti juga menetapkan bahwa Bapak Kepala Lingkungan yaitu Bapak Darisno Bangun sebagai informan pertama dalam penelitian ini. Bapak Darisno menjabat sebagai Kepala Lingkungan di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan. Bapak Darisno Bangun selaku informan pertama bersedia untuk melakukan wawancara dengan peneliti pada hari itu juga, dan tanpa membuang waktu langsung melakukan wawancara mendalam dengan Bapak Darisno Bangun.

Selanjutnya, peneliti meminta bantuan kepada Bapak Darisno Bangun untuk rekomendasi informan selanjutnya. Bapak Darisno Bangun memilih Ibu

Sumas Diharti. Alasan Bapak Darisno Bangun menunjuk Ibu Sumas Diharti sebagai informan selanjutnya karena Ibu Sumas Diharti merupakan orang yang cukup dikenal di masyarakat. Bapak Darisno Bangun juga menganggap bahwa Ibu Sumas Diharti layak untuk dijadikan informan kedua dalam penelitian ini karena beliau memiliki gambaran mengenai pola komunikasi antarumat beragama di dalam masyarakat.

Peneliti bertemu dengan Ibu Sumas Diharti pada keesokan harinya, dan melakukan wawancara pada tanggal 03 Februari 2017. Peneliti melakukan wawancara kurang lebih satu jam dan selanjutnya peneliti bertanya kepada Ibu Sumas Diharti mengenai siapa masyarakat yang dapat dijadikan sebagai informan selanjutnya mengenai pola komunikasi antarumat beragama. Ibu Sumas Diharti merekomendasikan Ibu Delco Bangun sebagai informan ketiga dengan alasan bahwa Ibu Delco Bangun merupakan warga lama yang menetap di Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Peneliti melakukan observasi langsung ke daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan, pada tanggal 04 Februari 2017. Peneliti berkeliling daerah Jalan Terompet untuk kampung untuk mengamati situasi dan dinamika kehidupan masyarakat. Peneliti melihat pada saat yang bersamaan, umat Kristen mengadakan sebuah acara keagamaan, dan peneliti dapat melihat bagaimana cara masyarakat menghargai agama lain agar tidak merasa terganggu. Peneliti juga melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain bersama di lapangan yang disediakan oleh pemerintah tepatnya pada sore hari.

Peneliti mendatangi rumah informan selanjutnya pada tanggal 06 Februari 2017, dan langsung mewawancarai Ibu Delco Bangun mengenai bagaimana pola komunikasi yang ada di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan dalam menjaga keharmonisan. Peneliti bertanya kepada informan mengenai siapa yang dapat dijadikan informan keempat. Ibu Delco Bangun memberikan rekomendasinya yaitu Ibu Nandaheri Ginting dengan alasan Ibu Nandaheri Ginting telah lama tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan. Peneliti langsung mendatangi rumah Ibu Nandaheri pada hari yang sama untuk melakukan wawancara, namun ia memilih berbincang di warung milik Ibu Delco Bangun.

Peneliti juga bertanya kepada Ibu Nandaheri Ginting, siapa yang dapat

direkomendasikan sebagai informan selanjutnya yaitu menjadi informan kelima dan Ibu Nandaheri merekomendasi Ibu Rosmawati sebagai informan kelima dengan alasan bahwa telah lama menetap di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan selama puluhan tahun.

Peneliti langsung mengunjungi rumah Ibu Rosmawati pada hari yang sama untuk melakukan wawancara, dan beliau mengajak peneliti untuk melakukan wawancara di ruang tamu. Peneliti juga bertanya kepada Ibu Rosmawati mengenai siapa yang dapat dijadikan informan sebagai pemuka agama khususnya pendeta.

Ibu Rosmawati merekomendasikan Bapak Selamet Barus sebagai informan keenam. Ibu Rosmawati tidak mengetahui secara pasti dimana rumah Bapak Selamet. Ibu Rosmawati hanya mengetahui Bapak Selamet Barus sekarang telah menetap di Jalan Mandolin, dan peneliti bertanya kepada sekitar yang berada di Jalan Mandolin.

Peneliti langsung mengunjungi rumah Bapak Selamet Barus pada hari yang sama, namun rumah beliau tampak kosong. Peneliti berulang kali memanggil beliau, namun tidak ada jawaban. Peneliti terus mendatangi rumah beliau selama beberapa hari ke depan dengan harapan, Bapak Selamet Barus berada di rumah.

Peneliti tidak bertemu juga dengan Bapak Selamet Barus. Peneliti memanfaatkan waktu yang kosong dengan mencari informan tambahan yang sekiranya dapat dijadikan informan. Informan tambahan diperlukan agar menjadi pembanding dengan data yang lainnya. Peneliti mewawancarai Ibu Biring Keinisa, dan peneliti langsung mengunjungi rumah Ibu Biring Keinisa.

