• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS STRUKTUR GERAK TARI SAPU TANGAN

3.2 Struktur Tari Saputangan

3.2.7 Pelaku

3.2.7.3 Penari

Pihak lain yang berperan penting dalam acara penyambutan, tentunya adalah para penari. Tari Saputangan biasanya ditarikan oleh penari perempuan dan laki-laki berusia remaja hingga dewasa. Jumlah penari tidak terbatas, namun biasa di sajikan oleh 3 pasang penari, apabila ruang menari yang dipakai kecil, maka jumlah penari hanya sepasang, dan dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Tidak boleh dilakukan peanri perempuan saja. Para penari harus dapat membawakan tarian dengan baik, agar tujuan dari penyambutan sebagai kehomatan dapat tersampaikan.

Para penari dalam kesenian sikambang termasuk penari dalam tari saputangan, merupakan penari professional yang tidak memiliki hubungan kerabat dengan keluarga penyelenggara. Penari professional ini di minta dengan mendapat bayaran atas hasil jerih payahnya. Masing-masing group atau kelompok sikambang akan berlomba-lomba untuk menampilkan yang terbaik, agar dapat menyajikan kembali dalam acara malam bainai di tempat lain. Biasanya setelah mereka menampilkan tari saputangan, dan tari-tari lainnya dalam rangkaian kesenian sikambang, mereka mendapatkan honor berkisar Rp. 50.000 s/d Rp.

75.000, untuk satu kali rangkaian penyajian. Sehingga pelaksanaan pesta perkawinan dengan rangakaian adat malam baine, tidak bisa dilakukan oleh semua pesta perkawinan, dengan acara malam bainainya, karena pendanaan yang cukup besar untuk disediakan. Sehingga tidak memungkinkan bagi

keluarga-keluarga lain yang kurang mampu, karena acara malam baine juga tidak wajib untuk dilakukan.

Dalam penggunaan gerak, gerak penari laki-laki dan gerak untuk penari perempuan tidak memiliki perbedaan, pola gerak yang dilakukan adalah sama, namun yang membedakan ekspresi dari masing-masing penari dalam mengungkapkan pesan dalam tarian. Pola-pola gerak yang ada masih menggunakan gerak-gerak sederhana dari gerak dasar dalam tari Melayu, seperti gerak langkah kaki celatuk tempo lambat, gerak mengayun, gerak melayah, gerak berputar, dan lain-lain. Dari keseluruhan rangkaian tarian, tari Saputangan memiliki empat (4) ragam gerak yang masing-masing ragam merupakan gambaran dari kisah percintaan. Sehingga tari saputangan menjadi materi dalam acara malam baine, dan menjadi penyajian pertama dari tari-tari lainnya di rangkaian sikambang.

Penari merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan tari sapu tangan, karena penari yang akan mempertunjukkan tarian tersebut menjadi pusat perhatian atau tontonan bagi hadirin yang ada dalam acara tersebut. Sehingga diperlukan penari yang memiliki daya tarik untuk menarikan tari sapu tangan di pelataran kereta-kereta (pelaminan) pengantin, dan dalam penyajian tari sapu tangan harus berpasangan.

Gambar 3.6 Penari berada dipelataran pelaminan (Dokumentasi Dwi Irna Hasana, 2019) 3.2.7.3 Pemusik

Musik iringan tari sapu tangan ditampilkan oleh satu ensambel musik yakni biola, akordion, singkadu membawakan melodis dan gendang membawakan irama atau rentak(tempo). Iringan musik dalam tari sapu tangan sangatlah penting, karena pada dasarnya tari ini mengikuti musik, sebagai pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas alur gerakan tari sehingga tari dapat dinikmati secara keseluruhan dengan baik. Pemain musik biasanya memainkan musik dalam tari sapu tangan dibutuhkan sekitar 6 hingga 8 orang, diantaranya 1 orang pemain biola, 1 orang pemain singkadu, 1 orang pemain akordion, 3 orang pemain gendang dan 2 orang bertalibun (berlagu atau berpantun), semuanya akan saling berinteraksi antar sesama pemusik pada saat pertunjukan.

