• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMAHNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM KELEMBAGAAN Gambaran lemahnya partisipasi masyarakat Desa Morodemak, jika mereka

SESUAI DENGAN ALIR KERANGKA PEMIKIRAN

LEMAHNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM KELEMBAGAAN Gambaran lemahnya partisipasi masyarakat Desa Morodemak, jika mereka

diundang untuk mengadakan rapat atau diskusi, mereka biasanya pasti menanyakan:apakah ada uang transportnya? Itu sudah berlangsung sejak lama. Mereka berfikiran, setiap hari kalau mereka bekerja paling tidak minimum mendapatkan uang Rp 20.000,- maka kalau dia diundang rapat atau pertemuan dan otomatis tidak bekerja, harusnya yang mengundang rapat itu memberi gantinya. Kalau didatangi untuk diwawancarai, mereka pasti menanyakan:saya mau dikasih

apa, kok ditanya-tanyai? Mereka kalau diundang rapat atau musyawarah untuk sosialisasi atau penjelasan, mereka beralasan kalau datang ke balai desa untuk rapat atau musyawarah dan tidak ada apa-apanya (uang), lebih baik kerja akan dapat uang sehingga kalau tidak dikasih uang mereka tidak mau datang. Tetapi anehnya, kalau mereka diajak untuk acara pengajian atau pengumuman kerja bakti pembangunan masjid lewat pengeras suara, mereka banyak yang datang.

Pada umumnya masyarakat nelayan Desa Morodemak mempunyai tingkat pendidikan dan sumberdaya manusianya yang relatif rendah. Tingkat pendidikan dan SDM yang rendah membuat mereka tidak dapat berfikir dan kurang memiliki wawasan yang luas. Keterbatasan waktu, karena sehari-harinya waktu dihabiskan di laut untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Akhirnya ketika diajak untuk berpartisipasi, mereka hanya memikirkan kehidupannya sendiri. Contohnya ketika mereka diajak untuk pertemuan tidak mau menghadiri kalau tidak ada uang sakunya. Alasannya, kalau ada uang saku, mereka tidak bekerja sudah cukup untuk makan sekeluarga. Tetapi kalau tidak ada uang sakunya, sementara mereka tidak bekerja, keluarga mereka yang memberi makan siapa? Perilaku ini berawal dari ketergantungan mereka dengan pendapatan yang sifatnya harian dan kemalasan mereka untuk menabung, sehingga ketika satu hari tidak memiliki penghasilan, mereka bingung. SDM yang rendah sangat mempengaruhi sekali pola pikir seseorang, sehingga mengakibatkan kurangnya seseorang untuk berpertisipasi dalam program pembangunan, seperti musyawarah-musyawarah di desa tidak berjalan dengan baik. Mereka kalau diundang musyawarah enggan datang.

Pada program pengentasan kemiskinan, pernah melakukan pendekatan dengan para kyai untuk melakukan penyadaran kepada masyarakat masalah tunggakan pinjaman. Namun ketika mereka diundang untuk pertemuan, yang datang hanya sebagian kecil saja, yang lainnya tidak datang. Dalam pertemuan tersebut sudah dijelaskan oleh kyai tentang kewajiban orang pinjam itu harus mengembalikan dalam hukum agama Islam. Sebetulnya sudah tidak bosan-bosannya para kyai mengingatkan pada masyarakat masalah ini, bahkan diacara-acara ketika ada orang meninggal dunia selalu disinggung, namun kesadaran masyarakat masih kurang.

Partisipasi masyarakat untuk pembangunan sarana dan prasarana desa seperti jalan, jembatan, selokan, tempat sampah dan air bersih, mereka tidak mau memberika sumbangan dana. Alasan mereka, lebih baik uang disedekahkan ke masjid daripada untuk pembangunan desa. Pembangunan desa menurut mereka itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk membangunannya dengan bantuan tiap tahun yang ada. Untuk program-program pembangunan pemerintah, masyarakat desa Morodemak tidak mau membantu baik dana maupun tenaga untuk gotong royong. Pernah kejadian, sewaktu pembangunan gedung MI yang sebagian dananya disubsidi pemerintah, masyarakat tidak mau membantu dana maupun tenaga. Alasan mereka itu adalah tanggung jawab pemerintah. Padahal MI itu swasta.

