• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIFE HISTORY TIGA MANTAN ANGGOTA PT SOPHIE PARIS

1. Ibu Lina sebagai Penjaga Toko

Pertama sekali, penelitian ini dilakukan di daerah lingkungan tempat tinggal si peneliti sendiri, dengan melihat salah satu tetangga peneliti yang memang aktif dalam bisnis ini, yaitu ibu Lina (35 tahun) atau tante Lina begitu peneliti biasa memanggilnya. Waktu itu tepat pukul 15.00 Wib, dimana biasanya ibu-ibu tetangga yang ada dilingkungan tempat tinggal si peneliti dan peneliti juga ikut berkumpul dirumah seorang ibu paruh baya bernama wak Dingin. Sedang asik-asiknya bercerita tiba-tiba tante Lina ini datang menghampiri kami dengan membawa 2 katalog dan menawarkan kepada kami (khususnya ibu-ibu) untuk melihatnya terlebih dahulu, 2 katalog tersebut yaitu katalog Oriflame dan katalog ifa. Dimana pada saat berkumpul itu ada 3 orang ibu-ibu dan 2 anak gadis yang sedang melihat-lihat katalog tersebut (wak Dingin, Ibu Nita, Indah, dan peneliti sendiri).

Kedua ibu-ibu ini, dengan asiknya melihat-lihat, lembar demi lembar katalog

ifa, dibuka dan diperhatikan dengan serius oleh ibu Nita (49 tahun) seorang guru yang sampai sekarang aktif mengajar di SDN 060827, dan wak Dingin ini sibuk melihat katalog Oriflame. Sekilas mengenai katalog ifa sama halnya dengan katalog Sophie

Paris, yaitu menawarkan berbagai produk fashion, mulai dari baju, sepatu, celana, tas, dompet, sandal, sepatu, dan aksesoris lainnya.

Sambil menunggu untuk melihat katalog yang sama, peneliti pun teringat dengan tugas akhir yang ada hubungannya dengan usaha bisnis jaringan yang sedang digeluti oleh tante Lina tersebut, akhirnya tanpa berpikir panjang peneliti melakukan wawancara sedikit kepada ibu Rina tentang bisnis jaringan yang digelutinya, dan beliau pun menjawab:

“tante dulu dek, kerja di toko baju kakak ipar tante di pajak Sentral sana. Dulunya tante enggak tau tentang usaha-usaha kayak gini, tapi teman tante yang sama dengan tante (jaga toko juga tapi tidak satu toko) karena dilihatnya tante suka pakai kosmetik, ditawarkannya tante untuk lihat-lihat katalog oriflame ini, terus tante lihat-lihat-lihat-lihat dan tante tertarik melihat-lihat eyelinernya, waktu itu sekitar 25 ribuan lah dek. Terus 2 minggu lagi tante ditawarin katalog baru lagilah tante rasa, untuk dilihat-lihat. Eh.. ternyata tante tertarik untuk beli blush-on nya dek, harganya sekitar 100 ribu lebih lah dek, enggak ingatlah tante. Untuk sekitar harga 100 ribu keatas bisa nyicil dek. Yang ketiga kalinya tante ditawarin untuk jadi anggota aja, karena daripada beli-beli gitu tante enggak dapat bonus. Entah kenapa tante juga tertarik dek, mungkin karena suka dandan itu juga kayaknya dek.”( Lina, 35 tahun)

Setelah sibuk-sibuk melihat katalog ifa, ibu Nita pun tertarik dengan memilih tas berwarna kuning dengan motif seperti lipatan tikar dengan harga Rp.567.890, setelah memilih satu tas yang disukainya, ibu Nita ini masi sibuk melihat-lihat lagi

Pertama kali bayar jadi anggota, kalau tidak salah tante kena biaya 50 ribu dek, ya tante dikasih tas gitu, terus ada buku katalog juga, lupalah tante dek apa lagi isinya. Setelah jadi anggota, tante sering beli juga dek, ada parfum buat tante dan om (suami ibu lina) harganya lupa pulalah dek, tapi wangi nya enaklah dek tidak buat pusing dan nyengat terus tahan lama, tante juga beli hand body. tante juga suka nawarin ke orang lain, kayak kita ginilah dek. Kalo harga sekitar 200 ribuan lebih, tante biasanya ngasih nyicil dek 3 kali. (lanjut Lina, 35 tahun)

Setelah lumayan lama melihat, akhirnya ibu Nita tetap kepada pilihannya yang pertama untuk membeli tas berwarna kuning itu, dan bernegosiasi kepada ibu Lina tentang cara pembayarannya. Setelah tawar-menawar mereka mendapat kesepakatan untuk penyicilannya 3x terhitung pertengahan bulan, awal bulan dan pertengahan bulan selanjutnya.

Kemudian, dilanjutkan dengan Indah, anak perempuan berumuran 21 tahun bekerja di hotel Emeral Garden sebagai pelayan part time, tamatan dari sekolah menengah kejuruan, Yayasan Pendidikan Keluarga (YPK) di jalan sakti lubis medan pada tahun 2012. Sibuk melihat katalog ifa dan melihat-lihatnya.