Gambar 3.7 Pemusik berada dipelataran pelaminan (Dokumentasi Dwi Irna Hasana, 2019)

3.2.7.4 Penonton

Penonton yang berhadir juga merupakan bagian dari acara tersebut yang mana pertunjukan tari sapu tangan menjadi sebuah hiburan yang memiliki pesan moral bagi penikmatnya untuk mengungkapkan sebuah petuah supaya lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup.

Gambar 3.8 Penonton

(Dokumentasi Dwi Irna Hasana, 2019)

3.2.8 Properti

Properti merupakan benda-benda yang digunakan dalam menari. Properti yang digunakan juga harus sesuai dengan tema maupun pesan yang diinginkan disampaikan dalam tarian. Properti yang digunakan pada tari sapu tangan atau yang disebut juga tari kapri ini adalah sapu tangan, sapu tangan ini melambangkan suatu pengikat terhadap pemuda-pemudi dalam tarian sapu tangan atau disebut juga pengikat dalam pernikahan.

Gambar 3.9 Properti Sapu Tangan (Dokumentasi Dwi Irna Hasana, 2019)

Sapu tangan yang digunbakan terbuat dari kain yang berbahan lembut, berwarna kuning, dan berbentuk segi empat.Penggunaan kain segi empat kemudian di lipat membentuk segi tiga, untuk memudahkan dalam penggunaannya. Saputangan ini dipegang dengan cara menjepit dengan jari tengah dan jari telunjuk di kedua ujung kain, yag kemudian di mainkan dengan mengikuti pola-pola gerak yang diciptakan.

Sapu tangan sebagai properti digunakan tidak hanya sebagai pemanis dalam tarian saja, pemakaian sapu tangan memberikan pemaknaan dalam memperjelas pesan dan cerita. Sapu tangan menjadi media dalam penyampaian, serta menjaddi media

pengikat dalam inti cerita, melalui saputangan tergambar terwujudnya jalinan kasih, yang ditandai dengan pernikahan.

3.2.9 Pola Lantai

Dalam sebuah tarian, Pola lantai merupakan perjalanan dari masing-masing ragam yang memunculkan pemaknaan dalam sebuah kaya tari. Selain itu pola lantai juga akan memperlihatkan tarian menjadi lebih indah, melalui formasi yang dibuat beragam dan penggunaan level untuk menjelaskan pesan dalam tarian. Pola lantai dalam tari sapu tangan sangat bervariasi dengan membentuk huruf C atau setengah lingkaran, membetuk zigzag, horizontal, diagonal dan membentuk huruf S.

Di bawah ini digambarkan pola lantai dalam tari saputangan yang terdiri dari 15 pola lantai yang masing-masing memberikan pesan dan cerita tentang kisah percintaan, yang di mulai dari perkenalan, saling mengenal, berjumpa keluarga, meminang, sampai pada pernikahan.

Dalam pola lantai yang diciptakan, tampak koreografer tidak hanya membuat pola lantai dengan sesuka hati, namun pola lantai tercipta disesuaikan dengan cerita dalam masing-masing ragam. Sehingga antara pola lantai dan gerak akan saling berhubungan, dan melalui pola lantai jelas terlihat pesan yang disampaikan.

Penyusunan pola lantai juga dilihat dari keindahan pemakaian ruang untuk bergerak (pola lantai), dengan permainan arah hadap permainan ruang dalam menari.

Tabel 3.4 Pola Gerak

No. Ragam Gerak Pola Lantai

1.

Ragam I

Hormat dan proes berdiri.

Awal tarian

2.

Idem

Putar kanan.

Arah hadap yang bertukar kenana dan kiri dengan memaonkan sapuytanagn

3.

idem

Putar kiri.

Idem

4.

idem

Mundur merentak.

Maju 4 langkah lalu berbalik mundur 4 langkah

5.

iem

Mundur merentak balik.

Idem

6.

Ragam II

Tukar tempat. Pola lantai

7. Maju kesamping kanan pasangan. Pola lantai seraong kanan dan kiri

8. Angkat saputangan. Pola lantai berjalan berpindah tempat

9. Angkat saputangan balas.

Idem

10.

ragam II.

Kembali keposisi semula.

Sama dengan posisi no 1

11.