Peneliti juga bertanya kepada Bapak Darisno Bangun pada hari yang sama tanggal 06 Februari 2017, tepatnya pada sore hari mengenai apakah beliau memiliki waktu luang untuk melakukan wawancara kembali. Peneliti ingin bertanya kembali kepada Bapak Darisno Bangun, mengingat ada beberapa hal yang ingin peneliti tanyakan kembali mengenai masyarakat Jalan Terompet lebih mendalam. Bapak Darisno Bangun mengajak peneliti untuk bertemu di kantor Kelurahan, dan peneliti menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dipertanyakan pada wawancara sebelumnya.

Setelah beberapa hari, peneliti berulang kali datang ke rumah Bapak Selamet Barus untuk melihat apakah beliau sedang berada di rumah atau tidak.

Peneliti dapat melakukan wawancara dengan Bapak Selamet setelah beberapa peneliti singgah ke rumah beliau tepatnya pada tanggal 16 Februari 2017. Peneliti bertemu kembali dengan beberapa informan pada hari yang sama yaitu Ibu Delco Bangun, Ibu Nandaheri Ginting dan Ibu Rosmawati. Peneliti juga bertemu kembali Ibu Sumas Diharti pada keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 17 Februari 2017 untuk mengetahui data diri secara mendalam dan mengajukan beberapa pertanyaan yang belum diajukan oleh peneliti.

Peneliti melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu analisis data, setelah melakukan wawancara mendalam dengan keenam informan utama dan satu orang informan tambahan serta observasi juga telah dilakukan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian, kemudian peneliti melakukan reduksi data dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4.1.2. Deskripsi Lokasi Penelitian

Jalan Terompet Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kelurahan Titi Rantai Padang Bulan Medan ini merupakan salah satu daerah yang penduduknya beragama Islam dan Kristen. Suku yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan adalah Simalungun, Jawa dan Karo.

Lokasi penelitian ini letaknya berdekatan dengan tempat ibadah yang ada di sekitar daerah tersebut yaitu dua Gereja dengan satu Mesjid yang tepat berada ditengahnya. Peneliti memilih Jalan Terompet Padang Bulan sebagai lokasi penelitian karena posisinya paling dekat dengan rumah ibadah.

Bangunan ibadah yang ada di Jalan Terompet Padang Bulan Medan ini mulai berdiri sekitar tahun 1950, namun kondisinya tidak seindah saat ini. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan sekitar 83 orang, dan untuk saat ini kebanyakan masyarakat tetap yang tinggal di wilayah tersebut adalah yang beragama Kristen dan bersuku Karo yang ditambah dengan banyaknya pendatang seperti anak perantauan.

Lokasi ini jauh dari keramain seperti jalan kebanyakan yang ramai dengan suara kendaraan bermotor. Pekerjaan penduduk yang ada di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan ini mayoritas adalah Pegawai Negeri Sipil dan Wiraswasta.

Situasi di lokasi penelitian pada pagi hingga siang hari sangat sepi dibandingkan dengan sore hingga menjelang malam hari. Anak-anak sekitar jalan tersebut sering bermain bersama yang sesekali bergabung dengan anak lainnya, tepatnya pada sore hari.

4.1.3. Profil Informan

1) Bapak Darisno Bangun

Bapak Darisno Bangun merupakan seorang ayah yang berprofesi sebagai kepala lingkungan di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan. Pria ini bersuku Karo yang lahir dan besar di Sumatera Utara. Pria yang memiliki kulit sawo mateng ini merupakan anak kedua. Pria ini beragama Kristen Protestan dan sudah menikah serta dikaruniai tiga orang anak.

Bapak Darisno biasa ia disapa akrab sekarang berusia 50 tahun. Tugas beliau sebagai Kepala Lingkungan adalah melayani masyarakat dengan baik seperti mendengarkan keluhan atau apapun yang menyangkut masyarakat di Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

2) Ibu Sumas Diharti/ Umi Titin

Ibu Sumas Diharti atau yang biasa disapa akrab Umi Titin merupakan wanita hebat yang berasal dari keluarga yang sederhana. Kegiatan sehari-hari Umi Titin bekerja sebagai Kepala Sekolah dan memiliki usaha di bidang kue.

Profesi sebagai Kepala Sekolah telah dijalaninya tahun 2007. Umi Titin sebelum menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah sebagai penggerak berdirinya sekolah Pendidikan Anak di Usia Dini (PAUD) Al Muttaqien. Usaha di bidang kue yang Umi Titin lakukan adalah untuk warga yang ingin bekerja. Kegiatan sehari-hari Umi Titin selain bekerja sebagai Kepala Sekolah dan memiliki usaha di bidang kue. Ia memanfaatkan waktu senggangnya untuk berbagi ilmu dengan

mengisi kajian di Mesjid khusus untuk ibu-ibu saja tepatnya pada hari Selasa dan Jumat.