“Tante juga pernah dek, jadi anggota Sophie Paris dulu, sekitar tiga atau empat setengah tahun lalu la dek. Sama kayak Oriflame ini dek, ditawarkan orang juga (teman sewaktu kerja di Tebing dulu). Awalnya ke mess dia, (waktu kami kerja di Tebing, kami dikasih tempat tinggal), terus tante lihat dek ada katalog Sophie, ya tante lihat-lihat saja dan bagus baju-baju serta tas nya. Terus kawan tante itu kan dek, langsung ditawarinnya tante untuk jadi anggota, karena dibilangnya kalo jadi

anggota banyak diskon. Cobalah adek bayangkan, 30% diskonnya kalo lunas dibayar, enggak untung kali itu. tante suka dek, sama tasnya, bagus-bagus dan menarik. Tante juga banyak nawarin kekeluarga baik dari pihak tante maupun ommu itu sendiri, ada itu dek, kakak ipar tante suka kali koleksi tas, jadi tante juga suka nawarin ke dia, ya gitu deh. Lumayan rame juga yang mesan, dan keuntungannya lumayanlah dek, lepas-lepas uang belanja dan bisa nyimpan dikit-dikit. Tapi pernah kejadian dek, ada keponakan tante mesan dompet, eh dompetnya ga sesuai dengan katalog, tante udah coba ngelapor dek ke Bussines Centre- nya cuma jawabannya tidak memuaskan dek, salah narok gambar dan salah peletakan nama dek. Salahnya dari mereka tapi mereka tidak mau ganti dek. Belum lagi tante pernah mesan baju, enggak sesuai dek sama yang dibuat dikatalog, setelah dari situ tante jera dek mesan barang dari Sophie, alasannya tantelah dibilang enggak teliti melihat barang, padahal tante sendiri sebelum membawa pulang selalu mengecek loh barang-barang pesanan langganan tante, dan pas dibawa pulang pelanggan juga selalu mengecek barang pesanannya, pas ngambil sama tante tidak ada proters cuuma pas setelah dipakai beberapa hari, sudah mulai berusakan, (Lina, 35 tahun). Tante Lina sebelum menikah dulunya bekerja di sebuah pabrik kelapa sawit di daerah Tebing Tinggi selama kurang lebih 3 atau 4 tahun. Dari informan yang diwawancarai sambil lalu tersebut, peneliti mendapat informasi awal mengenai objek penelitian yang hendak diteliti. Sebelum menjadikan tante Lina sebagai informan yang bisa dikatakan awal, peneliti telah menjalin rapport yang baik. Banyak juga hal-hal menarik yang membuat peneliti untuk lebih lama mewawancai tante Lina tersebut, dan melalui beliau juga peneliti mendapat informasi tentang

teman-Awal mula bergabung dalam usaha bisnis jaringan PT Sophie Martin yang kini berganti menjadi Sophie Paris pada katalognya ini, tante Lina mendapatkan keuntungan yang bisa dikatakan lumayan, bahkan bisa untuk disimpan. Namun, semakin majunya bisnis-bisnis jaringan ini lantas tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan itu ataupun disalahgunakan oleh pihak tertentu sehingga membuat banyak orang rugi dan tidak percaya dengan perusahaan berbau jaringan ini.

“tante enggak tertarik lagi dek untuk mesan barang disitu ( Sophie Paris), karena udah kecewa itu kali ya??,,cuma walaupun enggak aktifkan kita seterusnya jadi anggota dek. Dulu waktu dirumah lama (mess) sempat ada teman kerjaan yang nanyain katalog Sophie sama tante, cuma tante bilang udah enggak pernah mesan lagi jadi enggak ada katalog, jadi tante cuma nawarin kartu memberku aja dek, inilah karena pelupa ya, kartu membernya lupa diminta, eh pas mau pindah ke medan (rumah sekarang) baru ingat kartu membernya belum dipulangin,memang enggak nasib kali ya dek” (pasrah, Lina 35 tahun)

Dari tante Lina, peneliti juga menanyakan siapa-siapa saja temannya yang pernah dan terdaftar sebagai anggota ataupun member dari Sophie Paris. Beliau dengan mudah menyebutkan nama dari masing-masing teman yang diingatnya. Namun hanya 1 orang dari banyak nama yang disebutkannya itu bermukim di kota Medan yaitu ibu Juliana Telaumbanua. Ibu ini bertempat tinggal tidak jauh dari tempat tante Lina ini tinggal, yaitu di jalan Garu II B, karena sudah mendapatkan

informasi yang lumayan banyak, peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan (tante Lina, 35 tahun)

Setelah mendapatkan informasi dari tante Lina, peneliti merangkum semua hal-hal yang ditanyakan dan melengkapi catatan-catatan kecil (field note) selama di lapangan, agar mudah untuk dipahami dan dituangkan kedalam penulisan skripsi ini.

Dalam mencari data-data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini, peneliti tidak membuang-buang kesempatan dan waktu yang ada. Tanpa menunda-nunda, keesokan harinya peneliti segera mengunjungi rumah ibu Juliana Telaumbanua dengan mengendarai sepeda motor lengkap dengan helm berwarna hitam dan jaket yang terbuat dari jeans berwarna biru serta sarung tangan yang berliriskan warna hitam dan merah, yang memang pada saat itu cuaca sangat terik sekali dan sangat menyengat di kulit.