• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI FUNGSI DAN MAKNA TARI SAPU TANGAN

4.4 Hubungan Struktur Tari, Fungsi, dan Makna

Dalam konteks kegiatan malam bainai, tari saputangan memiliki keterkaitan dengan struktur tari, fungsi tari dan makna tari pada masyarakat Melayu Pesisir Sibolga. Hubungan itu berupa hubungan pertunjukan, memiliki bentuk penyajian yang terstruktur dan memberikan keteraturan dalam penyajiannya.

Secara keseluruhan, keterkaitan dari ketiga kajian ini, menjelaskan bagaimana masyarakat Melayu Pesisir Sibolga, dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini yang berhubungan dengan perkawinan. Perkawinan itu sendiri, merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (berumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ajaran agama yang dianut. Selain itu perkawinan merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalamn darui masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi (Bachtiar, 2004).

Dalam kaitannya dengan penyajian tari saputangan, makna perkawinan memberikan jalan bagi suku Melayu Pesisir dalam mencari pasangan hidup berdasarkan ikatan cinta dari kedua belah pihak. Pemaknaan ini menjelaskan dari berbagai unsur dalam tari (gerak, musik, syair, busana, pola lantai, property, pelaku) yang dianalisis berdasarkan Struktur penyajian tari saputangan.

Dalam ajaran Islam sendiri sebagai agama yang dianut suku melayu Pesisir menjelaskan bahwa fungsi perkawinan untuk menunjukkan bahwa yang membedakan manusia dengan binatang adalah dalam hal penyaluran naluri dan

hasrat seksualnya. Manusia menyalurkan hasrat seksualnya dengan perkawinan, sedangkan binatang tidak dengan perkawinan. Hal ini disyaratkan oleh akal dalam Firman-Nya:

مىقل تايلآ كلذ يف ىإ ةوحر و ةدىه نكٌيب لعج و اهيلا اىٌكستل اجاوزأ نكسفًأ يه نكل قلخ ىأ هتايآ يه و ىوركفتي

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS. ar-Rum: 2)

Selain itu perkawinan juga menjadi cara paling baik dan suci untuk mewujudkan dan mendapatkan anak secara sah, memperoleh anak keturunan menjadi mulia.

Perkawinan juga berfungsi untuk melestarikan kehidupan (reproduksi) manusia, melaksanakan misi memakmurkan bumi, serta memelihara nasab yang merupakan kebanggaan manusia yang oleh Islam sangat diperhatikan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa, perkawinan membawa kebaikan yang juga menjadi inti dalam acara malam bainai sebagai rangkaian upacara perkawinan. Penyertaan Tari saputangan menjadi materi dalam acara malam bainai, memberikan pelajaran bagi calon anak daro dalam berumah tangga, yang tertuang dari unsur-unsur dalam tari yang saling berkaitan.

Unsur-unsur tari yang diwujudkan dalam sebuah penggambaran cerita perjalanan kasih sepasang manusia memberikan pemaknaan yang dalam, terlihat dari penyajian yang harus ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan. Hal ini tentunya berbeda pada acara lainnya, yang membolehkan seluruh penari adalah perempuan. Penentuan jenis kelamin merujuk kepada konteks acaranya yang

menjelaskan tentang kisah percintaan suku Melayu Pesisir Sibolga. Didalam kisah ini banyak pelajaran yang memberikan kebaikan untuk dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan, terutama bagi pasangan-pasangan yang akan berumahtangga.

Selain dari penari (pelaku), keterkaitan dari ke tiga topik ini dapat di lihat dari pola gerak yang menjelaskan bentuk-bentuk gerak berjalan, berputar, mengayun, yang saling berhubungan dengan pola lantai, untuk menguatkan inti cerita. Inti cerita dari tari saputangan diungkapkan melalui pola lantai dari awal hingga akhir tarian. Dari sisi pola gerak, banyak dilakukan pengulangan dengan pola lantai yang berbeda, namun kelengkapan dari semua unsur tari menjadi pendukung dari tari saputangan.

Dilihat dari sisi fungsi tari saputangan, maka dapat dipahami, bahwa tari saputangan berfungsi sebagai media dalam penyampaian kehendak anak daro, yang juga menjadi penjaga dari terjadinya kendala atau gangguan yang mungkin terjadi pada seluruh kegiatan pesta perkawinan. Fungsi tari saputangan juga menjadi pemererat/penguat hubungan diantara dua keluarga dan masyarakat sebagai pendukung acara. Di satu sisi tari saputangan sebagai hiburan bagi seluruh orang yang terlibat, dan di sisi lain sebagai media dalam memulainya sebuah acara dengan terlebih dahulu memberikan ungkapan syukur kepada Allah SWT, kemudian penghormatan dan izin kepada semua pihak untuk terselenggaranya acara.

Penyajian tari saputangan juga memberikan kebahagiaan dan pelajaran bagi semua pihak, bahwa hubungan kasih harus dijaga serta dilakukan sesuai dengan ajaran agama Islam.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Banyak cara yang dilakukan untuk mendapat informasi yang dibutuhkan.

