HASIL UJI HIPOTESIS
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B. Hasil Penelitian 1 Hasil Uji Asums
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan pada bab II, dalam penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yang akan diuji. Hipotesis nol dari hipotesis utama maupun hipotesis minor dalam penelitian ini akan ditolak dan hipotesis alternatifnya diterima jika nilai signifikansi (p) untuk masing-masing hipotesis lebih kecil daripada taraf signifikansi 0.05. Sedangkan hipotesis nol akan diterima dan hipotesis alternatif menjadi ditolak jika nilai signifikansi (p) lebih besar dari 0.05. Berikut ini akan diuraikan satu persatu terkait hasil pengujian ketiga hipotesis pada taraf kepercayaan 95% :
a. Hasil Pengujian Hipotesis 1
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian dalam rangka menjawab hipotesis 1 adalah uji One-Way Anova. Hasil pengujian hipotesis 1 disajikan pada tabel 59 :
Tabel 59. Hasil Uji One Way Anova Prestasi Belajar Statistika
Df F Sig.
3 4.661 0.005
Berdasarkan tabel 59, maka secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh musik klasik sedatif terhadap prestasi belajar statistika di keempat
122
0.05) dan nilai F = 4.661. Dengan kata lain, hipotesis alternatif 1 diterima bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar statistika di keempat kelompok eksperimental dengan waktu penyajian musik klasik sedatif yang berbeda. Untuk melihat apakah pengaruh musik klasik sedatif tersebut meningkatkan atau malah menurunkan prestasi belajar statistika, maka pada tabel 60 disajikan tabel hasil uji post hoc untuk melihat kelompok eksperimental mana saja yang berbeda prestasi belajar statistikanya berdasarkan uji Gabriel:
Tabel 60. Hasil Uji Post Hoc Prestasi Belajar Statistika Pada Keempat Kelompok (I) kondisi_perlakuan (J) kondisi_perlakuan Selisih Rerata(I – J) Sig.
kelompok kontrol kelompok eksperimen1 -1.397 0.50
kelompok eksperimen2 -16.397* .005
kelompok eksperimen3 -7.840 .442
kelompok eksperimen1 kelompok kontrol 1.397 0.50
kelompok eksperimen2 -15.000* .016
kelompok eksperimen3 -6.443 1.000
kelompok eksperimen2 kelompok kontrol 16.397* .005
kelompok eksperimen1 15.000* .016
kelompok eksperimen3 8.557 .613
kelompok eksperimen3 kelompok kontrol 7.840 .442
kelompok eksperimen1 6.443 1.000
kelompok eksperimen2 -8.557 .613
Berdasarkan tabel 60, maka kelompok eksperimen yang secara signifikan berbeda prestasi belajar statistikanya (p < 0.05) dengan kelompok kontrol adalah kelompok eksperimen 2 saja (p = 0.005). Dengan demikian, maka hipotesis altenatif minor 1.B saja yang diterima, sedangkan hipotesis alternatif minor 1.A dan 1.C ditolak. Dapat disimpulkan juga bahwa prestasi belajar statistika di antara
salah satu kelompok eksperimen, yaitu kelompok eksperimen 2 secara signifikan lebih tinggi daripada prestasi belajar statistika di kelompok kontrol.
Selanjutnya, perbedaan prestasi belajar statistika yang signifikan (p < 0.05) antara masing-masing kelompok eksperimen hanyalah antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2 saja dengan nilai p = 0.016, sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis alternatif minor 1.E diterima, sedangkan hipotesis alternatif minor 1.F dan 1.G ditolak. Hal ini juga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar statistika di antara salah satu kelompok eksperimen, dalam hal ini adalah antara kelompok eksperimen 1 dengan kelompok eksperimen 2.
Rerata kelompok eksperimen 2 lebih tinggi sebesar 16.379 poin dari kelompok kontrol dan lebih tinggi sebesar 15 poin dari kelompok eksperimen 1. Walaupun antara kelompok eksperimen 2 dengan kelompok eskperimen 3 tidak begitu berbeda secara signifikan (p = 0.613), namun rerata kelompok eksperimen 2 juga lebih tinggi sebesar 8.557 poin dari kelompok eksperimen 3.