Ragam III

Maju berhadapan.

Pola lantai

12. Antar sapu tangan maju.

Pola lantai

13. Antar sapu tangan mundur.

Idem dalam bentuk mundur

14.

Ragajm IV

Ikat sapu tangan

Pola lantai untuk ikat sapu tangan

15.

Idem

Ikat sapu tangan balas.

Idem

Tabel.3.5 Deskripsi Ragam Tari Saputangan samping badan telapak tangan di tutup dan di hitungan 1-4 diangkat sampai bahu hitungan

♂ Laki-laki sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah

♀ pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan, sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri,

Pandangan ke

♀ kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang . Jika ke arah kanan tangan sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang.

6. Putar kanan sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

7. Maju sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang . Jika ke arah kanan tangan sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang.

8. Mundur

Tangan kanan sejajar dengan dada, tangan kiri

♂ Laki-laki sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

kesamping sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

(putar) pasangan sejajar dengan bahu. Tangan sebelah kanan mengangkat sapu tangan tangan seberah kiri di kepal berada di

(putar) pasangan sejajar dengan bahu. Tangan sebelah kiri mengangkat sapu tangan, tangan sebelah kanan di kepal berada di

posisi semula Kaki melangkah Sapu tangan di mainkan Pandangan ke Badan

♂ Laki-laki sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

♂ Laki-laki pasangan tangan kanan sejajar dengan dada

♂ Laki-laki sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

tangan (balas

18. Kembali ke sebelah kiri sejajar dengan dada dan tangan kanan sejajar dengan pinggang. Jika ke arah kiri tangan sebelah kanan sejajar dengan dada dan tangan kiri sejajar dengan pinggang. Hitungan 1-2 kanan, hitungan 3-4 kiri, hitungan 5-6 kanan,

BAB IV

FUNGSI DAN MAKNA TARI SAPU TANGAN

4.1 Tari Saputangan dalam Kehidupan masyarakat Pesisir Sibolga

Masyarakat Sibolga mayoritas suku Pesisir Melayu, dalam melaksanakan kegiatannya berlandaskan pada ajaran agama Islam dan adat istiadat yang juga dipengaruhi oleh suku Minangkabau dan Tapanuli, Aktifitas-aktifitas kegiatan yang dilakukan mencerminkan kehidupan beragama dengan menjalankan syariat dan adat istiadat yang berlaku. Sebagai pemeluk agama Islam, dalam melaksanakan aktifitas tetap berpegang pada ajaran Islam termasuk dalam aktifitas berkesenian, mereka tetap menjaga kesopanan, dengan menempatkan aturan-aturan adat sebagai penjaga/pedoman dalam penyajiannya. Melalui aktifitas kesenian, banyak hal yang dapat dipelajari, menyangkut dengan tata tertib, norma, etika, dan estetika yang sarat dengan makna-makna untuk kehidupan. Sehingga kesenian juga diatur dalam kehidupan mereka.

Tari Saputangan, sebagai tarian yang ada dalam kesenian sikambang, merupakan tari hiburan yang ada dalam rangkaian upacara perkawinan masyarakat Pesisir Sibolga. Penyertaan tarian dalam rangkaian acara merupakan bentuk kepedulian, kepatuhan, terhadap adat yang dijunjung. Tarian dalam rangkaian tersebut memiliki simbol dan makna dalam pengungkapan kebahagiaan, suka cita pada kodrat sebagai ummat Nabi Muhammad yang menjalankan sunnahnya untuk berumah tangga.

Kebahagiaan yang meraka wujudkan tertuang dalam unsur-unsur di dalam tari Saputangan, bentuk-bentuk gerak, busana, musik iringan, syair, tempat pertunjukan, merupakan ungkapan masyarakat, yang taat dalam menjalankan

perintahnya. Sehingga tarian (tari Saputangan), disertakan dalam rangkaian acara sebagai penyampai pesan dan hiburan bagi seluruh keluarga dan tamu undangan.

Perhatian yang besar pada kesenian, tampak dalam penyajian tari Saputangan yang dijadikan sebagai tarian awal dalam rangkaian kesenian sikambang, dan dijadikan sebagai penyambutan dalam acara malam baine yang dilaksanakan dirumah calon pengantin wanita, dan dilakukan sebelum pelaksanaan pernikahan dan acara resepsi.

