• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN D AN BEB AN OPERASIONAL A Pendapatan dan Beban Bunga

9. Penetapan Penggunaan Laba

Setiap perusahaan pastilah memiliki laba ataupun kerugian. Penggunaan laba bersih setelah dikurangi dengan penyusutan terlebih dahulu, harus dikurangi juga dengan cadangan dan pengurangan-pengurangan lain yang wajar dalam perusahaan Bank. Menurut Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang

157

Pasal 26 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

158

Pasal 26 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

159

Pasal 26 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

160

Pasal 26 ayat (4), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

161

Pasal 26 ayat (5), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, menyebutkan penetapan penggunaan laba, antara lain162 :

a. “Untuk dana pembangunan Daswati I yang bersangkutan 15%;

b. Untuk para pemilik saham prioritet dan biasa 40% dibagi menurut perbandingan nilai nominal saham-saham;

c. Untuk cadangan umum 25%, sedangkan sisanya dipisahkan untuk disumbangkan dana pensiun dan sokongan pegawai, pendidikan dan jasa produksi yang jumlah persentasenya masing-masing ditentukan dalam peraturan pendirian Bank”.

Dana pembangunan Daswati I maksudnya adalah pemerintah provinsi. Dalam konteks PT. Bank Sumut adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara itu sendiri. Untuk dapat melihat penerimaan Pemprovsu dapat dilihat di Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara ataupun laporan keuangan laba-rugi PT. Bank Sumut pada tahun berjalan. Pada Februari 2010, laba sebelum Pajak Rp. 130,8 miliar, kredit Rp. 8,4 triliun dan DPK Rp. 9,5 triliun dengan total aset Rp. 11 triliun.163 Laba dari saham prioritet dimasukkan dalam dana pembangunan daerah yang memiliki saham prioritet.164 Pada cadangan yang diam dan atau rahasian tidak boleh diadakan. Cara mengurus dan menggunakan dana penyusutan dan cadangan tujuan diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah Tingkat I yaitu Gubernur Sumatera Utara setelah mendengar pendapat dari Badan Pengawas selaku Komisaris.165

Mengenai dana cadangan umum disimpan untuk pembayaran pensiun dan tunjangan lainnya. Pensiun dan tunjangan tersebut diberikan kepada staff dan

162

Pasal 27 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

163

Media SMS, “Kinerja PT. Bank Sumut Meningkat”, http://media-sms.com/?p=112., diakses pada 15 April 2011.

164

Pasal 27 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

165

Pasal 27 ayat (3) dan (4), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

karyawan Bank Pembangunan Daerah. Pengelolaan dana cadangan tersebut dilakukan oleh Bank Pembangunan Daerah itu sendiri.

10. Pembubaran

Pembubaran Bank Pembangunan Daerah dan penunjukan likuidatornya ditetapkan dalam Perda Tingkat I yang bersangkutan.166 Sisa kekayaan bank setelah dilikuidasi akan dibagikan kepada para pemilik saham prioritet dan saham biasa menurut perbandingan nilai nominal saham-saham tersebut.167 Pertanggung jawaban Likuidator dalam hal likuidasi dilakukan kepada Kepala Daerah yang memberikan pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan ayng telah diselesaikan oleh Likuidator.168

Di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga diatur mengenai Likuidasi dalam hal pembubaran perseroan yang diatur dalam Pasal 142 ayat (2) yang menyatakan bahwa :

“Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan sebagaimana dimaksud ayat (1) : a. Wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh Likuidator atau

Kurator; dan

b. Perseroan yang tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangk Likuidasi”.

166

Pasal 28 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

167

Pasal 28 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

168

Pasal 28 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Nama perusahaan yang dilikuidasi akan berubah menjadi Perseroan Terbatas Dalam Likuidasi. Kata “Dalam Likuidasi” harus disertakan dalam setiap surat yang keluar pada stempelnya.169 Pembubaran perseroan terjadi karena :

a. “Berdasarkan keputusan RUPS;

b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;

c. Berdasarkan penetapan pengadilan;

d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; dan

f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan Likuidasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”. Pada ketentuan Bank Pembangunan Daerah dan ketentuan Perseroan Terbatas ternyata proses pembubaran harus melalui tahapan likuidasi. Likuidasi tersebut dilaksanakan oleh Likuidator. Likuidator tetap ditunjuk oleh Pemegang Saham. Jika pada BPD ditetapkan oleh Perda dari Gubernur, sedangkan pada Perseroan Terbatas ditetapkan dalam Keputusan RUPS terdapat dalam Risalah Rapat dan dibuat di depan Notaris.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri tahun 1967 tidak ada yang mengatur mengenai perubahan Bentuk Badan Hukum dari Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara ke Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sumatera

169

Utara.170 Adapun Permendagri yang mengatur mengenai badan hukum bank pembangunan daerah adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah.

