• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi PT Bank Sumut

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM PENYERTAAN MODAL PADA PT BANK SUMUT

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi PT Bank Sumut

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten/Kota juga bertanggung jawab dalam hal pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris PT. Bank Sumut. Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah pada Pasal 11 ayat (4) mengatakan bahwa : “Anggota Direksi diangkat oleh Kepala Daerah Daswati I yang bersangkutan untuk selama-lamanya 4 tahun; setelah waktu itu berakhir, anggota yang bersangkutan dapat diangkat kembali”. Untuk pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

209

Paragraph 8 Pada Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengatakan bahwa : “dalam rangka meningkatkan fungsi kontrol sosial terhadap lembaga perbankan, ketentuan mengenai rahasia bank yang selama ini sangat tertutup harus ditinjau ulang, Rahasia Bank dimaksud merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat yang mengelola dana masyarakat, tetapi tidak seluruh aspek yang ditatausahakan bank merupakan hal-hal yang dirahasiakan”.

Terbatas juga mengatakan bahwa pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris harus berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara pada Pasal 13 menyebutkan bahwa210 :

(1) “Bank dipimpin oleh Direksi, yang terdiri dari seorang Direktur Utama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang Direktur.

(2) Direksi diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya.

(3) Prosedur, persyaratan, pengangkatan, masa jabatan, tugas dan wewenang serta pemberhentian direksi diatur dalam Akta Pendirian”.

Jika dilihat pada Pasal 13 ayat (2) Perda Provsu No. 2 Tahun 1999, Pengaturan mengenai periode direksi hanya bisa diangkat kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya setelah masa jabatan pada periode pertama telah berakhir. Pada ketentuan ini melarang direksi untuk menduduki jabatan direksi sebagai pengurus perusahaan lebih dari 2 (dua) periode. Namun, kedudukan Direktur Utama PT. Bank Sumut pada tahun 2011 ini sudah memasuki periode ketiga. Hal ini dapat dilihat pada laporan Khaeruddin sebagai Wartawan Harian Kompas di bawah ini211 :

“Beberapa waktu lalu sempat ada pertemuan informal antara anggota DPRD dan salah seorang unsur Pimpinan DPRD dengan Gus Irawan. Setelah pertemuan itu, tiba-tiba muncul berita di media kalau DPRD dan salah seorang pimpinannya tidak mempermasalahkan jabatan Direksi Bank Sumut

210

Pasal 13, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, , Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tahun 1999 Nomor 47 Seri D Nomor 47.

211

Khaeruddin, “Makin Kuat Indikasi Aliran Dana Bank Sumut ke DPRD”, http://tekno.kompas.com/read/2008/05/29/18424227/Makin.Kuat.Indikasi.Aliran.Dana.Bank.Sumut.ke .DPRD., diakses pada 09 Juni 2011. Laporan ini diterbitkan pada 29 Mei 2008.

diperpanjang lagi. Padahal itu sama sekali bukan pertemuan resmi DPRD Sumut.

Gus Irawan membantah jika ada aliran dana dari Bank Sumut ke anggota DPRD. Rencana perpanjangan masa jabatan Gus Irawan itu sudah dibahas sejak RUPS tahun 2007 lalu. Tidak ada kaitannya masa jabatan direksi dengan DPRD karena yang memutuskan adalah Pemegang Saham. Sebelumnya pada tanggal 28 Mei RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut mengubah Anggaran Dasar. Salah satunya soal masa jabatan direksi yang sebelumnya ditentukan selama empat tahun untuk maksimal dua periode diubah menjadi tidak terbatas, atau dapat dijabat berkali-kali. Perubahan ini untuk memuluskan Gus Irawan kembali menjabat sebagai Direktur Utama untuk periode ketiga”. Berdasarkan Perda No. 2/1999 periode jabatan direksi maksimal dua kali. Namun dengan alasan Bank Sumut saat ini sudah merupakan perseroan, maka tunduk pada UU Perseroan yang tidak mengatur secara tegas periode jabatan direksi. Menanggapi hasil RUPS Luar Biasa PT. Bank Sumut yang mengubah Anggaran Dasarnya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPRD Sumut mengirimkan Surat ke Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Andi Mattalata, mempertanyakan produk hukum hasil RUPS Luar Biasa tersebut. Ketua FPKS DPRD Sumut, Sigit Pramono Asri mengatakan, tidak ada alasan mengatakan Perda No. 2/1999 bertentangan dengan UUPT.