4.2 Fungsi Tari Saputangan

Kajian fungsi tari Saputangan, sesuai dengan teori Soedarsono yang mengemukakan bahwa fungsi tari pada kelompok-kelompk masyarakat di bagi menjaddi 3 yaitu sebagai bagian dalam upacara, sebagai hiburan, dan sebagai penyajian estetis, yang kemudian di lengkapi dalam Soedarsono dan Narawati, bahwa fungsi tari ada dua yaitu, 1) tari yang berfungsi primer, 2) tari yang berfungsi sekunder. Fungsi-fungsi tari ini sangat berkait erat dengan struktur sosial masyarakat, dimana keseluruhan aktifitas yang mereka lakukan akan terus hidup, walau individu-individu terus berganti. Dengan demikian, pendapat Soedarsono menjadi tepat dalam menganaalisis fungsi tari saputangan dalam acara malam baine.

Berkaitan dengan hal tersebut, aktifitas tari Saputangan tampak dilihat dari bagaimana masyarakat Pesisir Sibolga, menempatkan tariannya dalam aktifitas kehidupan mereka. Tampak jelas penyertaan tarian yang dilakukan dalam kegiatan malam baine, yang terkhusus dilakukan untuk pengantin wanita.

Aktifitas ini dilakukan sebagai bentuk harmonisasi dan menjaga kesatuan bagi

keutuhan keseluruhan perangkat yang ada. Tari Saputangan dengan keseluruhan elemennya merupakan bahagian dari sistem sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Melayu Pesisir. Melalui elemen-elemen tari, (busana, gerak, musik iringan, syair, penari, tempat, ragam pola), secara internal tari Saputangan memberikn dukungan pada keberlangsungan sistem sosial, yang intinya penyatuan seluruh lapisan masyarakat.

Secara eksternal, tari Saputangan dengan keseluruhan elemen di dalamnya, berfungsi memenuhi institusi sosial dalam aktifitas adat Melayu, salahsatunya upacara adat perkawinan Melayu. Penyajian tari Saputangan dalam kesenian sikambang, menjadi bahagian penting dalam tatanan upacara perkawinan adat Melayu Sibolga. Sementara perkawinan itu sendiri adalah institusi yang berfungsi utama untuk melanjutkan keturunan generasi penerus suku Melayu. Kemudian dalam tataran yang lebih luas lagi, tari Saputangan adalah bahagian dari kebudayaan Melayu, berdasarkan pada aturan dalam adat. Aktifitas kesenian yang berlandaskan pada konsep adat Melayu yaitu; adat bersendi syarak, dan syarak bersendi kitabullah. Artinya bahwa kebudayaan Melayu beradasarkan pada adat, dan wahyu Allah berupa ajaran-ajaran agama Islam. Jadi konsep, kegiatan, tari Saputangan, adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Melayu.

4.2.1 Fungsi Primer (Ritual, Ungkapan Pribadi, Estetik)

Penjelasan tentang fungsi menurut Soedarsono dan Narawati seperti yang sudah dijelaskan pada Bab I, fungsi tari Saputangan alam upacara perkawinan mencakup fungsi primer dan fungsi sekunder. Berkaitan dengan hal itu, fungsi primer dalam tari Saputangan berupa terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata

pencaharian. Apabila dilihat dari rangkaian acara malam baine, maka fungsi tari Saputangan adalah sebagai sarana ritual, yang menjadi bagian penting dan diutamakan untuk memeriahkan acara malam baine. Tarian ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara adat perkawinan Melayu, walupun saat ini penyajian tari Saputangan pada malam berinai sudah mulai ditiadakan, dikarenakan banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Tari Saputangan berfungsi ritual, dikarenakan penyertaan tari yang dilaksanakan pada awal acara malam baine, untuk menyambut para tamu dalam mengikuti rangkaian acara yang dilaksanakan di rumah pengantin wanita, yang dipercayai utnuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Acara ritual malam baine, dilakukan sebagai bentuk penjagaan, pengawasan, pengamanan, sebelum acara pernikahan dilakukan. Penyertaan tari disiapkan bersamaan dengan kelengkapan lainnya seperti, daun inai yang akan dilekatkan di kuku jari-jari pengantin, yang sebelumnya telah dihaluskan dengan acara ritual.

