• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan dan Pengurusan Bank Pembangunan Daerah

PENDAPATAN D AN BEB AN OPERASIONAL A Pendapatan dan Beban Bunga

3. Penggunaan dan Pengurusan Bank Pembangunan Daerah

PT. Bank Sumut dipimpin oleh suatu Direksi di bawah pimpinan suatu Badan Pengawas. Badan pengawas di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebut dengan Komisaris. Badan pengawas terdiri dari 3 (tiga) orang, dan salah satu komisaris tersebut dinamakan Komisaris Utama. Pada bagian pengurus perusahaan disebut dengan direksi yang terdiri dari 4 (orang) dan dipimpin oleh salah satunya disebut Direktur Utama (Presiden Direktur). Seluruh Komisaris dan Direksi adalah Warga Negara Indonesia.123

Pemberhentian dan pengangkatan direksi maupun komisaris pada PT. Bank Sumut harus meminta persetujuan dari Kepala Daerah selaku Pemegang Saham

122

Bank Sumut, ”Info Saham”, Op.cit.

123

Komisaris adalah Badan Pengawas dan Pengurus Perusahaan adalah Direksi adalah sesuai dengan Pasal 11 Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).124 Pemberhentian juga dapat diajukan atas permintaan sendiri, melakukan tindakan yang merugikan bank, melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan negara.125 Komisaris dalam hal ini disebut Badan Pengawas yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah apabila Direksi diduga melakukan tindakan atau sikap yang bertentangan dengan kepentingan daerah. Atas dugaan yang diajukan secara tertulis tersebut Kepala Daerah dapat memberhentikan untuk sementara anggota Direksi yang bersangkutan.126

Pemberitahuan sementara tersebut dilakukan juga secara tertulis kepada Direksi yang bersangkutan disertai dengan alasa-alasan yang menyebabkan tindakan tersebut.127 Anggota Direksi yang bersalah tersebut diberikan kesempatan untuk membela diri pada sidang yang khusus diadakan untuk itu oleh Badan Pengawas sebagai Komisaris dalam waktu satu bulan sejak anggota Direksi tersebut diberitahu tentang pemberhentian sementara.128 Pada sidang tersebut dihadiri Kepala Daerah sebagai Pemegang Saham dan atas permintaan Pemegang Saham dapat pula dihadiri oleh anggota-anggota Pemerintah Harian dan/atau anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).129 Badan Pengawas sebagai Komisaris juga

124

Pasal 94 ayat (1), Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

125

Pasal 12 ayat (1), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

126

Pasal 12 ayat (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

127

Pasal 12 ayat (3), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

128

Pasal 12 ayat (4) huruf a. dan c., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

129

Pasal 12 ayat (4) huruf b., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

hadir dan memutuskan pembatalan pemberhentian sementara juga memberitahukan secara tertulis mengenai hasil dari sidang tersebut kepada Pemegang Saham dalam hal ini adalah Kepala Daerah.130 Jika Kepala Daerah tidak mengambil keputusan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender sejak tanggal sidang tersebut maka dengan sendirinya pemberhentian sementara itu menjadi batal demi hukum, begitu juga jika Badan Pengawas dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah pemberhentian sementara itu diberitahukan kepada Direksi keputusan pemberhentian sementara tersebut akan menjadi batal demi hukum.131

Jika keputusan Kepala Daerah memuat pemberhentian, anggota Direksi yanag bersangkutan dapat meminta banding secara tertulis disertai dengan alasan-alasan dalam waktu 2 (dua) minggu setelah pemberitahuan diterima kepada Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri). Keputusan diambil setelah mendengar kebijakan ataupun masukan dari Gubernur Bank Indonesia dalam waktu 2 (dua) bulan sejak surat banding diterima.132 Putusan Menteri atas keberatan tersebut mengikat semua pihak yang bersangkutan.133 Pemberhentian tersebut dapat dilakukan secara tidak hormat oleh Menteri Dalam

130

Pasal 12 ayat (4) huruf d., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

131

Pasal 12 ayat (4) huruf e. dan ayat (5)., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

132

Pasal 12 ayat (6) huruf a., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

133

Pasal 12 ayat (6) huruf b., Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Negeri jika terbukti telah melanggar ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan atau ketentuan pidana lainnya.134

Keanggotaan Direksi Bank Pembangunan Daerah tidak boleh memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping, termasuk menantu dan ipar. Jika sesudah pengangkatan ternyata Direksi diketahui mempunyai hubungan tersebut maka harus mendapatkan izin dari Kepala Daerah yang bersangkutan dan anggota Direksi tidak boleh rangkap jabatan tanpa ada persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.135 Hal ini dikarenakan Direksi mewakili Bank di dalam maupun di luar Pengadilan. Direksi juga dapat memberikan kuasa kepada anggota Direksi lainnya atau kepada staff pegawai bank baik sendiri ataupun bersama-sama atau kepada orang dan badan hukum lainnya untuk mengurusi masalah Pengadilan atau masalah lain yang berkaitan dengan pengurusan perusahaan.136

Kebijaksanaan Bank dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh Direksi menurut kebijaksanaan umum yang digariskan oleh Badan Pengawas sebagai Komisaris. Kebijaksanaan umum tersebut biasanya disebut dengan Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) Perusahaan yang disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. ADRT Perusahaan tadi harus juga diberitakan

134

Pasal 12 ayat (7), Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

135

Pasal 13, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

136

Pasal 14, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

dalam Berita Negara Republik Indonesia (BNRI) yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham).137

Hubungan antara pengaturan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bahwa Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sudah tidak digunakan lagi dalam hal pengaturan di dalam PT. Bank Sumut sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Nama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara ke PT. Bank Sumut. Perubahan bentuk badan hukum tersebut adalah demi mengikuti globalisasi ekonomi dunia. Ketentuan Bank Pembangunan Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia usaha perbankan. Setelah melakukan riset penelitian terhadap Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah didapat hasil bahwa adanya ketentuan tersebut tidak mengakomodir kebutuhan PT. Bank Sumut itu sendiri mengikuti perkembangan perusahaan yang begitu pesat. Menurut penelitian Didi Duharsa mengenai peranan reorganisasi PT. Bank Sumut untuk menghindari pembubaran didapat bahwa program rekapitalisasi perbankan yang telah dilaksanakan ternyata telah berhasil menyehatkana PT. Bank Sumut.138

137

Pasal 15, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

138

Didi Duharsa, “Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran : Studi Pada PT. Bank Sumut”, (Medan : Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2009), hal. 119.