Namun kalau untuk urusan keagamaan, mereka bersemangat untuk membantu dana maupun tenaga untuk gotong royong. Sebagai bukti, untuk pembangunan masjid jami Baitul Atiq itu murni swadaya masyarakat desa dari dananya sampai tenaganya Padahal Desa Morodemak ini termasuk desa miskin. Kalau dihitung-hitung masjid tersebut sudah memakan biaya hampir Rp 1 milyar, dana tersebut murni dari masyarakat Desa Morodemak, tidak ada bantuan dana dari pemerintah ataupun bantuan dari dari luar desa Morodemak. Dana pembangunan masjid diambil dari hasil penangkapan kapal-kapal nelayan Desa Morodemak yang dipotong 5%. Nelayan kalau tidak melaut diminta kerja bakti membangun masjid, mereka semangat.

Peran kyai sangat besar dalam menggerakkan masyarakat nelayan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kecenderungan masyarakat nelayan kalau dimintai dana atau tenaga untuk pembangunan masjid, madrasah dan mushola bersemangat dan punya perhatian besar. Tiap hari ada petugas yang memungut uang sedekah untuk pembangunan masjid, mushola atau madrasah dan masyarakat akan memberi dana sedekah sesuai dengan kemampuan mereka ada yang memberi Rp 500,- atau Rp 100,- dan seterusnya. Mereka berkeyakinan itu ibadah sebagai tabungan nanti di akhirat. Menurut agama Islam, namanya amal jariyah itu bukan hanya untuk pembangunan masjid, mushola ataupun madrasah. Pembangunan sarana dan prasarana desa pun termasuk amal jariyah. Ibaratnya begini, masjid bagus kondisinya, tetapi jalan menuju kesana jelek, bau, becek dan kotor, orang kan enggan untuk pergi ke masjid.

Lemahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh perilaku dan kesadaran masyarakat yang kurang mendukung program pembangunan. Selain itu sifat pembangunan yang terlalu dipaksakan seolah-olah merupakan paket dari pemerintah yang harus dilaksanakan, bukan dari ide masyarakat sendiri, sehingga masyarakat tidak merasa memiliki dan tidak peduli terhadap program tersebut.

Partisipasi masyarakat yang kurang dalam sistem kelembagaan akan menyebabkan fungsi kelembagaan swadaya lemah, karena fungsi kelembagaan swadaya yang lemah dapat menyebabkan masyarakat terjatuh dalam kemiskinan. Kelembagaan nelayan yang sangat tergantung pendapatannya dari sumberdaya alam di lautan, yaitu ikan. Partisipasi masyarakat untuk menjaga agar tetap lestarinya lingkungan lautan sangat dibutuhkan. Penggunaan alat tangkap mini trawl berupa cantrang atau pukat harimau oleh sebagian masyarkat nelayan Morodemak di perairan Morodemak jelas berdampak pada perusakan lingkungan dan pendapatan nelayan kecil yang setiap hari menurun. Kelembagaan nelayan lemah, tidak dapat menyelesaikan masalah ini, akhirnya masyarakat nelayan kecil terjatuh dalam kemiskinan.

Sudah saatnya pemerintah sekarang melibatkan masyarakat pada setiap langkah programnya sejak perencanaan, dengan menitikberatkan persiapan SDM aparatnya maupun masyarakatnya sejak awal. Dan yang lebih penting lagi adalah bagaimana perencanaan itu tumbuh dari bawah/masyarakat sendiri, mestinya dinas dan instansi dalam mengalokasikan dana bantuan program tinggal menyesuaikan skala prioritas yang diajukan oleh masyarakat sendiri. Kalau ini sudah berjalan dengan baik dan tidak ada gesekan-gesekan politik, maka desa akan berkembang dengan baik dan kehidupan masyarkat desa jauh lebih sejahtera.

TIDAK BERFUNGSINYA SISTEM KELEMBAGAAN SWADAYA