Ia adalah orang yang tidak suka bermalas-malasan. Ia berkata tidak menyukai ada sampah yang berserakan di ruang kelas, dan Umi Titin tergerak untuk membersihkan ruangan tersebut.

Wanita berkulit sawo matang ini merupakan salah satu masyarakat yang dituakan. Umi Titin saat ini berusia 57 tahun, namun raut muka terlihat lebih muda dari umurnya dan tidak menggunakan alat bantu pada penglihatan.

Umi Titin adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. Umi Titin telah menikah namun suaminya telah wafat. Umi Titin ingat bahwa umur suaminya saat ini adalah 65 tahun. Suaminya bersuku Jawa begitupun dengan Umi Titin. Beliau memiliki 2 orang anak.

Umi Titin bukan merupakan masyarakat asli yang tinggal di Jalan Marakas, karena sebelumnya ia tinggal di Kabupaten langkat, dan masa kecilnya dihabiskan di Pangkalan Berandan.

Rutinitas Umi Titin saat ini adalah terus menjalankan usaha di bidang kue seperti menerima orderan untuk acara pernikahan, wisuda, dan sebagainya. Ia juga memiliki hobi menulis surat yang hingga saat ini masih sering ia lakukan, serta memiliki hobi membaca apapun yang berkaitan dengan agama.

3) Ibu Delco Bangun

Ibu Delco Bangun saat ini berusia 74 tahun dan beragama Kristen Protestan. Mamak Delco biasa ia disapa akrab, merupakan anak ke 2 dari 6 bersaudara dan ia memiliki 3 orang anak. Kesehariannya saat ini adalah membuka usaha warung di depan rumah. Wanita yang memiliki kulit sawo matang ini adalah wanita yang bersuku Karo dan merupakan istri dari Bapak Ris Bangun.

Kegiatan rutin beliau sehari-hari hanya menjaga warung. Beliau mengatakan kegiatan ini hanya digunakan untuk mengisi waktu luang, dan untuk kebutuhan hidup telah ditanggung oleh anaknya.

Mamak Delco sebelum menikah tinggal di Tanah Karo yang dekat dengan Gunung Sinabung, dan setelah menikah ia menetap di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Ia menyukai kegiatan berladang ketika masih muda dan saat ini diusianya yang tidak lagi muda, Ibu Delco Bangun tidak lagi melakukan kegiatan berladang.

4) Ibu Nandaheri Ginting

Ibu Nandaheri Ginting saat ini berusia 45 tahun. Kesehariannya saat ini adalah membantu anaknya mengelola usaha laundry. Aktivitas Ibu Nandaheri Ginting sebelumnya adalah meladang dan di usia yang tidak lagi muda, ia memilih menikmati masa tua bersama anaknya.

Ibu Nandaheri mengatakan bahwa ia memiliki kebiasaan yang sering ia lakukan yaitu ketika ingin minum air hangat, ia lebih suka menggunakan kayu bakar sebagai alat penghangat untuk merebusnya terlebih dahulu menggunakan kayu bakar.

Ia beragama Kristen Protestan dan bersuku Karo. Suaminya bernama S Tarigan dan bersuku Karo. Ia adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. Ia mulai menetap di daerah Jalan Terompet Padang Bulan setelah menikah dan sebelumnya ia menetap di Tanah Karo.

5) Ibu Rosmawati

Ibu Rosmawati saat ini berusia 54 tahun. Wanita yang bersuku Karo ini beragama Islam. Ia adalah anak tunggal. Suami Ibu Rosmawati bernama Jarko dan bersuku Karo.

Kesehariannya hanya di rumah saja menikmati masa tuanya, dan kebutuhan sehari-harinya ditanggung oleh anaknya. Ibu Rosmawati pada usia muda berprofesi sebagai guru di Tanah Karo, namun setelah menikah beliau mengikuti suaminya. Ibu Rosmawati di usia muda juga pernah membuka usaha di bidang kue untuk menambah pemasukan.

6) Bapak Selamet Barus

Bapak Selamet Barus merupakan salah satu orang yang disegani karena ia pernah menjadi pendeta di gereja GKBP di Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Beliau berumur 75 tahun dan beragama Kristen Protestan. Pria berkulit putih ini bersuku Karo dan merupakan anak ke 4 dari 9 bersaudara. Ia pernah menetap di daerah Jalan Terompet bersama orang tuanya semasa kecil. Bapak Selamet Barus diberikan tugas untuk menjadi pendeta di Gereja GKBP Jalan Terompet Padang Bulan Medan, setelah ia lulus dari Sekolah Tinggi di Makassar dan sekarang menetap di Jalan Mandolin dan Bapak Barus memiliki 4 orang anak. Bapak Barus yang telah pensiun menjadi pendeta, saat ini bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat Kelompok Studi Pemrakarsa Masyarakat (LSMKSPM).