Berdasarkan informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa rerata prestasi belajar statistika tertinggi adalah pada kelompok eksperimen 2 dibandingkan dengan 3 kelompok lainnya. Sedangkan rerata prestasi belajar statistika terendah adalah rerata pada kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif efektif dalam mempengaruhi prestasi belajar statistika secara positif pada sampel.
124
b. Hasil Pengujian Hipotesis 2 1) Hasil Pengujian Hipotesis 2A
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian dalam rangka menjawab hipotesis alternatif 2A adalah General Linear Model (GLM) Repeated Measures. GLM repeated measures digunakan untuk menganalisis variabel respon yang diukur pada beberapa waktu yang berbeda pada setiap subjek di semua kelompok eksperimental.
Sebelum menguji hipotesis ini, maka terlebih dahulu diuji kesamaan kondisi kecemasan terhadap ujian statistika pada sampel sebelum diberikan perlakuan (KTUS I) di keempat kelompok. KTUS I pada sampel di keempat kelompok eksperimental dikatakan sama atau tidak berbeda jika nilai signifikansi hasil pengujian lebih besar dari 0.05 (p > 0.05). Hasil uji perbedaan KTUS I dengan menggunakan One-Way Anova dapat dilihat pada tabel 61:
Tabel 61. Hasil Uji F Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Pada Kondisi Awal (KTUS I) Di Keempat Kelompok Eksperimental
Df Mean Square F Sig.
KTUS I 3 11.128 .330 .804
Berdasarkan tabel 61, dapat dilihat bahwa nilai signifikansinya adalah sebesar 0.804 (lebih besar dari 0.05) dengan nilai F = 0.33. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa kondisi kecemasan terhadap ujian statistika sebelum diberikan perlakuan (KTUS I) pada sampel di keempat kelompok eksperimental adalah sama.
Selanjutnya, pengujian hipotesis 2A dilakukan untuk melihat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika I, II dan III pada sampel di keempat kelompok
eksperimental. Hasil uji GLM Repeated Measures dalam menguji hipotesis 2A dapat dilihat pada tabel 62:
Tabel 62. Hasil Uji General Linier Model : Repeated Measures
Variabel Df F Sig. KTUS Greenhouse-Geisser 1.808 15.338 .000 KTUS pada empat Kelompok Greenhouse-Geisser 5.424 2.037 .036
Berdasarkan hasil pengujian dengan koreksi Greenhouse-Geisser pada tabel 62 (dikarenakan asumsi sphericity tidak terpenuhi), diketahui bahwa nilai signifikansi kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) adalah sebesar 0.00 (lebih kecil dari 0.05) dengan nilai F = 15.338. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan dalam ketiga pengukuran kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) pada sampel di masing-masing kelompok eksperimental. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa secara umum, terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika di saat sebelum belajar, saat belajar dan saat ujian pada sampel di masing-masing kelompok eksperimental. Perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika di tiap waktu pengukuran yang berbeda tersebut dapat dilihat pada tabel 63:
Tabel 63. Nilai Kontras Pada Uji GLM Repeated Measures
Kecemasan Df F Sig.
Kecemasan KTUS I vs. KTUS III 1 9.378 .003 KTUS II vs. KTUS III 1 4.072 .047 Kecemasan *
Kelompok
KTUS I vs. KTUS III 3 3.092 .032 KTUS II vs. KTUS III 3 1.555 .208
126
Mengacu pada tabel 63, maka dapat dikatakan bahwa kecemasan terhadap ujian statistika pada sampel di masing-masing kelompok eksperimental pada awal pengukuran (KTUS I) ternyata secara signifikan lebih tinggi daripada kecemasan pada saat ujian (KTUS III) dengan nilai F = 9.378 dan signifikansi sebesar 0.003 (lebih kecil dari 0.05), sedangkan kecemasan pada saat belajar (KTUS II) secara signifikan lebih rendah daripada kecemasan pada saat ujian (KTUS III) dengan nilai F = 4.072 dan signifikansi sebesar 0.047 (lebih kecil dari 0.05).
