BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Azwar (2012) variable adalah suatu konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu diidentifikasikan variable-variabel penelitian. Variable penelitian yang digunakan terdiri dari:
a. Variabel tergantung: Pembelian Impulsif (Y)
b. Variable bebas: Citra merek (X1) dan Locus of control (X2) 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Sekaran (2011), definisi operasional merupakan suatu konsep yang didefinisikan agar dapat diukur, yang dilakukan peneliti dengan meneliti dimensi, aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh suatu konsep. Hal tersebut diterjemahkan kedalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan indeks pengukuran dari konsep tersebut.
3.2.1 Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif merupakan kegiatan atau proses membeli yang dilakukan oleh konsumen pada toko daring Zalora secara spontan atau tiba-tiba tanpa ada niat atau rencana pembelian sebelumnya yang didasarkan pada dorongan emosional tanpa adanya pemikiran yang matang saat melakukan pembelian.
Konsumen merasakan kepuasan ketika telah berbelanja produk fashion tersebut
tanpa memikirkan dampak positif maupun negative yang akan timbul setelahnya. Kegiatan membeli yang sering dan tidak terencana dengan melihat aspek-aspek pendukung seperti aspek spontanitas, kekuatan, kompulsi dan intensitas, kegairahan dan stimulasi serta ketidakpedulian akan akibat. Semakin tinggi skor pembelian impulsif maka semakin impulsif para konsumen yang berbelanja produk fashion di Zalora, semakin rendah skor pembelian impulsif maka semakin konsumen tersebut tidak mengarah ke perilaku impulsif.
3.2.2 Citra merek
Citra merek merupakan suatu persepsi konsumen terhadap Toko daring baik itu persepsi pribadi atau berupa nama toko daring yang mudah diingat dan memiliki ciri khas khusus yang ada pada toko daring Zalora. Data mengenai citra merek diperoleh melalui skala Citra merek dengan indikator penilaiannya berdasarakan Strengthness, uniqueness, dan favorable. Dimana jika semakin tinggi skor Citra merek pada suatu toko daring maka semakin kuat citra merek terhadap toko daring tersebut dibenak konsumen.
3.2.3 Locus of control
Locus of control merupakan suatu keyakinan yang ada pada diri konsumen bahwa segala sesuatu atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya seperti pembelian produk disuatu toko daring dipengaruhi oleh dirinya sendiri atau pun pengaruh dari luar diri individu tersebut. Data mengenai Locus of control ini diperoleh melalui skala Locus of control dengan aspek nya yaitu internal, powerful others dan chance. Total skor locus of control yang tinggi
menunjukkan individu cenderung memiliki locus of control internal. Total skor locus of control yang rendah menunjukkan individu cenderung memiliki locus of control eksternal. Apabila seorang konsumen memilki skor locus of control internal yang tinggi maka perilaku pembelian impulsif yang muncul cenderung rendah, sedangkan apabila konsumen memiliki locus of control eksternal tinggi maka perilaku pemebelian impulsif yang muncul cenderung tinggi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi didefinisikan sebagai semua anggota dari setiap orang, peristiwa atau benda (Ary, 2010). Sedangkan menurut Bless & Higson-Smith (2000) populasi adalah sekumpulan elemen yang menjadi fokus penelitian dan hasil yang diperoleh harus digeneralisasikan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen Toko daring Zalora di Kota Medan.
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti akan menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut dalam penelitian. Menurut Ary (2010) sampel adalah sebagian dari populasi. Bryman & Bell (2007) juga menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk proses penelitian. Lebih lanjut, Polit & Beck (2010) menyatakan bahwa peneliti harus memilih sampel yang dapat mewakili populasi penelitian. Hasil yang didapatkan dari sampel tersebut, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, pengambilan sampel dapat mempresentasikan populasi tersebut. Kemudian, kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara penentuan sampel berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan
dengan jumlah populasi yang banyak maka sampel yang digunakan sebanyak sama dengan atau lebih dari 384 orang (Sekaran, 2011).
Adapun metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah non probability sampling. Nonprobability sampling adalah suatu proses atau teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi semua peserta atau unit dalam populasi untuk dijadikan sampel (Battaglia, 2008). Pengambilan sampel non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti, dimana sampel yang dipilih memenuhi karakteristik tertentu yang bersifat representative. Teknik purposive sampling pada dasarnya dilakukan sebagai sebuah teknik yang secara sengaja mengambil sampel tertentu yang telah sesuai dan memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan yang meliputi sifat-sifat, karakteristik, ciri dan kriteria sampel tertentu. Sedangkan karakteristik sampel yang akan diteliti adalah:
1. Konsumen toko daring Zalora dengan jenis kelamin wanita 2. Usia 18-40 tahun.
Adapun dasar peneliti dalam mengambil karakteristik tersebut ialah, pada beberapa penelitian menyatakan bahwa perilaku pembelian impulsif pada umumnya dimiliki oleh wanita pada fase perkembangan dewasa awal.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti, sehingga harus menggunakan metode atau cara-cara yang efisien dan akurat (Azwar, 2012). Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode skala.
