BAB VI ANALISIS SITUASI
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep
4.2.4 Hipertermia
Pasien dengan kerusakan sel hati biasanya mengalami sakit kepala, pusing, dan hipertermia dengan keluhan menggigil. Berat atau ringannya keluhan hipertermia tergantung pada luas kerusakan hati. Hipertermia dapat terjadi akibat reaksi viremia virus hepatitis. Hipertermia pada sirosis hati biasanya disertai dengan keluhan menggigil. Keluhan menggigil ini disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh yang tinggi akibat infeksi berat pada hati.
Hipertermia yang terjadi pada sirosis hati dapat terjadi berulang selama proses infeksi masih berlangsung. Tn.Y mengalami hipertermia akibat proses infeksi hepatitis B yang masih berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan pemeriksaan HbsAg positif. Hipertermia ini juga dapat diperberat karena berpindahnya cairan intravaskular ke intertisial. Sehingga menyebabkan reaksi vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi pembuluh darah menyebabkan meningkatnya metabolisme sel yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh (Smeltzer & Bare, 2002; White, Duncan, & Baumle, 2012; Fowler, 2013).
b. Implementasi
Hipertermia dalam waktu relatif lama dapat menyebabkan gangguan pada hipotalamus pusat vasomotor. Hipertermia dengan keluhan menggigil dalam yang tidak ditangani secara cepat akan menyebabkan kejang atau penurunan kesadaran. Implementasi hipertermia yang dilakukan adalah dengan
Universita s Indone sia
pemantauan termoregulasi dan pemantauan tanda-tanda vital serta pemberian antupiretik. Pemantauan termoregulasi dan tanda-tanda vital dilakukan dengan pemantauan suhu tubuh, pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi, dan pernapasan serta intervensi kompres air hangat.
Pemantauan dilakukan jika keluhan hipertemia muncul dan setelah dilakukan intervensi kompres air hangat (Wilkinson, 2012).
c. Evaluasi
Evaluasi implementasi menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal 36,70C. Diagnosa keperawatan ini teratasi karena pasien menunjukkan suhu tubuh normal 36,70C. Akan tetapi karena proses inflamasi sirosis hati masih berlangsung maka hipertemia berulang masih mungkin terjadi.
1.7. Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait Asupan sumber protein nabati lebih efektif meningkatkan status nutrisi pasien dengan sirosis hati dibandingkan asupan sumber protein hewani. Asupan sumber protein nabati dapat meningkatkan status nutrisi pasien dengan sirosis hati secara signifikan yang ditandai dengan peningkatan kadar albumin, hemoglobin, peningkatan berat badan, dan lingkar lengan. Akan tetapi pada pasien yang diberikan asupan sumber protein nabati tidak ditemukan peningkatan ammonia yang signifikan. Hal ini sejalan dengan intervensi yang dilakukan pada Tn.Y. Tn.
Y diberikan asupan sumber protein nabati selama 3 hari dengan jumlah protein 44,4 gram protein per hari. Hasil yang diperoleh selama 6 hari sesuai dengan hasil penelitian terkait. Terdapat peningkatan kadar hemoglobin dan albumin pada Tn.Y. peningkatan status nutrisi juga ditunjukkan dengan peningkatan 1 cm lingkar lengan atas. Keterbatasan intervensi yang dilakukan adalah kurangnya koordinasi antara mahasiswa dengan ahli gizi atau mahasiswa dengan perawat.
Sehingga intervensi tidak dapat dilakukan dengan akurat (Fauzi dkk, 2009;
Bianchi dkk, 2009).
1.8. Alte rnatif Pe mecahan yang Dapat Dilakukan
Peningkatan status nutrisi pada pasien dengan sirosis hati yang paling efektif adalah dengan suplemen branched chain amino acid (BCAA). Suplemen ini adalah suplemen modifikasi dari rantai asam amino menjadi asam amino dengan cabang rantai lebih kompleks sehingga produksi ammonia sebagai hasil samping metabolisme protein dapat diminimallisasi. Jika dibandingkan dengan diet rendah protein dan asupan sumber protein nabati maka suplemen BCAA ini menunjukkan hasil lebih efektif. Pasien sirosis hati yang diberikan suplemen BCAA untuk meningkatkan asupan asam amino tubuh menunjukkan perubahan IMT, status biokimia darah, dan kondisi klinis yang signifikan, akan tetapi tidak menunjukkan peningkatan kadar ammonia dalam darah. Cara pemberian suplemen BCAA ini yaitu disesuaikan kebutuhan protein tubuh tiap kilogram berat badan per hari (Fauzi dkk, 2009; Bianchi dkk, 2009).