Berdasarkan tabel 63 juga diketahui bahwa secara keseluruhan, KTUS I pada keempat kelompok eksperimental secara signifikan lebih tinggi daripada KTUS III yang ditunjukkan dengan nilai F = 3.092 dan signifikansi sebesar 0.032 (lebih kecil dari 0.05), namun KTUS II pada keempat kelompok eksperimental tidak terlalu berbeda secara signifikan dengan KTUS III yang ditunjukkan dengan nilai F = 1.55 dan nilai signifikansi sebesar 0.208 (lebih besar dari 0.05). Perubahan yang terjadi dalam kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS I, II dan III) pada seluruh kelompok eksperimental dapat dilihat pada grafik 2:
Grafik 2. Interaksi Antara Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Dengan Kondisi Perlakuan Di Keempat Kelompok Eksperimental
Berdasarkan grafik 2, terlihat bahwa antara pengukuran kecemasan terhadap ujian statistika di awal (KTUS I) dengan pengukuran kecemasan terhadap ujian statistika saat di kondisi belajar (KTUS II) menurun pada semua kelompok eksperimental. Selain itu, dari pengukuran saat kondisi belajar (KTUS II) kepada pengukuran kecemasan terhadap ujian statistika di saat kondisi ujian (KTUS III), keempat kelompok eksperimental juga sama-sama mengalami kenaikan kecemasan terhadap ujian statistika.
Hasil pengujian pada tabel 62 juga menunjukkan bahwa interaksi antara kecemasan saat sebelum belajar, saat belajar dan saat ujian secara keseluruhan pada keempat kelompok eksperimental adalah signifikan dengan nilai F = 2.037 dan nilai signifikansi sebesar 0.036 (lebih kecil dari 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis alternatif 2A diterima yang artinya bahwa terdapat perubahan yang signifikan dalam kecemasan terhadap ujian statistika pada waktu pengukuran saat sebelum belajar, saat belajar dan saat ujian pada keempat kelompok secara keseluruhan dan perubahan kecemasan terhadap ujian statistika tersebut secara signifikan lebih kecil pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol.
2) Hasil Pengujian Hipotesis 2B
Berdasarkan grafik 2, keempat kelompok eksperimental sama-sama mengalami penurunan dari KTUS I ke KTUS II dan sama-sama mengalami kenaikan dari KTUS II ke KTUS III. Namun dapat dilihat bahwa penurunan yang terjadi dari KTUS I ke KTUS II terlihat lebih kecil pada kelompok yang belajar tanpa musik
128
yang belajar dengan musik klasik sedatif (kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 3).
Hipotesis alternatif 2B diuji untuk melihat apakah terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika yang signifikan pada saat kondisi belajar (KTUS II) di keempat kelompok eksperimental tersebut dengan menggunakan uji One-Way Anova dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 64 :
Tabel 64. Hasil Uji One-Way Anova Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Pada Kondisi Belajar (KTUS II)
Df F Sig.
3 .889 .451
Berdasarkan tabel 64, uji beda KTUS II tidak signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0.451 (lebih besar dari 0.05). Hal ini menandakan bahwa hipotesis alternatif 2B ditolak dengan pengertian bahwa kecemasan terhadap ujian statistika pada kondisi belajar (KTUS II) tidak berbeda secara signfikan di antara keempat kelompok eksperimental. Perbandingan rerata KTUS II di keempat kelompok eksperimental dapat dilihat pada tabel 65:
Tabel 65. Hasil Uji Post Hoc Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Pada Kondisi Belajar (KTUS II)
(I) Kelompok (J) Kelompok Selisih Rerata (I - J)
Sig.
