• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh negara kapitalis seperti Amerika Serikat ( Dobs dalam Sanderson, 1993 : 203). Sejak kelahirannya pada abad XV, ekonomi dunia kapitalis mengalami ekspansi dan evolusi yang terus menerus. Ekspansi yaitu kapitalisme terus menerus memperluas jangkauan geografisnya di muka bumi hingga masuknya Amway ke Indonesia pada tahun 1986 sekaligus awal berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia. Kehadiran bisnis MLM ini tentu sangat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai

normal dapat menjalani hidup, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada gangguan ekonomi (Sinaga, 2005:12).

Perilaku ekonomi suatu masyarakat tidak terlepas dari bagaimana sikap dasar suatu masyarakat, struktur suatu masyarakat, cara berpikir, cara pandang, dan sebagainya. Oleh karena itu, hubungan ekonomis antara tindakan tersebut didasarkan atas tata nilai sebagai hasil dari proses kebudayaan. Dengan kata lain, nilai budaya suatu masyarakat akan berperan terhadap hubungan ekonomis (Wiranata 2002:22).

Maggio dalam Nursyirwan (1997:289) mengatakan bahwa jika kebudayaan digunakan secara serius di dalam memahami fenomena ekonomi, nanti tidak hanya akan memperkaya pemahaman interpretatif tentang fenomena itu, tetapi juga akan membantu dalam menjelaskan fenomena tersebut dengan lebih baik. (Spredley 1997:5) Kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Dari defenisi ini dapat dikembangkanbahwa kebudayaan terdiri dari:

1. Kategori-kategori yang digunakan manusia untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan pengalamannya, aturan-aturan yang dipelajari manusia untuk tindakan-tindakannya yang tepat selanjutnya.

2. Peta pengetahuan (kognitif) yang memungkinkan manusia untuk menginterpretasikan tindakannya dan peristiwa-peristiwa yang dihadapinya selanjutnya.

3. Rencana-rencana manusia untuk mengatur tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Thomasita, 1990:10)

Seseorang yang memutuskan untuk bergabung dalam bisnis MLM mempunyai tujuan yang ingin diraihnya, Rich de VOs (Harefa,1999:1-2) mengatakan:

kita percaya sukses hanya datang dari orang-orang yang menetapkan tujuan dan kemudian bekerja dengan giat untuk mencapainya

Cita-cita, impian, tujuan, obsesi serta angan-angan ataupun yang lainnya adalah salah satu penggerak motivasi manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu tindakan setiap individu mempunyai motivasi tertentu untuk melakukannya. Motivasi adalah soal pribadi untuk melakukan suatu tindakan atas dasar keinginan dan harapan karena faktor pendorong setiap orang berbeda-beda. Clifford Geertz (1976) mengatakan bahwa motivasi kewiraswastaan dikalangan santri di Mojokuto tidak didasari oleh kepentingan bisnis,melainkan oleh kesadaran golongan santri untuk mendapatkan gengsi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Begitu juga dengan golongan bnagsawan di Tabanan Bali yang memilih hidup sebagai wiraswastawan,. Para bangsawan di Tabanan Bali ini memilih pekerjaan tersebut sebagai alternatif untuk mempertahankan status quonya sebagai kelas terpandang dalam masyarakat (Sairin dkk, 2002:117).

Drucker dalam Osborne (1999:9) meyakinkan bahwa hampir setiap orang bisa menjadi wirausahawan, asalkan organisasinya disusun untuk mendorong kewirausahaan. Clothier (1996:12) mengatakan bahwa bisnis MLM tidak hanya member keuntungan materi saja, melainkan juga masih banyak manfaat non materi yang diperoleh. Misalnya persahabatan yang terjalin, pengembangan pribadi dan peluang untuk membantu orang lain. Dengan meode penjuaan door to door dan face to face dari satu individu ke individu yang lainnya, penjualanya mempunyai peluang untuk mengembangkan hubungan bersahabat dengan para konsumennya.

Dalam bisnis jaringan atau MLM, setiap member berusaha untuk mengembangkan jaringan bisnisnya masing-masing. Hal ini dilakukan karena membangun jaringan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam MLM (Clothier 1994;39). Kemudian Firth dalam Sairin (2002:94) melihat bahwa aktivitas ekonomi sangat tergantung pada peran individu-individu dalam jaringan ekonomi, dari hal inilah yang membuat para pelaku semakin memperbesar jaringan bisnisnya. Keberhasilan sebuah Multi Level Markeeting , tidak lepas dari peranan para anggota-anggotanya dalam membentuk jaringan yang aktif dan solid. Membangun jaringan penjualan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam bisnis MLM. Harefa (1999:114) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan penghasilan, seseorang harus membangun jaringan atau network. Maka dengan demikian kesempatan untuk mendapatkan uang akan bertambah serta akan terjadi peningkatan kelompok jaringan yang dibangunnya.

Dalam konteks bisnis, Orru (1996;272) melihat penyebab munculnya jaringan adalah dipengaruhi oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu:

• Faktor kelembagaan yaitu mengacu pada interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan.

• Faktor teknis yaitu mengacu pada tekanan linkungan untuk mempertahankan bisnis yang membentuk solusi dan bentuk jaringan. Suatu jaringan kerja dapat didefinisikan sebgai bentuk hubungn antar individu yang melampui batas-batas geografis desa atau garis keturunan. Seseorang dapat dianggap keluarga karena adanya kedekatan jarak geografis dan atau hubungan social, misalnya dengan sahabat. Sebaliknya seorang kerabat dekat bias saja dianggap jauh karena terpisah secara social maupun geografis untuk jangka waktu yang lama, atau karena adanya konflik dan sikap permusuhan di antara mereka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi ini adalah hubungan-hubungan tercipta untuk suatu tujuan tertentu (Sjahrir, 1995:14)

Kou (1996:121) mengatakan setiap individu dalam jaringan mengetahui satu sama lain, maka persahabatan yang terjalin adalah dapat merubah hubungan yang sederhana seperti antara seorang pekerja dengan majikan kepada hubungan yang komplek, seperti hubungan antara anggota masyarakat, dalam jaringan juga terdapat saling ketergantungan dan dukungan timbal balik di antara individu-individu tersebut.