Penyertaan tari dimulai dengan musik sikambang, yang dilanjutkan dengan tari Saputangan, prosesi pemberian dan pelekatan inai kepada pengantin, dan lain sebagainya.

Masyarakat Melayu dalam ritual malam berinai, melakukannya dengan tata aturan yang sudah ditentukan oleh ketua adat, dan tokoh agama, yang menyatu dalam doa, agar pelaksnaan upacara perkawinan mendapat keberkahan.

Penyelenggara acara (orang tua) pengantin yang sebelumnya telah melakukan musyawarah dengan keluarga, tetangga yang dituakan, tokoh agama, untuk menentukan perangkat yang harus ada dalam rangkaian upacara, telah berupaya mengikuti tata aturan tersebut. Musyawarah dilakukan untuk mendapatkan

kebaikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara perkawinan. Dengan demikian ritual dalam palaksanaan upacara harus dilakukan denhan sebaik-baiknya.

Selain berfungsi ritual, pada dasarnya semua tari berfungsi sebagai ungkapan emosional dari pribadi-prinadi yang melakukannya, baik melalui gerak yang dihasilkan maupun penyajiannya. Ungkapan emosional penyajiannya tertuang melalui teknik gerak tarian itu sendiri, sehingga daripadanya akan muncul suatu ungkapan dari setiap gerakan tarian yang disajikan. Pengungkapan gerak tari yang dihasilkan dari Tari sapu tangan secara otomatis akan menimbulkan emosi bagi para penari itu sendiri maupun orang yang melihat tari itu. Musik Sikambang sebagai pengiring tari ini akan berpengaruh juga bagi para pemusik, dimana musik akan membangkitkan emosi atau semangat untuk menari. Dengan menghayati setiap musik yang dimainkan, maka akan timbul suatu kesadaran yang dapat membantu mengekspresikan emosi, baik itu bagi pemain musik maupun para penari.

Tari Saputangan berfungsi estetik. Penilaian estetika seseorang dipengaruhi oleh ketajaman penghayatan, suasana emosional, kebebasan, selera, pengalaman, keleluasaan apresiasi, ide keindahan, kebenaran, kenikmatan, realitas, sistem nilai, dan rasa aman, karena nilai- nilai tradisi yang telah mapan dalam moral, agama, prinsip, politik, sosial, dan elemen-elemen magis mungkin tidak disadari adanya.

Menurut Ellfeldt (1976: 136), estetika membahas tentang teori filosofis tanpa memberi rumus objektif atau bukti-bukti, yang sasarannya untuk membahas aspek-aspek nilai dari sebuah penghayatan. Pembahasan yang pada kajian yang berfungsi estetik tari saputangan, bukan berarti melupakan kaitan nilai-nilai

keindahan tari dengan nilai-nilai budaya Melayu yang lain, karena pertama, sebuah karya seni tidak bertanggung jawab atas kualitas dan penerimaannya oleh penonton. Tanggung jawab ini dipikul oleh keadaan budaya asal karya tersebut.

Karya seni bukan sebuah benda yang ditempelkan begitu saja kepada sekelompok masyarakat. Kedua, karya seni timbul dari kualitas yang menjadi ciri-ciri pokok dari masyarakat induknya. Jika masyarakat yang menghasilkan berantakan, maka karya seni yang dihasilkan akan mencerminkan gambaran di atas. Jika masyarakat yang menghasilkannya kokoh dan moralistik, maka keseniannya pun akan menggambarkan hal yang serupa (Nikolais, 1956: 74).

Tari saputangan adalah seni tari yang dipadu dengan seni musik, yang menyatu dalam satu rangkaian, memiliki pesan dari properti saputangan sebagai simbol ikatan dalam perkawinan. Kesenian ini sudah hidup cukup lama tanpa diketahui siapa penciptanya, dan berkembang hingga sekarang. Dalam tari saputangan tidak hanya simbol percintaan yang dimunculkan, namun sebagai sebuah tarian, keindahan dalam penyajian juga menjadi satu susunan tanpa meninggalkan etika dari konsep tariannya.