kelompok kontrol kelompok eksperimen1 2.468 .50
kelompok eksperimen2 2.183 .50 kelompok eksperimen3 2.882 .451 kelompok eksperimen1 kelompok kontrol -2.468 1.000 kelompok eksperimen2 -.286 1.000 kelompok eksperimen3 .414 1.000 kelompok eksperimen2 Kelompok eksperimen3 .699 1.000
Berdasarkan tabel 65, terlihat bahwa tidak ada satupun kelompok eksperimental dengan KTUS II yang berbeda secara signifikan terhadap kelompok eksperimental lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif minor 2.B.a, 2.B.b, 2.B.c, 2.B.d, 2.B.e dan 2.B.f ditolak. Meskipun tidak berbeda secara signifikan, tetapi dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen 3 memiliki rerata KTUS II yang paling rendah dibandingkan dengan 3 kelompok eksperimental lainnya. Sedangkan kelompok kontrol memiliki rerata KTUS II yang paling tinggi dari 3 kelompok eksperimental lainnya.
3) Hasil Pengujian Hipotesis 2C
Mengacu pada grafik 2 sebelumnya, kenaikan rerata kecemasan terhadap ujian statisika pada kondisi belajar (KTUS II) ke kondisi ujian (KTUS III) juga terlihat lebih tinggi pada kelompok yang ujian tanpa musik klasik sedatif (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 1) daripada kelompok yang ujian dengan musik klasik sedatif (kelompok eksperimen 2 dan kelompok eskperimen 3). Hipotesis alternatif 2C diuji untuk melihat apakah terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika yang signifikan pada saat kondisi ujian (KTUS III) di keempat kelompok eksperimental tersebut dengan menggunakan uji One-Way Anova yang dapat dilihat pada tabel 66:
Tabel 66. Hasil Uji One-Way Anova Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Pada Kondisi Ujian (KTUS III)
130
Berdasarkan tabel 66, uji beda KTUS III signifikan dengan nilai signifkansi sebesar 0.02 (lebih kecil dari 0.05). Hal ini menandakan bahwa hipotesis alternatif 2.C diterima yang artinya bahwa kecemasan terhadap ujian statistika pada kondisi ujian (KTUS III) berbeda secara signfikan di antara keempat kelompok eksperimental. Berikut disajikan hasil uji post hoc untuk melihat kelompok mana saja yang berbeda KTUS III-nya pada tabel 67:
Tabel 67. Uji Post Hoc Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Pada Kondisi Ujian (KTUS III)
(I) Kelompok (J) Kelompok Selisih Rerata (I-J)
Sig. kelompok kontrol kelompok eksperimen1 5.357 .048 kelompok eksperimen2 5.690 .016 kelompok eksperimen3 6.583* .036 kelompok eksperimen1 kelompok kontrol -5.357 .048 kelompok eksperimen2 .333 1.000 kelompok eksperimen3 1.226 1.000 kelompok eksperimen2 kelompok kontrol -5.690 .036
kelompok eksperimen1 -.333 1.000 kelompok eksperimen3 .893 1.000 kelompok eksperimen3 kelompok kontrol -6.583* .016
kelompok eksperimen1 -1.226 1.000 kelompok eksperimen2 -.893 1.000
Berdasarkan tabel 67, maka perbedaan KTUS III yang signifikan adalah antara kelompok kontrol dengan seluruh kelompok eksperimen yang ditunjukkan dengan masing-masing nilai signifikansi ketiga kelompok eksperimen (kelompok eksperimen 1 = 0.048; kelompok eksperimen 2 = 0.016; kelompok eksperimen 3 = 0.036) yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif minor 2.C.a, 2.C.b dan 2.C.c diterima, yang artinya bahwa
terdapat perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika saat kondisi ujian (KTUS III) yang signifikan antara seluruh kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan hipotesis alternatif minor 2.C.d, 2.C.e, dan 2.C.f ditolak yang mengartikan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan terhadap ujian statistika saat kondisi ujian (KTUS III) yang signifikan antara sesama kelompok eksperimen yang ditunjukkan dengan masing-masing nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05.