Salah satunya adalah mengumpulkan data dengan melakukan penelitian. Sehingga hasil penelitian yang terdapat pada Penulisan Tesis pada bab di atas, yang telah dilaksanakan di daerah Pesisir Sibolga dengan pokok penelitian sebagaimana yang telah dijabarkan, maka peneliti membuat kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Struktur tari saputangan dapat dilihat dari seluruh elemen utama maupun pendukung tarian, yang juga dilihat dari susunan penyajian berdasarkan adat istiadat Pesisir. Tari saputangan termasuk dalam kesenian Sikambang yang juga menjadi materi dalam acara malam bainai. Secara terstruktur, tari saputangan memperlihatkan kisah percintaan dimulai dari pekenalan hingga pada pernikahan yang tertuang dari seluruh elemen tarian.

2. Fungsi Tari Sapu Tangan dilihat dari penyajian tari yang bertujuan sebagai bagian dari acara adat malam bainai, sebagai hiburan, estetis berdasarkan Soeadrsono. Berdasarkan teori Soedarsono yang mengkaji dari fungsi sekunder dan primer tari saputangan memperlihatkan, bahwa taru saputrangabn menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Pesisir Sibolga.

3. Makna simbol dari keseluruhan bentuk penyajian tari sapu tangan pada masyarakat Pesisir Sibolga menggambarkan tentang bagaimana cara sepasang muda-mudi berkenalan hingga mingikat tali pernikahan. Tari sapu tangan ini memiliki keberagaman gerak, seirama dengan musik

pengiringnya yaitu musik Kapri. Sedangkan Bentuk Penyajian tari sapu tangan harus berpenampilan atau berpakaian sopan. Pada acara pesta pernikahan dilakukan pada malam hari atau malam barinai (malam basikambang), yang disajikan secara berpasangan dan diiringi musik Kapri, begitu juga untuk hiburan bentuk penyajiannya dilakukan bisa siang, bisa malam sesuai acara yang dibutuhkan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, di antaranya sebagai berikut:

1. Pesisir Sibolga yang terdiri dari masyarakat yang heterogen diharapkan dapat terus menjaga hubungan kekeluargaan antar suku yang ada di daerah Pesisir Sibolga.

2. Kepada pemerintah daerah Pesisir Sibolga selalu memberi perhatian, agar tetap mempertahan atau melestarikan tari sapu tangan supaya tidak punah sebagai wujud kepedulian terhadap tradisi Pesisir Sibolga.

3. Disarankan kepada seluruh lapisan masyarakat agar senantiasa menggunakan adat istiadat yang berlaku guna melestarikan budaya yang nantinya memberikan suatu jati diri atau identitas bagi masyarakat Pesisir Sibolga.

4. Penulis berharap kepada seniman kesenian Sikambang yang ada di daerah Pesisir Sibolga agar terus menjaga dan mengembangkan kesenian yang ada di daerah Pesisir Sibolga dan sekitarnya.

5. Perlu dilakukan pelestarian budaya dengan mengajarkan kepada generasi muda untuk mengenal budaya sendiri hingga di masa yang akan datang agar budaya Pesisir tidak hanya tinggal menjadi sebuah nama.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, A. 2004. Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia. Yogyakarta.

Saujana.

Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta: LkiS.

Budhisantoso, S. 1980/1981. Tradisi lisan sebagai sumber informasi kebudayaan, Majalah, Majalah Analisis Kebudayaan.

Djuharie O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi Tesis Disertasi.

Bandung:

Yrama Widya

Gusti, O.K bin O.K Zakaria. 2018. Pokok-Pokok Adat Istiadat Perkawinan Suku Melayu Sumatera Timur. Medan : Universitas Sumatra Utara Press.

Editor:

Muhammad Takari dan Fadlin

Hamid H.A, 1995, Bunga Rampai Tapanuli Tengah. Sibolga Tapian Nauli

Hadi, Sumandiyo, Y, Prof. Dr. 2007. Kajian Tari, Teks, dan Konteks. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher

Hadi, Sumandiyo Y. Prof. Dr. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: PUSTAKA Hutagalung, H.R Jafar. 2004. Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan Dalam Adat Istiadat Pesisir Sibolga Dan Sekitarnya. Medan : Depdikbud Sibolga.

Hutagalung, Usman. 2003. Sejarah Kesenian Sikambang Di Pesisir Barat Tapanuli. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Heniwaty, Yusnizar dan Nugrahaningsih, 2012. Tari Identitas dan Resistensi.

Medan : Universitas Negeri Medan.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Koentjaraningrat. 1981. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Koentjaraningrat. 1994. Penantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Langer, Susane K. 1957. Problems of Art. New York: Charles Schribner’s Sons.