Sebagai sebuah tarian, tentunya penyajiannya bukan hanya melakukan gerak-gerak saja. Tari Saputangan ditarikan dengan berpasangan artinya dilakukan oleh penari laki-laki dan perempuan. Dalam menarikannya, penari harus dapat mengungkapkan pesan dari tarian yang menjelaskan tentang sepasang kekasih yang berakhir dengan pernikahan. Pola-pola gerak yang dilakukan menunjukkan percintaan yang tetap menjaga sopan santun dan, menggunakan Saputangan berwarna kuning sebagai jarak yang menjelaskan bahwa mereka belum mukhrim.

Sopan, santun menjadi estetik dalam tari Saputangan, dikarenakan kesemua elemen tari memiliki aturan dalam penyajiannya. Dalam pola-pola gerak terlihat kehati-hatian penari dalam menari sambil memutar keatas dan kebawah dari Saputangan yang dijepit di kedua jari. Bentuk kaki yang berjalan dengan langkah celatuk, memperlihatkan estetik dengan keteraturan dalam menjalankan perintah agama. Pola-pola ini tidak hanya diciptakan begitu saja, namun mereka menciptakan dengan patokan adat dan ajaran agama Islam. Sehingga gerak-gerak yang dihasilkan tidak dinikmati dari bentuk saja, tetapi keindahan akan terlihat dari pemaknaan yang bertopang pada adat dan agama. Begitu juga dengan elemen tari lainnya, di mana musik iringan memberi irama dengan ketukan teratur, yang dijadikan pedoman dalam menari. Ke semua ini memberikan fungsi estetis bagi masyarakat, bagi penari, dan bagi penikmat.

4.2.2 Fungsi Sekunder

Selain berfungsi primer, tari Saputangan juga memiliki fungsi sekunder. Fungsi sekuder dalam tari ini terdapat pada fungsi sebagai sarana ekonomi atau mata pencaharian, dan komunikasi.

1) Sebagai sarana ekonomi;

Di dalam setiap kegiatan, tari Saputangan bukanlah sebagai media utama, namun di dalamnya terdapat fungsi ekonomis, dimana setiap penyajiannya, pelaku seni (penari, pemusik) akan mendapatkan dan mengharapkan imbalan, yang biasanya diterima dalam bentuk uang. Selain untuk imbalan bagi penari, uang yang diterima juga untuk kebutuhan kelengkapan penyajian tari seperti, make up, sanggul, sewa busana, perlengkapan tata rias, property dan lain sebagainya.

Kebutuhan untuk dana ini tentunya didapatkan dari imbalan yang diterima. Hal ini juga dilakukan karena suku Melayu tidak mengenal sistem kekerabatan yang mengharuskan peserta/keluarga untuk menari dalam kelengkapan acara-acara adat mereka.

Kebutuhan adanya penari khusus dalam menarikan tari Saputangan, tentunya memberikan peluang untuk berbagai dengan orang lain, dalam mendapatkan berkah dari upacara adat perkawinan. Penyelenggara dengan khusuk, menyiapkan rangkaian acara termasuk tarian, namun tidak turut serta dalam menarikannya.

Penyertaan kesenian selain tertuyang dalam tata aturan adat perkawinan, tarian juga menjadi hiburan bagi seluruh yang hadir.

Kebahagiaan akan tampak dari setiap pelaku dalam acara ini. Ungkapan rasa senang, bahagia yang menjadi inti pesan dalam tarian tampak jelas dalam wujud ekspresi yang diberikan.

2). Komunikasi

Musik Sikambang dalam hal ini sebagai musik pengiring Tari Sapu Tangan akan menghasilkan melodi dan ritem yang baik apabila ada komusikasi dari setiap alat musik yang dimainkan, maka akan menghasilkan tatanan musik yang baik juga.

Musik Sikambang dalam hal ini sebagai musik pengiring Tari Sapu Tangan akan menghasilkan melodi dan ritem yang baik apabila ada komusikasi dari setiap alat musik yang dimainkan, maka akan menghasilkan tatanan musik yang baik juga.