KTUS III pada kelompok eksperimen 3 secara signifikan lebih rendah 6.583 poin daripada kelompok kontrol. KTUS III pada kelompok eksperimen 3 juga terlihat lebih rendah dari 2 kelompok eksperimen lainnya walaupun perbedaannya tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen 3 memiliki kecemasan terhadap ujian statistika yang terendah pada saat kondisi ujian (KTUS III). Selain itu, KTUS III pada kelompok eksperimen 2 juga lebih rendah daripada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 1. Kelompok eksperimen 3 dan kelompok eksperimen 2 adalah kelompok yang kondisi ujiannya disertai dengan pemberian musik klasik sedatif, sehingga berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa kecemasan terhadap ujian statistika pada kondisi ujian lebih rendah pada kelompok yang disajikan musik klasik sedatif pada saat ujian.
c. Hasil Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis alternatif 3 diuji untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif musik klasik sedatif terhadap prestasi belajar statistika melalui penurunan
132
maka terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Langkah pertama ialah menghitung nilai B melalui hasil regresi antara KTUS dengan prestasi belajar statistika. Langkah kedua yaitu menghitung nilai B melalui hasil regresi musik klasik sedatif dengan kecemasan terhadap ujian statistika. Setelah itu langkah ketiga adalah menghitung nilai B melalui hasil regresi antara musik klasik sedatif dengan dengan prestasi belajar statistika. Setelah mendapatkan ketiga nilai B, langkah terakhir adalah melihat nilai B mana yang lebih besar untuk menentukan apakah hipotesis 3 diterima atau tidak. Langkah-langkah tersebut dianalisis secara terpisah dan dipaparkan sebagai berikut :
i. Langkah 1 :
Sebelum menghitung nilai B dari hasil regresi kecemasan terhadap ujian dengan prestasi belajar statistika statistika, terlebih dahulu dilihat besaran nilai hubungan dan pengaruh kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) terhadap prestasi belajar statistika. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 68 dan 69 :
Tabel 68. Tabel R dan R Square Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Terhadap Prestasi Belajar Statistika
Model R R Square
1 -.431 .186
Mengacu pada tabel 68, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang antara kecemasan terhadap ujian statistika dengan prestasi belajar statistika yang ditunjukkan dengan nilai R = -.431. Berdasarkan nilai determinansinya (R Square = .186), maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan terhadap ujian statistika memiliki sumbangsih sebesar 18.6% terhadap prestasi belajar statistika,
sedangkan proporsi sebesar 81.4% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain.
Selanjutnya, keputusan untuk memakai model regresi kecemasan terhadap ujian statistika dengan prestasi belajar statistika dapat dilihat pada tabel 69 :
Tabel 69. Hasil Uji Anova Model Regresi Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Dengan Prestasi Belajar Statistika
Model Df F Sig.
1 Regresi 1 16.929 .000
Mengacu pada tabel 69, nilai signifikansi diketahui sebesar 0.000 (lebih kecil daripada 0.05). Berdasarkan hal tersebut, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi prestasi belajar statistika oleh kecemasan terhadap ujian statistika.
Selanjutnya, nilai Beta atas hasil uji regresi kecemasan terhadap ujian statistika dengan prestasi belajar statistika dapat dilihat pada tabel 70 :
Tabel 70. Hasil Uji Regresi Kecemasan Terhadap Ujian Statistika Dengan Prestasi Belajar Statistika
Model B T Sig.
1 Constant (a) 33.360 18.18 .000
KTUS (b) -1.140 -4.114 .000
Berdasarkan tabel 70, terlihat bahwa nilai model constant (a) pada kolom B adalah sebesar 33.36 dan nilai pada kecemasan terhadap ujian sttaistika (b) adalah sebesar -1.14. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ketika tidak ada pengaruh dari kecemasan terhadap ujian statistika, maka sampel diprediksikan akan mendapatkan nilai prestasi belajar statistika sebesar 33.36. Kemudian, efek
134
kecemasan terhadap ujian statistikanya, maka nilai prestasi belajar statistikanya akan mengalami penurunan sebanyak 1.14 poin.