Lubis, Nila Wahyuni. 2011. Eksistensi Dan Makna Simbolik Tari Dampeng Dalam Upacara Adat sumando Pada Etnis Pesisir Tapanuli Tengah

Lubis, Solly. 1998. Sibolga dan Sekeping Sejarahnya. Dalam Hari Jadi Kota Sibolga. Sibolga: Pemko Sibolga

Manalu, Mitri Ady. 2006. Peranan Musik Sikambang Dalam Upacara Perkawinan Adat Sumando Di Masyarakat Pesisir Tapanuli Tangah Sibolga. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. PT Bumi Aksara

Matondang, Saiful Anwar dan Yuda Setiawan. 2015. Teori Kebudayaan. Medan.

CV. Perdana Mitra Handalan.

Malinowski. 1944. A Scientific Theory Culture and Other Essays.

Masliannur, Juli Elvina. 2014. Makna Simbol Tari Payung Pada Masyarakat Pesisir Sibolga di Kecamatan Sibolga Kota Tapanuli Tengah. Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan

Moleong, J. Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Reka Sarasin Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York : The Pree

Press.

Nurwani. 20014. Pengetahuan Tari. Medan : Universitas Negeri Medan Press.

Pasaribu, Syawal. 2014. Bungo Rampai Pesisir Kota Sibolga.

Purnanda, Suci. 2017. Tari Inai Pada Upacara Malam Berinai Masyarakat Melayu di Kota Binjai : Analisis Struktur dan Makna. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Ruwaidah. 2014. Kesenian Sikambang: Prespektif Multikultiral sebagai identitas Budaya Pesisir Sibolga. Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan Salim dan Syahrum. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Citapustaka Media

Saragih, Amrin. 2011. Semiotik Bahasa.Medan : Universitas Negeri Medan/

Universitas Sumatra Utara

Sinaga, Mario, Yosua. 2016. Analisi Musikal Dan Tekstual Lagu Kapri Yang disajikan Oleh Bapak Irawadi Hutajulu di Kota Sibolga Tapanuli Tengah. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sinar, Lukman dan Tanjung, Syaiful dan Putra Marwansyah. 2010. Mengenal Adata dan Budaya Pesisir Tapanuli Tengah- Sibolga. Medan : Forkala Sumut

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sinar, Tengku, Luckman, 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu.

Medan : Perwira.

Sipahutar, Evi, Nenta. 2012. Fungsi Dan Struktur Tari Anak Yang Diiringi Musik Sikambang Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah Di Kecamatan Sibolga Kota”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Siregar, Siti Zubaidah. 2008. Tari Tradisional Daerah Pesisir Pantai Barat Kotamadya Sibolga. Makalah.

Siregar, Siti Zubaidah. 2014. Budaya Pesisir Sibolga kelas 1 SMP. Buku Pelajaran kurikulum muatan lokal SMP

Sitompul, Marintan, Kartika, Sari. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang Makna Dan Fungsi Simbolis Dalam Tradisi Mangure Lawik Masyarakat Pesisir Sibolga. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Soedarsono, 1998. Seni dan Keindahan, dalam Pidato Ilmiah. Pengukuhan Guru Besar Tetap pada Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakrata : 30 Mei 1998 Soedarsono, 1974. Dance in Indonesia. Jakarta : Gunung Agung

Takari, Muhammad, Fadlin. 2014. Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni. Medan : Universitas Sumatera Utara Press.

Takari, Muhammad, Zaidan dan Fadlin, 2014. Adat Perkawinan Melayu Gagasan, Terapan, Fungsi, dan Kearifannya. Medan : Universitas Sumatra Utara Press.

Tanjung, Dwi Irna Hasana. 2016. Bentuk Penyajian Tari Sapu Tangan Dalam Acara Malam Barinai Versi Siti Zubaidah Pada Masyarakat Pesisir Sibolga. Skripsi. Medan : Universitas Negeri Medan

DAFTAR INFORMAN

Nama : Syahriman Irawadi Hutajulu (Pak Sayang) Umur : 51 Tahun

Alamat : Jln. SM. Raja gg. Kenanga Aek Parampunan kota Sibolga

Profesi : Kepala lingkungan Aek Manis dan Seniman Kesenian Sikambang Musik : Talibun (pelantun nyanyian Sikambang) dan Gandang Tari : Penari Laki-laki

Nama : Siti Zubaidah, S.Pd, M.M (Ibu Siti) Umur : 50 Tahun

Alamat : Jln. Tuanku dorong kota Sibolga

Profesi : Kepala Sekolah dan Seniman Kesenian Sikambang Khususnya tari

Nama : Chairil Siregar (Pak khairil) Umur : 63 Tahun

Alamat : Jln. Jago-jago

Profesi : Nelayan dan Seniman Kesenian Sikambang

Musik : Talibun (pelantun nyanyian Sikambang) dan Biola Tari : Penari Laki-laki

Nama : Nahar (Ogek nahar) Umur : 63 Tahun

Alamat : Jln Midin Hutagalung

Profesi : Nelayan dan Seniman Kesenian Sikambang Musik : Gandang

Nama : Dahlia Sinaga Umur : 38 Tahun

Alamat : Jln. Midin Hutagalung

Profesi : Honor perpustakaan dan Seniman Kesenian Sikambang Khususnya Tari