35 Universita s Indone sia
PEN UTUP
5.1 Simpulan
Simpulan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto adalah sebagai berikut:
a. Sirosis hati merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan.
Faktor risiko utama terjadinya sirosis hati adalah kebiasaan konsumsi alkohol.
b. Masalah keperawatan utama pasien sirosis hati adalah ketidakseimbangan nutrisi. Status nutrisi pasien dengan sirosis hati adalah malnutrisi yang ditandai dengan nilai IMT dibawah normal, nilai Hb dan albumin dibawah normal, keluhan mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
c. Upaya peningkatan status nutrisi pasien dengan sirosis hati dengan asupan sumber protein nabati. Asupan sumber protein nabati yang adekuat dapat meningkatkan lingkar lengan atas, meningkatkan nilai Hb dan albumin, memperbaiki kondisi klinis pasien. Perawat berperan dalam pemantauan pemenuhan asupan nutrisi yang adekuat pada pasien sirosis hati.
5.2 Saran
a. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat asupan protein nabati terhadap peningkatan status nutrisi pasien sirosis hati dengan waktu intervensi lebih lama dan perlakuan diet yang tepat sehingga hasil intervensi yang didapatkan lebih akurat.
b. Perawat dapat menerapkan intervensi pemantauan asupan protein nabati yang adekuat pada pasien dengan sirosis hati. Pemantauan asupan nutrisi yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan pasien.
c. Institusi pendidikan perlu memberikan informasi kepada mahasiswa keperawatan tentang upaya peningkatan status nutrisi pasien sirosis hati.
Institusi pendidikan juga memberikan informasi yang adekuat tentang manfaat asupan protein nabati dalam peningkatan status nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Bianchi, G. P., Marchesini, G., Fabbri, A., Rondelli, A., Bugianesi, E., and Zoli, M., et al. (2009). Vegetable versus animal protein diet in cirrhotic patient with chronic encephalopathy. Journal of internal medicine.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2796.1993.tb00689.x/pdf (diunduh pada tanggal 26 Juni 2014)
Carpenito, L. J. (2000). Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktik klinis.
Jakarta: EGC
Fauzi, A., Budihusodo, U., Akbar, N., Suwondo, P., Suhardjono, and Rani, A. A.
(2009). Effect of BCAA enteral nutrition to the change of nutritional status and hepatic encephalopathy parameters in liver cirrhosis patient with hepatic encephalopahy. The Indonesian journal of gastroenterolog, hepatology, and digestive endoscopy. Jakarta: The Publishing Unit of Departement of Internal Medicine Dr. Cipto Mangukusumo National Hospital
Fowler, C. (2013). Management of patients with complications of cirrhosis. The nurses practitioner: The American journal of primary health care.
http://www.nursingcenter.com/lnc/pdf?AID=1525237&an=00006205-201304000-00006&Journal_ID=54012&Issue_ID=1525202 (diunduh pada tanggal 15 Juli 2014)
Hadi, S. (1992). Diagnosis ultrasonik pada sirosis hati dalam perkembangan ultasonolog, prosising pertemuan ilmiah berkala VI. Jakarta: Universitas Tarumanagara
Kemenkes. (2013). Saatnya lawan hepatistis.
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1557 (diunduh pada tanggal 26 Juni 2014)
Kemenkes. (2010). Hepatitis masalah kesehatan dunia.
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1119 (diunduh pada tanggal 26 Juni 2014)
Lesmana, L. A., Budihusodo, U., Akbar, N., Sulaiman, A., Noer, S., and Kristanti, I. A., et al.(2001). Combination of interferon alfa-2b and ribavirin in
relapse or non-responding chronic hepatitis C patient following interferon therapy. Medical journal of Indonesia. Jakarta: FK UI
Potter & Perry. (2009). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice.
St. Louis: Mosby
Santosa, B. (2007). Panduan diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8 Vol 2). alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Titus, J. (2003). Hubungan asupan nutrisi dengan metabolisme energi dan estimasi kebutuhan energi pada penderita sirosis hati dekompensasi.
Disertasi. Jakarta: Ilmu Gizi FK UI
Wijaya, L. (2006). Efek likopen pada gangguan fungsi mitokondria hati tikus akibat alkohol. Tesis. Jakarta: Ilmu Biomedik FK UI
Wilkinson, J. M & Ahern, N. R. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan. (Edisi 9). Jakarta: EGC
White, L., Duncan, G.,& Baumle, W. (2012). Medical surgical nursing: an integrated approach, third edition. USA: Delmar cengange learning.
WHO.(2014). Alcohol harms consequences death liver cirrhosis.
http://www.who.int/gho/alcohol/harms_consequences/deaths_liver_cirrhos is/en/ (diunduh pada tanggal 26 Juni 2014)
WHO. (2014). Interactive charts death rates cirrhosis 2012.
http://gamapserver.who.int/gho/interactive_charts/gisah/death_rates_cirrho sis/atlas.html (diunduh pada tanggal 26 Juni 2014).
Yoon, Y. H., Yi, H. Y., Grant, B. F., and Dufour, M. C. (2001). Surveillance report #57 liver cirrhosis mortality in The United States, NIAAA. Medical journal of Indonesia. Jakarta: FK UI
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
1 Perubahan volume cairan: kelebihan berhubungan dengan :
□ Gangguan
□ Peningkatan berat badan volume cairan pada klien teratasi dengan kriteria hasil :
□ Klien mampu
menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
□ Berat badan klien stabil
□ Tanda vital klien berada dalam rentang normal
□ Tidak ada oedema pada pengeluaran), timbang berat badan tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari
□ Awasi TD dan CVP; catat JVP/distensi vena
□ Auskultasi paru dan catat
□ Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lanjut. Catatan:
penurunan volume sirkulasi (perpindahan cairan) dapat mempengaruhi secara langsung fungsi/haluaran urine,
mengakibatkan sindrom hepatorenal.
□ Peningkatan TD biasanya berhubungan fengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena
perpindahan cairan keluar area vaskuler. Distensi jugula eksternal dan vena abdominal sehubungan dengan kongesti vaskuler
□ Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan
konsolidasi, gangguan pertukanran gas, dan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
penurunan/tak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan (contoh:
crackles)
□ Awasi disritmia jantung, auskultasi bunyi jantung dan catat terjadinya irama gallop S3/S4
□ Kaji derajat perifer/edema dependen
□ Ukur lingkar abdomen
□ Dorong untuk tirah baring bila ada asites
□ Berikan perawatan mulut sering; kadang-kadang beri es batu (bila puasa)
komplikasi, contoh: edema paru.
□ Mungkin disebabkan oleh GJK.
Penurunan perfusi arteri koroner, dan
ketidakseimbangan elektrrolit.
□ Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin, dan penurunan ADH.
□ Menunjukkan akumulasi cairan (asites) diakibatkan oleh kehilangan protein
plasma/cairan ke dalam area peritoneal. Catatan: akumulasi kelebihan cairan dapat
menurunkan volume sirkulasi menyebabkan defisit (tanda dehidrasi)
□ Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis
□ Menurunkan rasa haus
□ Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
Kolaborasi
□ Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
□ Awasi seri foto thoraks
□ Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
□ Berikan albumin bebas
mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan aliran darah ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan penggunaan diuretik (untuk menurunkan air total tubuh) dapat menyebabkan berbagai perpindahan/ketidakseimbanga n elektrolit
□ Kongesti vaskuler, edema paru, dan efusi pleural sering terjadi
□ Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalakn retensi cairan dalam area
ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk
memperbaiki/mencegah pengenceran hiponatremia.
□ Albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
kompartemen vaskuler (pengumpulan cairan dalam area vaskuler), sehingga
meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan
terjadinya asites.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
garam/plasma ekspander sesuai indikasi
□ Berikan obat sesuai indikasi:Diuretik, contoh:
spironolakton (Aldakton);
furosemid (Lasix); kalium, inotropik positif dan vasodilatasi arterial
□ Digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites. Menghambat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air sambil menghemat kalium, bila terapi konservatif dengan tirah baring dan pembatasan natrium tidak mengatasi.Kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan urine.
Inotropik diberikan untuk meningkatkan curah
jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan fungsinya, sehingga menurunkan kelebihan cairan.
2 Risiko tinggi kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan
□ Gangguan
keperawatan, risiko tinggi kerusakan integritas kulit pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil:
□ Klien mampu
Mandiri
□ Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan terus
menerus. Gunakan losion minyak. Batasi penggunaan
□ Edema jaringan lebih
cenderung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk dekubitus. Asites dapat
meregangkan kulit sampai pada titik robekan pada sirosis berat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
□ Turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya edema, asites
integritas kulit
□ Klien mampu
mengidentifikasi faktor risiko dan menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
□ Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur; bantu dengan latihan rentang gerak aktif/pasif
□ Tinggikan ekstremitas bawah
□ Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
□ Gunting kuku kaki hingga pendek; berikan sarung tangan bila diindikasikan
□ Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi.
□ Gunakan kasur bertekanan tertentu, kasur karton telur, kasur air, kulit domba, sesuai indikasi
□ Berikan losion kalamin, berikan mandi soda kue.
tekanan pada jaringan edema untuk mempebaiki sirkulasi.
Latihan meningkatkan sirkulasi dan
perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.
□ Meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas.
□ Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan risiko kerusakan kuli.
□ Mencegah pasien dari cedera tambahan pada kulit khususnya bila tidur.
□ Mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu.
□ Menurunkan tekanan kulit, meningkatkan sirkulasi, dan menurunkan risiko
iskemia/kerusakan jaringan.
□ Mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik, garam empedu pada kulit.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
Berikan kolestiramin bila diindikasikan
3 Risiko tinggi pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan
□ Pengumpulan cairan intraabdomen (asites);
□ Penurunan ekspansi paru;
□ Akumulasi sekret;
□ Penurunan energi;
□ Kelemahan
Setelah 7x 24 jam pemberian asuhan
keperawatan, risiko tinggi ketidakefektifan pola napas tidak terjadi pada klien dengan kriteria hasil:
□ Klien mampu mempertahankan integritas kulit
□ Klien mampu
mengidentifikasi faktor risiko dan menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Mandiri
□ Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan.Auskultasi bunyi nafas
□ Catat crackles, mengi, ronchi
□ Selidiki perubahan tingkat kesadaran
□ Pertahankan kepala tempat tidur tinggi dan posisi miring
□ Pernafasan dangkal
cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan/atau akumulasi cairan dalam abdomen.
□ Menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan adanya akumulasi
cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis) meningkatkan risiko infeksi.
□ Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan, yang sering disertai koma hepatik.
□ Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran aspirasi sekret
□ Membantu ekspansi paru dan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
dorong nafas dalam, latihan dan batuk oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
□ Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
□ Bantu dengan alat-alat pernafasan, contoh
spirometri insentif, tiupan botol
□ Siapkan untuk/bantu untuk prosedur parasentesis
□ Menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.
□ Menyatakan perubahan status pernafasan, terjadinya
komplikasi paru
□ Mungkin perlu untuk
mengobati/mencegah hipoksia.
Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
□ Menurunkan insiden atelektasis, meningkatkan mobilitas sekret.
□ Kadang-kadang dilakukan untuk membuang cairan asites bila keadaan pernafasan tidak membaik dengan tindakan lain
□ Bedah penanaman kateter untuk mengembalikan akumulasi cairan dalam abdomen ke sistem sirkulasi melalui vena kava, memberikan penghilangan asites jangka
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
□ Siapkan untuk/bantu untuk prosedur pirau
peritoneovena
panjang dan memperbaiki fungsi pernafasan.
4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
□ Diet tidak adekuat;
ketidak mampuan mau makan, mudah kenyang (asites)
□ Fungsi usus abnormal DO: □ Penurunan berat badan
□ Perubahan bunyi dan fungsi usus
□ Tonus otot buruk
□ Ketidak seimbangan dalam pemeriksaan nutrisi
Setelah7x 24 jam pemberian asuhan keperawatan, perubahan nutrisi kurang dari
jebutuhan tubuh pada klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
□ Klien menunjukkan peningkatan berat badan progresif
mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
□ Klien tidak mengalami tanda malnutrisi lanjut
Mandiri
□ Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
□ Timbang sesuai indikasi.
Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan, ukuran kulit trisep
□ Bantu dan dorong klien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet. Beri klien makan bila klien mudah lelah, atau biarkan orang terdekat membantu
klien.Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai
□ Dorong klien untuk makan
□ Memberikan informasi tentang kebutuhan
pemasukan/defisiensi
□ Mungkin sulit untuk menggunakanberat badan sebagai indikator langsung status nutrisi karena ada gambaran oedema/asites.
Lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan
□ Diet yang tepat penting untuk penyembuhan. Klien mungkin makan lebih baik bila keluarga terlibat dan diberikan pilihan makanan yang
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
tambahan
□ Berikan makanan sedikit dan sering
□ Berikan tambahan garam bila diizinkan; hindari yang mengandung amonium
□ Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin
□ Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
□ Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan
□ Tingkatkan periode tidur
sedikit karena kehilangan minat pada makanan dan sering mengalami mual, kelemahan umum atau malaise
□ Buruknya toleransi terhadap makanan mungkin
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen/asites
□ Tambahan garam akan meningkatkan rasa makanan dan membantu meningkatkan selera makan, amonia
berpotensi untuk berisiko terhadap kejadian
encephalopaty
□ Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan
ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu pemasukan per oral
□ Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat
□ Klien cenderung mengalami luka dan/atau perdarahan gusi juga rasa tidak enak pada mulut
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
tanpa gangguan, khususnya sebelum makan
□ Anjurkan klien untuk berhenti merokok
Kolaborasi
□ Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein, amonia
□ Pertahankan status puasa bila diindikasikan
□ Konsul dengan ahli diet untuk mmberikan diet tinggi dalam kalori dan karbohidrat
yang akan memperberat anoreksia
□ Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan metabolik pada hepar dan meningkatkan regenerasi seluler
□ Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan risiko
perdarahan/iritasi
□ Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis,
penurunan simpanan glikogen, atau masukan yang tidak adekuat. Protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan sintesis hepatika atau asites. Pada kasus peningkatan kadar amonia perlu dilakukan pembatasan protein untuk mencegah komplikasi yang lebih serius
□ Pada awalnya, GI perlu diistirahatkan untuk
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
tinggi protein sedang; batasi natrium dan cairan bila perlu.
Berikan tambahan cairan sesuai indikasi
□ Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi
□ Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
Tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat
hepar dan produksi amonia pada GI
□ Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada kebanyakan pasien yang pemasukannya dibatasi, karbohidrat
memberikan energi yang siap pakai. Lemak diserap dengan buruk karena disfungsi hati dan mungkin memperberat
ketidaknyamanan abdomen.
Protein diperlukan pada perbaikan kadar protein serum untuk menurunkan edema dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati. Protein dan makanan tinggi amonia (contoh gelatin) dibatasi bila kadar amonia meninggi atau pasien mempunyai tanda klinis ensefalopati hepatik. Selain itu individu ini dapat mentolelir protein nabati lebih baik dari protein hewani.
□ Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu mual
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
□ Berikan obat sesuai indikasi, contoh:Zinc;
□ Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
enzim pencernaan, contoh pankreatin (Viokase)
□ Berikan obat sesuai indikasi, contoh: antiemetik, contoh trimetobenzamid (Tigan)
atau anoreksia untuk makan atau varises esofagus
mempengaruhi masukan oral
□ Pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya. Juga hati yang rusak tak dapat menyimpan vitamin A, B kompleks, D, dan K. Juga dapat terjadi
kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
□ Meningkatkan rasa kecap/bau, yang dapat merangsang nafsu makan.
□ Meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan steatorea/diare.
□ Digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan
mual/muntah dan
meningkatkan masukan oral 5 Risiko tinggi cedera
(hemoragi) berhubungan dengan:
Setelah7x 24 jam pemberian asuhan
keperawatan, risiko tinggi
Mandiri
□ Kaji adanya tanda-tanda dan gejala perdarahan GI.
□ Traktus GI (esofagus dan rektum) paling biasa untuk
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SIROSIS HATI
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Inte rvensi Keperawatan Rasional
abnormal
□ Gangguan faktor pembekuan
□ Hipertensi portal
tidak terjadi dengan kriteria hasil:
□ Klien mampu mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan
□ Klien menunjukkan perilaku penurunan Risiko perdarahan
sekresi untuk adanya darah warna coklat atau samar.
Observasi warna dan konsistensi feses, drainase NG atau muntah
□ Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
□ Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada
□ Catat perubahan mental/
tingkat kesadaran
□ Hindari pengukuran suhu rektal; hati- hati memasukkan selang GI
□ Dorong menggunakan sikat gigi halus, pencukur elektrik, hindari mengejan saat
defekasi, meniupkan hidung dengan kuat dan sebagainya
□ Gunakan jarum kecil untuk
sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak dang gangguan dalam hemostasis
sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak dang gangguan dalam hemostasis