Setiap individu dalam suatu jaringan pada umumnya membangun sebuah hubungan atau relasi dengan sesamanya. Ahimsa-Putra (Sarmini 2003:358-361) membaginya relasi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

• Relasi biasa, yakni hubungan kenalan biasa antar individu dimana jika mereka bertemu mereka hanya akan tegur sapa seadanya dan tidak dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai usaha mereka. Dalam hal ini, mereka saling mengetahui bahwa mereka menekuni usaha yang sama namun mereka tidak bekerjasama dalam usaha tersebut.

• Relasi patron-klien, yakni hubungan antar dua orang yang berbeda status sosial-ekonominya dimana yanga satu bertindak sebagai patron dan yang satu sebagai klien.

• Relasi persahabatan, yakni relasi yang menyerupai hubungan kekeluargaan.

Sesuai dengan kondisi Indonesia yang tingkat kekerabatannya relatif tinggi, maka dalam merekrut konsumen atau downline kekerabatan juga menjadi salah satu andalan utama. Hubungan kekerabatan dapat dijadikan cara untuk menarik simpati dari calon downline yang akan diprospek. Pada hakekatnya, hubungan kekerabatan merupakan aksioma kesetiakawanan atau the axiom of amity. Kesetiakawanan mengacu pada kebiasaan saling memberikan bantuan atau mutual support antara kerabat yang satu dengan kerbat yang lain, yang merupakan suatu ekspresi mengenai aturan yang memberikan petunjuk untuk mendahulukan kepentingan orang lain.

Penelitian tentang multi level marketing dalam kaitannya dengan motivasi, hubungan-hubungan social, jaringan kerja, dan strategi penjualan pada dasarnya betitik tolak dari pemikiran Firth yang mengtakan bahwa system ekonomi dan aspek—aspeknya merupakan bagian dari keseluruhan system social budaya masyarkat yang bersangkutan seperti yang dikemukakan oleh Firth dalam Winarto (1980:283) bahwa :

“economic relationship are part of an overall system of social relationship (however weakly system be structured and intergrated). The economis system (or sub-system) is therefore to be fully understood only in contex of social, political, ritual, moral and even aesthetic activities and values, and in turn affects these.”

Dengan demikian, tindakan-tindakan individu yang dilakuakn dalam kegiatan ekonomi berkaitan erat dengan keseluruhan system social budaya masyarakat itu sendiri.

Menurut Clothier (1996: 234), bahwa cara yang paling efektif untuk membina suatu bisnis MLM adalah jaringan keluarga, sahabat, saudara-saudara bahkan semua orang yang pernah menolak kita. Sehingga dapat dikatakan bahwa bisnis MLM merupakan bisnis keluarga yang mepersatukan keluarga-keluarga, bukan memisahkan. Selain itu ada beberapa cara yang dapat dipakai oleh upline untuk menembus pasar potensialnya yaitu:

1. Cold Canvasing

Berdasarkan cara ini seorang wiraniaga mengunjungi setiap orang atau perusahaan-perusahaan di daerah tertentu yang diharapkan bersedia membeli produk yang ditawarkannya. Cara ini akan berjalan efektif apabila produk yang ditawarkannya adalah barang yang diperlukan oleh kebanyakan orang.

2. Metode berantai yang tingdak berpangkal

Cara ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa jalur menuju ke pembeli potensial adalah melalui pembeli yang puas.

3. Pembelian Rekomendasi

Seorang wiraniaga dapat meminta bantuan para pembeli untuk member nama serta alamat dari teman atau kerabat mereka yang mungkin berminat membeli (Pasaribu, 2001:10)

Kekuatan relasi tersebut pada akhirnya dipergunakan seseorang untuk menjalani kehidupannya ( Damsar 2009:163). Dalam konteks Multi Level Marketing,

kekuatan relasi tersebut akan dimanfaatkan untuk memperluas dan mengambangkan bisnis jaringan.

Beberapa MLM di Indonesia banyak juga yang mengalami jatuh bangun dalam mendirikan perusahaannya. Misalnya PT. Avon Indonesia yang sangat terkenal sejak tahun 1988 mengalami kebangkrutan sejak awal februari 2006 yang lalu. Padahal MLM ini sudah termasuk salah satu MLM yang cukup mapan di bidangnya.

Hal ini disebabkan oelah semakin kuatnya persaingan penjualan produk di pasaran. Adanya MLM baru di pasaran yang menjual produk yang serupa membuat Avon semakin kalah dalam bersaing, sehingga tidak menutup kemungkinan semua anggota yang bekerja di Avon menjadi anggota di perusahaan MLM baru yang serupa tersebut. Banyaknya anggota yang berpindah karena mereka melihat potensi atau peluang di mana kira-kira bisa mendapatkan untung dan bonus yang lebih besar.

Mengenai bisnis jaringan yang menggunakan sistem Multi Level Marketing

atau banyak bisnis-bisnis yang berkedok Multi Level Marketing yang masih meragukan ataupun yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya, sistem Marketing Fee, legalitas formal, pertanggung jawaban, tidak terbebasnya dari unsur-unsur permainan bunga ataupun penggandaan uang,merugikan nasabah dengan money game, perjudian, seperti kasus New Era 21, BMA, Solusi Centre