• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah melakukan pembahasan mengenai ”Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atau benang merah dari permasalahan yang diutarakan pada bab sebelumnya. Setelah kesimpulan didapat selanjutnya diikuti dengan saran yang diutarakan pada bab ini.

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian mengenai penyertaan modal Bank Sumut yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaturan mengenai penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut adalah belum baik dan lengkap berdasarkan hierarki peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada Pasal 12 menyebutkan bahwa seluruh “materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi”, jadi, dengan kata lain materi muatan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Pemprovsu pada PT. Bank Pembangunan Daerah

Sumatera Utara tidak diatur mengenai tata cara penyertaan modal. Perda tersebut hanya memuat mengenai besaran dana yang telah direalisasikan dalam penyertaan modal kepada PT.Bank Sumut. Setelah menyusun ketentuan-ketentuan tentang penyertaan modal yang terkait dengan menggunakan hierarki peraturan perundang-undangan didapat bahwa penyertaan modal yang dilakukan tidak bisa ditarik 100% karena bertentangan dengan ketentuan keuangan negara. Pertentangan tersebut adalah keharusan Pemprovsu untuk melakukan penyertaan modal kepada PT. Bank Sumut (dalam hal ini PT. Bank Sumut sebagai tempat penyimpanan Kas Daerah).

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah sudah tidak mengikuti perkembangan zaman karena tidak bisa mengarah kepada Globalisasi Ekonomi. PT. Bank Sumut adalah perusahaan daerah yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan PAD. Oleh karena itu, Globalisasi Ekonomi yang mengharuskan setiap perusahaan agar diprivatisasi adalah tidak terpenuhi pada Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Jadi, peraturan yang digunakan oleh PT. Bank Sumut adalah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Tebatas. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun Kabupaten/Kota pasti tidak akan memprivatisasi PT. Bank Sumut karena perusahaan tersebut menghasilkan banyak dividen bagi daerah sebagai PAD. Lagipula, modal awal pembangunan PT. Bank Sumut adalah berasal dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik itu Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota.

2. Mengenai tanggung jawab Pemprovsu terhadap penyertaan modal pada PT. Bank Sumut adalah Pemprovsu bertanggung jawab penuh karena telah diberikan kewenangan dari pemerintah pusat melalui peraturan pemerintah dan undang- undang. Jadi, kewenangan tersebut berujung pada peran dan fungsi Pemprovsu terhadap penyertaan modal pada PT. Bank Sumut, antara lain : menyertakan modal; memegang saham atas nama daerah; menghadiri RUPS; dan lain sebagainya.

3. Kebijakan pembagian dividen pada PT. Bank Sumut dari penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemprovsu adalah menggunakan jalan tengah yaitu dana dividen tersebut sebagian dimasukkan ke Kas Daerah sementara sebagian lagi dimasukkan dalam penyertaan modal kembali ke PT. Bank Sumut. Inilah yang menggunakan teori kemanfaatan dapat dilihat bahwa kedua-duanya (antara pembangunan sarana dan prasarana dengan penyertaan modal) sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pada penyertaan modal efeknya tidak langsung kepada masyarakat sedangkan pada pembangunan sarana dan prasarana melalui SKPD efeknya langsung kepada masyarakat. Namun, dalam penambahan anggaran pada setiap SKPD sangat rentan terhadap korupsi para Pejabat Daerah. Kebijakan pembagian dividen adalah menggunakan ketentuan hukum perusahaan karena seluruh RUPS jelas diatur di dalam ketentuan tersebut sedangkan dalam Perda Penyertaan Modal tidak jelas. Namun kenyataannya pembagian dividen mengikuti Perda Provsu No. 5 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal PT. Bank Sumut, yang menginstruksikan agar pembagian dividen dilakukan dengan cara

langsung menkreditkan rekening Kas Daerah di Bank itu sendiri. Dengan begitu, langsung dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah guna pembangunan daerah.

B. Saran

Setelah mengetahui kesimpulan dari rumusan masalah yang ada, maka selanjutnya saran dari penelitian “Aspek Hukum Penyertaan Modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut” antara lain :

1. Sebaiknya peraturan-peraturan mengenai penyertaan modal Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada PT. Bank Sumut dilakukan pengkajian ulang. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebaiknya dalam mengambil keputusan harus melalui koridor hukum yang tersedia. Adanya pengkajian terhadap penyertaan modal tersebut diperlukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mengetahui latar belakang penyertaan modal yang dilakukan. Caranya adalah dengan membahas proposal penyertaan modal dari PT. Bank Sumut melalui RUPS. Jika tidak ada sebaiknya PT. Bank Sumut segera membuat bahan kajiannya dan dipersentasikan di depan Pemegang Saham yaitu Kepala Daerah Pemerintahan se-Sumatera Utara.

2. Sebaiknya Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai pemegang saham mayoritas harus beriktikad baik untuk menghadiri RUPS yang diselenggarakan oleh PT. Bank Sumut. Hal ini ditempuh agar terpenuhinya

duty of care dan duty of loyality dari Pemegang Saham yaitu Kepala Daerah

melepaskan tanggung jawabnya begitu saja dalam hal pengambilan kebijakan- kebijakan mengenai pengelolaan perusahaan.

3. Kebijakan pembagian dividen sudah baik dan harus diteruskan dengan konsisten. Dengan begitu tercapailah kemanfaatan hukum dari peraturan daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jika kemanfaatan hukum sudah tercapai maka hukum akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kemanfaatan hukum adalah peraturan atau kebijakan yang berkeadilan.