Mengacu pada tabel 70, terlihat bahwa nilai sig. untuk variabel kecemasan terhadap ujian statistika adalah sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05). Dengan efek yang negatif, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan terhadap ujian statistika memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap prestasi belajar statistika.
ii. Langkah 2 :
Sebelum menghitung nilai B dari hasil regresi musik klasik sedatif dengan kecemasan terhadap ujian statistika, terlebih dahulu dilihat nilai hubungan dan pengaruh waktu penyajian musik klasik sedatif terhadap kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 71 dan 72:
Tabel 71. Tabel R dan R Square Musik Klasik Sedatif Dengan Kecemasan Terhadap Ujian Statistika (KTUS)
Model R R Square
1 -.338 .114
Mengacu pada tabel 71, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara musik klasik sedatif terhadap kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) yang ditunjukkan dengan nilai R = -.338 Berdasarkan nilai determinansinya (R Square = .114), maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik sedatif memiliki sumbangsih sebesar 11.4% terhadap kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS), sedangkan 86.6% lainnya dipengaruhi oleh varibael-variabel yang lain.
Selanjutnya, keputusan untuk memakai model regresi waktu penyajian musik klasik sedatif terhadap kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) dapat dilihat pada tabel 72 :
Tabel 72. Uji Anova Model Regresi Musik Klasik Sedatif Dengan Kecemasan Terhadap Ujian Statistika (KTUS)
Model Df F Sig.
1 Regresi 3 3.092 0.032
Mengacu pada tabel 72, nilai signifikansi diketahui sebesar 0.032 (lebih kecil daripada 0.05). Berdasarkan hal tersebut, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kecemasan terhadap ujian statistika melalui waktu penyajian musik klasik sedatif.
Selanjutnya, nilai B atas hasil uji regresi musik klasik sedatif dengan kecemasan terhadap ujian statistika dapat dilihat pada tabel 73 :
Tabel 73. Hasil Uji Regresi Musik Klasik Sedatif Dengan Kecemasan Terhadap Ujian Statistika
Model B T Sig.
1 Constant (a) 1.444 1.010 .158 Eksperimen 1 (b) -4.450 -2.330 0.011 Eksperimen 2 (c) -3.873 -1.988 0.025 Eksperimen 3 (d) -5.944 -2.582 .003
Berdasarkan tabel 73, terlihat bahwa nilai model constant (a) pada kolom B adalah sebesar 1.44, nilai model eksperimen 1 (b) adalah sebesar -4.540, nilai model eksperimen 2 (c) sebesar -3.873 dan nilai model eksperimen 3 (d) adalah sebesar -5.944. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ketika tidak ada pengaruh dari penyajian musik klasik sedatif, maka sampel diprediksikan akan
136
1.444. Untuk model eksperimen 1 (musik klasik sedatif pada kondisi belajar), model terlihat signifikan dengan nilai p = 0.011 (lebih kecil dari 0.05), maka dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada saat kondisi belajar memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecemasan terhadap ujian statistika. Dikatakan berpengaruh negatif karena dengan menyajikan musik klasik sedatif pada saat belajar saja, maka kecemasan terhadap ujian statistikanya akan mengalami penurunan sebesar 4.54 poin.
Nilai signifikansi untuk model eksperimen 2 (musik klasik sedatif pada kondisi ujian) juga terlihat signifikan dengan nilai p = 0.025 (lebih kecil dari 0.05), maka dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada saat kondisi ujian saja memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecemasan terhadap ujian statistika. Dikatakan berpengaruh negatif karena dengan menyajikan musik klasik sedatif pada saat ujian saja, maka nilai kecemasan terhadap ujian statistikanya akan mengalami penurunan sebesar 3.873 poin.
Selanjutnya, nilai signifikansi untuk model eksperimen 3 (musik klasik sedatif pada kondisi belajar dan ujian) juga terlihat signifikan dengan nilai p = 0.003 (lebih kecil dari 0.05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada kondisi belajar dan ujian juga memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kecemasan terhadap ujian statistika. Dikatakan berpengaruh negatif karena dengan menyajikan musik klasik sedatif pada saat belajar dan ujian, maka nilai kecemasan terhadap ujian statistikanya akan mengalami penurunan sebesar 5.944 poin. Efek penurunan pada model eksperimen 3 ini merupakan efek yang terbesar daripada model eksperimen 1 dan 2.
iii. Langkah 3
Sebelum menghitung nilai B dari hasil regresi musik klasik sedatif dengan prestasi belajar statistika, terlebih dahulu dilihat besaran nilai hubungan dan pengaruh musik klasik sedatif terhadap prestasi belajar statistika. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 74 dan 75 :
Tabel 74. Tabel R Dan R Square Musik Klasik Sedatif Terhadap Prestasi Belajar Statistika
Model R R Square
1 .403 .163
Mengacu pada tabel 74, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara musik klasik sedatif terhadap prestasi belajar statistika yang ditunjukkan dengan nilai R = .403 Berdasarkan nilai determinansinya (R Square = .163), maka dapat disimpulkan bahwa musik klasik sedatif memiliki sumbangsih sebesar 16.3% terhadap prestasi belajar statistika, sedangkan 83.7% lainnya dipengaruhi oleh varibael-variabel yang lain.
Selanjutnya, keputusan untuk memakai model regresi musik klasik sedatif terhadap kecemasan terhadap ujian statistika (KTUS) dapat dilihat pada tabel 75:
Tabel 75. Hasil Uji Anova Model Regresi Musik Klasik Sedatif Terhadap Prestasi Belajar Statistika
Model Df F Sig.
1 Regresi 3 4.661 0.005
Mengacu pada tabel 75, nilai signifikansi diketahui sebesar 0.005 (lebih kecil daripada 0.05). Berdasarkan hal tersebut, maka model regresi dapat digunakan
138
untuk memprediksi kecemasan terhadap ujian statistika melalui waktu penyajian musik klasik sedatif.
Selanjutnya, nilai B atas hasil uji regresi musik klasik sedatif dengan kecemasan terhadap ujian statistika dapat dilihat pada tabel 76:
Tabel 76. Hasil Uji Regresi Musik Klasik Sedatif Dengan Prestasi Belajar Statistika
Model B t Sig.
Constant (a) 29.222 7.960 0.000
Eksperimen 1 (b) 1.397 0.279 0.395
Eksperimen 2 (c) 16.397 3.277 0.001
Eksperimen 3 (d) 7.840 1.465 0.073
Berdasarkan tabel 76, terlihat bahwa nilai model constant (a) pada kolom B adalah sebesar 29.22, nilai model eksperimen 1 (b) adalah sebesar 1.397, nilai model eksperimen 2 (c) sebesar 16.397 dan nilai model eksperimen 3 (d) adalah sebesar 7.840. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ketika tidak ada pengaruh dari penyajian musik klasik sedatif, maka sampel diprediksikan akan mendapatkan nilai prestasi belajar statistika sebesar 29.22. Untuk model eksperimen 1 (musik klasik sedatif pada kondisi belajar), model tidak signifikan dengan nilai p = 0.395 (lebih kecil dari 0.05), maka dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada saat kondisi belajar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar statistika. Meskipun tidak berpengaruh secara signifikan, namun namun nilai prestasi belajar statistika pada sampel akan mengalami kenaikan sebanyak 1.397 poin jika sampel disajikan musik klasik sedatif pada saat kondisi belajar saja.
Nilai signifikansi untuk model eksperimen 2 (musik klasik sedatif pada kondisi ujian) terlihat signifikan dengan nilai p = 0.001 (lebih kecil dari 0.05), maka dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada saat kondisi ujian memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi belajar statistika. Dikatakan positif karena dengan menyajikan musik klasik sedatif pada saat ujian saja, maka nilai prestasi belajar statistikanya akan mengalami kenaikan sebesar 16.397 poin.
Selanjutnya, nilai signifikansi untuk model eksperimen 3 (musik klasik sedatif pada kondisi belajar dan ujian) tidak signifikan dengan nilai p = 0.073 (lebih besar dari 0.05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik klasik sedatif pada kondisi belajar dan ujian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar statistika. Meskipun tidak berpengaruh secara signifikan, namun nilai prestasi belajar statistika pada sampel akan mengalami kenaikan