Informan Tambahan Ibu Biring Keinisa

Ibu Biring Keinisa merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Beliau berusia 65 tahun dan bersuku Simalungun. Wanita yang memiliki kulit sawo matang ini dulunya penganut agama Islam. Ayahnya memutuskan untuk kembali ke agama Kristen setelah beberapa tahun telah menjalaninya dan di usianya yang menginjak 12 tahun, ia masuk ke agama Kristen. Ibu Biring Keinisa adalah penganut agama Kristen Protestan.

Kegiatan sehari-harinya adalah membuka usaha warung tepat di depan rumahnya karena bertujuan agar menghabiskan masa tua dengan tidak menyia-nyiakan waktu. Wanita yang memiliki 2 orang anak ini pernah memiliki usaha di bidang buah-buahan saat masih di usia muda.

4.1.4 Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada enam orang informan utama dan satu orang informan tambahan. Para informan terdiri dari dua orang pemuka agama, empat orang masyarakat umum, dan satu orang tokoh masyarakat formal.

Informan I

Nama : Darisno Bangun

Usia : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan : Kepala Lingkungan II (jalan Terompet)

Agama : Kristen

Suku : Karo

Lama Menetap : 40 tahun

Alamat : Jalan Terompet no 12

Tanggal Wawancara : 02 Februari dan 06 Februari 2017 Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan Titi Rantai

Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Darisno Bangun sebanyak dua kali di kantor kelurahan. Peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai wawancara kepada Bapak Darisno Bangun. Peneliti juga menyampaikan maksud dan tujuan penelitian yang penelitian untuk kebutuhan skripsi.

Peneliti juga meminta maaf kepada Bapak Darisno Bangun karena telah jika mengganggu waktunya. Peneliti menanyakan biodata diri dan keseharian informan di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan.

Bapak Darisno Bangun merupakan seorang Kepala Lingkungan yang bertanggungjawab di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru Medan.

Bapak Darisno Bangun mengatakan ia sering melakukan interaksi, dan memiliki hubungan yang akrab dengan masyarakat di daerah Jalan Terompet

Padang Bulan Medan. Ia sering bertegur sapa dan menyempatkan diri untuk berbicara dengan masyarakat.

Ya pas dia lagi di depan rumah, ya kita tegur. Kadang kita ngobrol baik yang Muslim maupun yang Kristen. Ya biasanya kan untuk ngumpul itu kalau bapak-bapak di warung, kadang pas dia duduk di depan rumah kita samperin ajak cerita.

Bapak Darisno sebagai Kepala Lingkungan selalu menjaga keharmonisan berkomunikasi dengan warganya dengan cara sering bertegur sapa, ataupun dengan memunculkan sikap saling menghargai satu sama lain.

Sebenarnya hanya memunculkan sikap saling menghargai saja. Karena ya kita kan sama-sama ingin masuk surga tapi caranya berbeda-beda. Yang penting menghargai saja jadinya aman.

Bapak Darisno Bangun mengatakan bahwa sikap saling menghargai ditunjukkan oleh masyarakat di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan, yang salah satunya adalah menghargai keyakinan yang dianut oleh agama lain.

Kalau di Jalan Terompet itu, tidak mempermasalahkan perbedaan ya.

Karena semua agama itu sama saja karena ya itu masing-masing. Kami ibadah ya ibadah begitupun juga yang Muslim. Hingga saat ini dari awal saya tinggal di lingkungan Terompet itu kerukunannya masih tetap terjaga.

Sebenarnya hanya memunculkan sikap saling menghargai saja. Karena ya kita kan sama-sama ingin masuk surga tapi caranya berbeda-beda. Yang penting menghargai saja jadinya aman.

Masyarakat yang tinggal di daerah Jalan Terompet Padang Bulan Medan ini memiliki kebiasaan yang sama seperti saling mengundang satu sama lain dengan acara yang tidak bersifat privasi.

Kalau itu masih karena kan diundang, gak enak juga kalau gak datang sepengetahuan saya, kami kalau pesta nikahan gitu gak ada sediain makanan kayak b2 gitu. Karena ngerti pasti yang Muslim hadir juga di acara.

Ya kita warga masih mau kalau diundang ya kita datang. Kalau misalnya

Ya kita warga masih mau kalau diundang ya kita datang. Kalau misalnya

Dokumen terkait