Bahkan jabatan direksi BUMN yang merupakan Perseroan pun tetap dibatasi periodenya berdasarkan UU No. 19/2003 tentang BUMN. Dalam UU ini sangat jelas disebutkan bahwa pembatasan masa jabatan direksi tidaklah diartikan sebagai peniadaan atau mengurangi ketentuan-ketentuan yang mengatur perseroan terbatas. Untuk itulah FPKS DPRD Sumut, lanjut Sigit meminta Menkumham untuk menolak Perubahan ADRT PT. Bank Sumut sebagai hasil RUPS Luar Biasa. Perubahan ketentuan Anggaran Dasar BUMD seperti Bank Sumut harus mendapat persetujuan Menteri. Untuk itu kami mengirimkan surat resmi agar perubahan ditolak.

Di sisi lain, Hidayatullah menyesalkan sikap sebagian Anggota DPRD Sumut yang membiarkan saja ketika ada Perda dilanggar. Fungsi Dewan sudah enggak jalan. Berarti kalau jabatan direksi tetap dibiarkan tanpa batas, Perda soal Bank Sumut ini tidak berlaku lagi. Padahal sampai hari ini masih belum ada pencabutan terhadap Perda tersebut”.

Kedudukan Direksi PT. Bank Sumut pada saat sekarang ini jelas kelihatan sudah menyalahi aturan yang berlaku yaitu Pasal 13 ayat (2) Perda Provsu No. 2 Tahun 1999. Seharusnya pengawasan dan penindakan perlu dilakukan oleh DPRD

Sumut selaku perimbangan kekuasaan dari Lembaga Eksekutif yaitu Pemprovsu yang notabene adalah sebagai Pemegang Saham PT. Bank Sumut. Adapun pengangkatan dan pemberhentian direksi harus didasarkan pada RUPS, tetapi RUPS juga tidak boleh mengabaikan Perda Provsu No. 2 Tahun 1999 yang telah berlaku dan belum dicabut. Jika dikaitkan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pelaksanaan RUPS Luar Biasa tidak menyalahi aturan. Namun, substansi dari putusan RUPS Luar Biasa itulah yang bertentangan dengan Pasal 13 ayat (2) Perda Provsu No. 2 Tahun 1999.

Hal ini dikarenakan PT. Bank Sumut adalah usaha dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota. Dengan begitu yang bertanggung jawab untuk mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang pemegang sahamnya adalah Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota. Dalam Pasal 15 ayat (1) huruf h., dijelaskan bahwa : “Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) memuat sekurang-kurangnya : h. tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris”.212 Jadi, dengan kata lain, Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah dan Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengatur mengenai pengangkatan dan pemberhentian Dewan Direksi dan Dewan Komisaris adalah tidak bertentangan. Di dalam ketentuan Bank Pembangunan Daerah, Pemegang Saham disini adalah setiap Kepala Daerah se-Provinsi Sumatera Utara yang melakukan

212

Pasal 15 ayat (1) huruf h., Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Rapat Umum Pemegang Saham. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, RUPS adalah sebuah acara untuk menentukan kebijakan-kebijakan perseroan oleh Organ Perseroan yaitu Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham. Maka dari itu, karena ketertinggalan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah digunakanlah Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Memang kedua Undang-Undang tersebut kelihatan tidak bertentangan tapi jika dilihat lebih lanjut lagi kata-kata atau istilah-istilah yang dipakai pada Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 adalah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia perbankan.

Dasar pijakannya adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Bank Pembangunan Daerah selanjutnya mengenai tata cara pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris diatur oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal ini dapat dilihat pada Anggaran Dasar Rumah Tangga PT. Bank Sumut yang sudah diberitakan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Kedudukan Anggaran Dasar Rumah Tangga PT. Bank Sumut berarti harus diselaraskan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

C. Peran Pemprovsu dalam Pengalihan Saham dari Bank Pembangunan