Pada dasarnya peraturan ini memerintahkan Pemerintah Provinsi untuk mengubah bentuk badan hukum perusahaan daerah dari Perusahaan Daerah Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara menjadi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara. Perintah tersebut dituangkan di dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.171

Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan No. 584.22-306 pada tanggal 12 April 1999. Konsekuensi hukumnya adalah bahwa pengaturan perusahaan PT. Bank Sumut harus berpijak pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan karena PT. Bank Sumut bergerak di bidang usaha perbankan. Konsekuensi selanjutnya adalah nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara berubah resmi menjadi PT. Bank Sumut.

170

Kementerian Dalam Negeri, “Katalog Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Dari Tahun 1950 s.d. 2010 Dengan Status/Aspek Legalitasnya”, (Jakarta : Pusdatinkomtel, April 2010), hal. 20-27.

171

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Tbk., Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47.

Lalu bentuk perusahaan juga berubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Jika hanya Perusahaan Daerah maka akan sulit untuk berkembang sedangkan jika menggunakan Perseroan Terbatas akan cepat berkembang karena tidak terbatas oleh batas-batas wilayah kekuasaan Pemerintah Daerah.

d. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal BPD Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum, termasuk Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi.172 Pada dasarnya peraturan pemerintah itu merupakan turunan dari Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Pada Pasal 2 ayat (2) huruf b., ketentuan ini menyebutkan besaran penyertaan modal yang dilakukan oleh Negara kepada BPD Sumatera Utara, yaitu : Rp.302.871.000.000,- (tiga ratus dua miliar delapan ratus tujuh puluh satu juta rupiah).173 Penetapan besaran penyertaan modal ini disesuaikan dengan kemampuan

172

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 79.

173

Pasal 2 ayat (2) huruf b., Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD

daerah masing-masing. Berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah inilah berikutnya dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur mengenai penyertaan modal. Lain halnya mengenai divestasi dan tata cara penyertaan modal yang dilakukan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.174

e. Peraturan Daerah Mengenai Penyertaan Modal (Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara)

Pada Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara mengatur mengenai tujuan dari penyertaan modal, asal dana, dan pengelolaan dana yang disertakan.175

Adapun tujuan dari penyertaan modal menurut Perda ini diatur dalam Pasal 2, yang menyebutkan bahwa :

“Penyertaan Modal bertujuan :

a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara; b. Meningkatkan kemampuan PT. Bank Sumut dalam rangka perluasan

usaha guna meningkatkan perekonomian;

c. Memenuhi ketentuan modal PT. Bank Sumut sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan”.

Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi.

174

Pasal 3, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah D.I. Aceh, BPD Sumut, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD DKI Jakarta, BPD Jateng, BPD, Jatim, BPD Kalbar, BPD Sulut, BPD Maluku, BPD NTB, dan BPD NTT dalam rangka Program Rekapitalisasi.

175

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 16.

Peningkatan PAD dilakukan dengan cara penyaluran kredit yang dilakukan oleh PT.Bank Sumut. Namun, penyaluran kredit masih bisa dikatakan belum tercapai ke seluruh lapisan masyarakat. Karena pihak Bank hanya mengeluarkan kredit kepada kreditur-kreditur yang mampu saja dalam hal keuangan, tidak kepada kreditur- kreditur yang benar-benar membutuhkan. Persyaratan pengajuan kredit sudah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku kepada semua Bank. Persyaratan tersebut haruslah dengan syarat usaha sudah berjalan selama 2 (dua) tahun atau lebih. Namun, yang menjadi polemik di dalam masyarakat adalah bahwa harus ada agunan berupa sertifikat kendaraan ataupun sertifikat tanah. Bagaimana dengan kreditur yang sama sekali tidak punya harta untuk diagunkan, dan tidak punya usaha yang sudah berjalan karena usahanya baru akan dibuat pada saat pencairan kredit dilakukan. Tentu saja hal ini ada yang pro dan ada yang kontra. Namun, untuk lebih jelasnya hal ini dapat dikaji pada penelitian selanjutnya yang membahas mengenai kredit masyarakat.

Pada pembahasan ini hanya dikaji masalah penyertaan modal saja, jadi tidak dengan hal-hal lain yang tidak terkait dengan penyertaan modal. Dengan demikian, penyertaan modal menurut ketentuan Perda ini, hanya diatur pada Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4. Pada Pasal 3 mengatur mengenai sumber dana penyertaan modal yang berasal dari : a. dana bagi hasil dari penerimaan PBB; b. dividen pada PT. Bank Sumut; c. dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pada Pasal 4 mengatur mengenai penyertaan modal yang dilakukan harus berdasarkan RUPS.

Pasal 4 Perda ini sejalan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatakan bahwa penambahan modal harus dilakukan

berdasarkan RUPS. Pada dasarnya RUPS adalah meminta persetujuan dari Pemegang Saham.

C. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penyertaan Modal