• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penyertaan Modal Pempropsu Pada PT Bank Sumut

PENDAPATAN D AN BEB AN OPERASIONAL A Pendapatan dan Beban Bunga

C. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penyertaan Modal Pempropsu Pada PT Bank Sumut

Sejak awal para pendiri bangsa (founding fathers) telah menyadari bahwa Indonesia sebagai suatu kolektivitas politik tidak memiliki modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan ekonomi, sehingga Negara yakni Pemerintah mengambil peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi.176 Hal ini secara eksplisit diatur dalam Pasal 33 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi sebagai berikut :

(2) “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dalam kaitannya di atas, dirasa perlu untuk meningkatkan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral maupun kepemilikan Negara terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, selama Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia masih tercantum dalam konstitusi maka selama itu pula keterlibatan pemerintah dalam perekonomian Indonesia masih

176

Sumi Fratiwi, “Aspek Hukum Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara”, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010), hal. 18.

diperlukan.177 Dalam hal penyertaan modal yang dilakukan pemerintah juga berpijak dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ini.

Selanjutnya diatur lagi berdasarkan Pasal 5 ayat (1) bahwa “Presiden mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”, dan Pasal 20 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”. Berdasarkan kedua pasal yang disebutkan tadi, maka diundangkanlah Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sebagai landasan berpijak dari Bank Pembangunan Daerah yang ada di setiap daerah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Banyak sekali peraturan mengenai Bank Pembangunan Daerah ini. Contohnya mengenai pengelolaan asetnya diatur dalam peraturan pemerintah, selanjutnya keputusan menteri keuangan mengatur tentang tata cara penyetoran penyertaan modal bank. Untuk tidak membingungkan mengenai hierarki peraturan perundang-undangan tentang penyertaan modal pada PT. Bank Sumut dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini mengenai daftar peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Bank Pembangunan Daerah :

177

Tabel 3.

Daftar Peraturan Perundang-Undangan Terkait Dengan PT. Bank Sumut

NO NAMA PERATURAN DIGUNAKAN UNTUK

1. Pancasila & UUD 1945, Pasal 33 Landasan sistem perekonomian di Indonesia

yang menggunakan sistem ekonomi Pancasila

2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah

Bentuk Bank Pembangunan Daerah berbadan hukum Perusahaan Daerah

3. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah

Dasar pijakan dari berdirinya Bank Pembangunan Daerah

4. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan

Tata kelola perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

Dasar pijakan Pemerintah Daerah untuk mengeluarkan Peraturan Daerah

6. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia

Pengawasan PT. Bank Sumut yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

7. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara

Memerintahkan kepada Pemerintah Daerah agar menyimpan Kas Daerah di PT. Bank Sumut

8. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

Pengelolaan PT. Bank Sumut berdasarkan Undang-Undang ini karena UU 13/1962 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perusahaan sekarang ini

9. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005

tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara

Mengatur tentang tata cara menyertakan modal pemerintah kepada PT. Bank Sumut

10. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999

tentang Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal semua BPD di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Rangka Program Rekapitalisasi

Perintah untuk menyertakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ke Bank Pembangunan Daerah dalam hal ini adalah PT.Bank Sumut

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun

1998 tentang Bentuk Hukum BPD

Merubah bentuk hukum BPDSU menjadi PT.Bank Sumut barulah dikeluarkan Perda

12. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum BPDSU kepada PT. Bank Sumut

Merubah badan hukum BPDSU dari

Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas

13. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

No. 11 Tahun 2005 tentang Penyisihan Sebagian Hasil PBB Sebagai Penyertaan Modal PT. Bank Sumut

Sumber lain penyertaan modal PT. Bank Sumut berasal dari bagi hasil pendapatan PBB sebagai penerimaan daerah Sumatera Utara

14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara

No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal pada PT. Bank Sumut

Melihat anggaran yang disiapkan Pemerintah Daerah kepada PT. Bank Sumut

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, jenjang-jenjang tersebut adalah sebagai berikut178 :

a. ”UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Daerah”.

Pancasila adalah sebagai Norma Dasar (grundnorm) dalam Teori Stufenbau, memperlihatkan bahwa seluruh sistem hukum mempunyai suatu struktur piramidal, mulai dari yang abstrak (ideologi negara dan undang-undang dasar) sampai yang konkret (peraturan-peraturan yang berlaku).179 Dalam hal kedudukan Akta Notaris disini adalah hanya sebagai legalitas bahwa perusahaan tersebut berbentuk badan hukum. Akta Pendirian harus disahkan di Pengadilan Negeri untuk selanjutnya mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM agar diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia.

Pada Pasal 12, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan bahwa180 :

”Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi”.

178

Pasal 7 ayat (1), Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389.

179

Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogjakarta : Kanisius, 1995) hal. 44.

180

Pasal 12, Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan.

Jadi, berdasarkan ketentuan di atas, seharusnya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara tidak diatur mengenai tata cara penyertaan modal. Cara tersebut sebaiknya diatur lebih konkrit. Pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada PT. Bank Sumut jika ditinjau oleh Stufenbau Theory adalah bahwa pengaturan tersebut belum berdasarkan The General System Theory (Hukum itu harus sistematis dan hierarkis). Kebijakan PT. Bank Sumut harus berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas karena Undang- Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sudah tidak mengikuti perkembangan zaman lagi.

Dengan kata lain, dasar pembentukan PT. Bank Sumut yang berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perusahaan sekarang ini. Jadi, harus mengikuti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas baik itu pengaturan mengenai kebijakan dividennya maupun mengenai pengaturan pengambilan kebijakan dari direksi yang harus berdasarkan atas RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Adapun pembagian dividen PT. Bank Sumut adalah disebut dengan pembagian dividen interim.181

Pembagian dividen interim PT. Bank Sumut kepada Pemprovsu harus dimasukkan di dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) PT. Bank Sumut. Hal

181

Pasal 72 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mengatakan bahwa : “Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan”.

ini dilakukan demi kemaslahatan masyarakat banyak karena dividen interim tersebut disetorkan ke Kas Daerah agar dapat digunakan untuk pembangunan oleh Pemprovsu. Pembagian dividen secara interim maksudnya adalah bahwa PT. Bank Sumut dapat mencicil pembagian dividen kepada Pemprovsu secara menyicil. Penarikan dividen interim tersebut juga tidak perlu mengadakan RUPS karena cukup dengan Surat Keputusan Direksi saja dengan persetujuan dari Dewan Komisaris.182

182

BAB III

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA