• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur sosial merupakan sistem interaksi yang terwujud dari rangkaian pola hubungan sosial antar individu atau kelembagaan yang ada menurut status, peranan dan pranata yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu (Suparlan, 1981:90). Masyarakat Desa Morodemak 100% beragama Islam, sehingga struktur sosial masyarakatnya didominasi oleh nilai-nilai keagamaan.

Di masa kekuasaan pemerintah orde baru, ketika itu partai politik masih berjumlah tiga partai, yaitu partai PPP, GOLKAR dan PDI. Kondisi masyarakat Desa Morodemak yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, dimanfaatkan oleh para juru kampanye untuk mencapai tujuan dan kepentingan partai politik mereka. Masyarakat Desa Morodemak mayoritas memilih partai yang memperjuangkan kepentingan agama Islam. Hanya sebagian kecil yang memilih partai bukan Islam.

Peran tokoh agama sangat berpengaruh dalam struktur sosial politik di Desa Morodemak. Berawal dari kepentingan politik terebut, terjadilah konflik antar tokoh masyarakat (aparat desa) yang pro-“kuning” dengan tokoh agama yang “hijau”, sehingga hubungan antara tokoh aparat desa dan tokoh agama kurang baik. Hal ini berimbas pada masyarakat, mereka lebih percaya dan menghormati tokoh agama daripada tokoh aparat desa yang mereka anggap pro-“kuning”.

Kehidupan keagamaan di masyarakat Desa Morodemak sangat kuat, karena mendapatkan pengaruh tokoh-tokoh agama mereka, yang kebanyakan dari tokoh tersebut memiliki pemahaman islam tradisional yang dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. Ajaran tasawuf mengajarkan seseorang untuk condong terhadap urusan akhirat saja daripada urusan dunia, bahkan sebagian dari golongan tasawuf yang sangat ekstrim menganggap, bahwa telah berbuat syirik orang yang lebih condong terhadap dunia dan disibukkan dengan mencarinya (Fauzan, 2003: 87-88). Tasawuf juga mengajarkan untuk taat kepada guru atau tokoh dengan ketaatan yang mutlak, sehingga tidak heran, jika masyarakat Desa Morodemak sangat mentaati pemimpin

Sebetulnya masyarakat disini paling menurut pada tokohnya, kalau tokohnya rukun, masyarakat sudah senang. Dahulu tokoh masyarakat dan tokoh agama kurang rukun, karena pengaruh politik. (019/15-WCR/59/3/KLB-POL)

atau tokoh mereka dan mereka lebih mementingkan urusan “akhirat” daripada urusan “dunia”.

Terjadi perdebatan dikalangan ahli sosiologi, bahwa apakah agama sebagai suatu penyebab terhambatnya kemajuan dan pembangunan atau justru nilai-nilai agama berperan sebagai pendorong timbulnya kemajuan dan pembangunan. Interpratasi yang keliru dalam memahami ajaran agama Islam menyebabkan timbulnya kesan, bahwa agama Islam menghambat kemajuan dan pembangunan serta tidak mengajarkan kepada umatnya untuk mengurusi kehidupan dunia mereka. Padahal ajaran agama Islam memerintahkan wajib hukumnya bagi setiap muslim menuntut ilmu dalam mencari kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana Allah telah berfirman:

Nilai-nilai ajaran agama adalah kebenaran mutlak yang diturunkan oleh Allah kepada manusia, sebagaimana dalam firman-Nya:

Jika seorang tokoh agama dalam memahami dan menginterpretasikan ajaran agama sesuai dengan tuntunan dan pemahaman yang benar, maka ajaran agama tersebut pasti akan mendukung kemajuan dan kesejahteraan bagi umatnya, dan sebaliknya jika tokoh agama salah dalam memahami dan menginterpretasikan ajaran agama, maka dampak bagi umatnya adalah kesengsaraan hidup di dunia maupun di akhirat.

Adanya konflik antara tokoh agama disatu sisi yang berkepentingan terhadap partai “hijau”nya dan disisi yang lain tokoh aparat pemerintah desa yang berkepentingan pada partai “kuning”nya. Dampak dari pengaruh tokoh agama terhadap norma, perilaku dan kebiasaan masyarakat Desa Morodemak sangat

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Al Quran Surat Qashash (28) ayat 77)

Kebenaran (yang mutlak) itu adalah dari Tuhanmu, oleh sebab itu janganlah sekali- kali kamu termasuk orang yang ragu (akan kebenaran itu). (Al Quran Surat Al Baqarah (2) ayat 147)

besar-besaran. Ketika mereka diminta berpartisipasi untuk pembangunan yang berkaitan dengan keagamaan sangat bersemangat dan antusias, sementara jika mereka diminta berpartisipasi untuk pembangunan fasilitas umum dan lingkungan desa tidak mau, karena beranggapan hal itu adalah urusan pemerintah. Hal ini menunjukkan, bahwa apabila seseorang terlibat dalam suatu konflik sebagai wakil kelompok dan bertarung untuk kepentingan dan cita-cita kelompoknya, maka hasil dari konflik itu akan menyebabkan perubahan yang sangat radikal dan berdampak tidak kenal ampun dibandingkan dengan konflik kepentingan pribadi.

Disatu sisi, sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat luas, pada saat pemerintah orde baru memegang kekuasaan, pedesaan yang dianggap tidak sejalan dan tidak mendukung kebijakan politik mereka, pasti tidak akan berkembang kondisi sarana dan prasarana desa tersebut. Hanya daerah-daerah yang secara politis memenangkan partai GOLKAR saja yang akan mendapatkan dana bantuan pengembangan sarana dan prasarana desa. Hal ini terbukti dengan apa yang dialami oleh Desa Morodemak. Desa Morodemak memiliki kondisi sarana dan prasarana desa yang sangat memprihatinkan, akibat kurangnya perhatian pemerintah. Kondisi sarana dan prasarana yang tidak baik, menyebabkan perkembangan perekonomian Desa Morodemak lambat.

Peran pemerintah dalam Pembangunan pedesaan sangat dominan, apalagi didukung dengan adanya kekuatan hukum pada masa orde baru. UU No. 5 tahun 1979 tentang struktur pemerintahan desa merupakan ungkapan politik peranan sentral pemerintah di tingkat desa. Hal itu merupakan rekayasa politik pemerintah untuk menguatkan kedudukannya sebagai patron pembangunan tunggal di masyarakat pedesaan. Memang di pedesaan terdapar LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) dan LMD (Lembaga Masyarakat Desa), namun lembaga tersebut dalam perkembangannya justru menjadi patron pembangunan alternatif bagi pemerintah. Kuatnya pengaruh lembaga pemerintah desa, LKMD dan LMD sebagai

Secara turun temurun masyarakat memiliki pandangan yang keliru, karena ditanamkan kepada mereka, bahwa yang namanya sedekah bernilai pahala itu hanyalah menyumbang kegiatan yang bersifat keagamaan saja. Apalagi dipengaruhi oleh politik waktu itu, dimana masyarakat nelayan Morodemak semua memilih partai Islam (PPP) sementara menurut pandangan mereka aparat desa dan program pembangunan fasilitas umum itu tanggung jawab pemerintah yang mendukung partai GOLKAR (021/28-WCR-FDK/93/3/KLB-POL)

patron pembangunan bagi pemerintah menyebabkan kelembagaan swadaya masyarakat Desa Morodemak tidak berkembang, sehingga swakarsa dan swadaya lokalm masyarakat Desa Morodemak tidak dapat berkembang dengan baik.

Melihat kenyataan tersebut diatas menunjukkan secara struktur, bahwa akibat peran tokoh agama yang keliru dalam memahami ajaran agama mempengaruhi norma dan perilaku masyarakat Desa Morodemak, yang hanya mementingkan urusan “akhirat” saja tanpa peduli terhadap urusan peningkatan ilmu pengetahuan, ketrampilan, teknologi, dan lingkungan desa yang sehat, sementara masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk menolaknya.

Disisi yang lain, juga secara struktur, pemerintah kurang peduli terhadap masyarakat Desa Morodemak berkaitan dengan pembangunan sarana dan prasarana desa, karena masyarakat Desa Morodemak dinilai tidak mendukung kebijakan politik pemerintah. Selain itu kelembagaan swadaya masyarakat Desa Morodemak tidak berkembang, karena kuatnya lembaga pemerintah desa, LKMD dan LMD sebagai patron pembangunan bagi pemerintah di Desa Morodemak.

Akibat pola hubungan sturktural yang tidak baik antara pemerintah disatu sisi dengan tokoh agama dan masyarakat disisi lainnya menyebabkan solidaritas pembangunan fasilitas dan lingkungan desa di Desa Morodemak terganggu, akhirnya dampak yang paling besar menimpa masyarakat Desa Morodemak berupa kemiskinan.

Uraian diatas menjelaskan, bahwa secara struktur politik, runtuhnya pemerintahan orde baru dengan sebab reformasi telah meninggalkan tiga jenis kemiskinan di Desa Morodemak, yaitu (1) kemiskinan keterbatasan sarana dan prasarana desa; (2) kemiskinan kultural berupa norma dan perilaku masyarakat yang hanya mementingkan agama akibat pengaruh tokoh agama; dan (3) Kemiskinan struktural berupa lemahnya keswadayaan kelembagaan masyarakat.

Keterbatasan sarana dan prasarana, norma masyarakat yang tidak memperhatikan peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan serta lemahnya kelembagaan swadaya masyarakat menyebabkan masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi Kemiskinan yang disebabkan karena faktor alam atau natural.