Metode skala adalah suatu metode pengumpulan data yang terdiri dari sejumlah peryataan yang disusun untuk mengungkap atribut atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu tertentu melalui respon yang diberikan oleh subjek terhadap pernyataan tersebut (Azwar, 2009).
Skala yang akan diberikan di dalam penelitian ini adalah model skala Likert dengan menyediakan respon yang bergerak dari respon negatif sampai dengan respon positif dan dirancangan untuk melihat seberapa kuat individu setuju atau tidak setuju dengan suatu pernyataan. Skala Likert ini merupakan model skala dengan pernyataan yang menggunakan distribusi respons untuk mengetahui variabel yang akan diukur dari sampel penelitian (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu skala self report berupa skala psikologi dengan variabel pembelian impulsif, citra merek dan Locus of control.
Alat ukur disusun berdasarkan dimensi-dimensi dan aspek-aspek yang terdapat dalam setiap variabel penelitian.
3.5 Blue Print Skala
Penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala Pembelian Impulsif, Citra merek dan Locus of control
3.5.1 Skala Pembelian Impulsif
Skala pembelian impulsif dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Rook dan Fisher yang terdiri dari 5 aspek yaitu
Spontanitas, kekuatan kompulsi dan intensitas, kegairahan dan stimulasi, serta ketidakpedulian akan akibat
Tabel 3.1
Blueprint skala Pembelian Impulsif
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Spontanitas Dorongan spontan untuk
membeli yang terjadi ketika ada perasaan lebih untuk membeli suatu produk yang tidak direncanakan sebelumnya yang disebabkan karena beberapa hal
1,16 7,12 4
Kekuatan, Kompulsi. dan Intensitas
Motivasi yang muncul untuk mengesampingkan hal-hal yang dirasa mengganggu keinginan dan bertindak dengan seketika
2,13 6,10 4
Kegairahan dan Stimulasi
Adanya keinginan mendesak dan mendadak untuk membeli barang, disertai dengan emosi.
3,9 5,15 4
Ketidakpedulian akan akibat
Mengabaikan konsekuensi terjadi kerika pembelian terhadap suatu produk tanpa memikirkan hal-hal lain yang mungkin saja terjadi
4,14 8,11 4
Total 8 8 16
Skala tersebut terdiri dari aitem-aitem yang favorable dan unfavorable, dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian skala untuk aitem favorable adalah nilai 5 untuk pilihan jawaban Sangat Setuju, nilai 4 untuk nilai untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 2 untuk Tidak Setuju dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju. Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable adalah nilai 1 untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 2 untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban
Netral, nilai 4 untuk Tidak Setuju serta nilai 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
3.5.2 Skala Citra merek
Tabel blueprint skala citra merek disusun menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Keller yaitu Strenghtness, uniqueness dan Favorable. Berikut adalah blueprint yang menyajikan distribusi aitem-aitem citra merek
Tabel 3.2
Blueprint skala Citra merek
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Strengthness Kekuatan yang ditunjukkan
dalam bentuk fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya. Kekuatan yang menjadi keunggulan dan mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut hingga memiliki kelebihan dibandingkan merek lainnya.
1,10,13 6,12,18 6
Uniqueness Barang yang diberikan sebuah merek satu dengan merek lainnya. Hal inin muncul karena atribut-atribut produk yang memberikan kesan pembeda pada produk tersebut jika dibandingkan dengan produk lainnya.
2,4,9 7,11,16 6
Favorable Produk tersebut memiliki kelebihan yang kuat daripada produk lainnya yang membuat produk tersebut mudah untuk diucapkan dan tetap diingat oleh konsumen / pelanggan sehingga produk tersebut akan menjadi produk favorit.
3,8,14 5,15,17 6
Total 9 9 18
Skala tersebut terdiri dari aitem-aitem yang favorable dan unfavorable, dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian skala untuk aitem favorable adalah nilai 5 untuk pilihan jawaban Sangat Setuju, nilai 4 untuk nilai untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 2 untuk Tidak Setuju dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable adalah nilai 1 untuk jawaban Sangat Setuju, nilai 2 untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 4 untuk Tidak Setuju serta nilai 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
3.5.3 Skala Locus of control
Tabel blueprint Locus of control disusun menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Levenson yaitu Internal, Powerful others dan Chance.
Berikut adalah blueprint yang menyajikan distribusi aitem-aitem Locus of control. Levenson membagi pusat pengendali yang merupakan orientasi atribusi kedalam tiga faktor (Azwar, 2008), yaitu:
Tabel 3.3
Blueprint skala Locus of control
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Internal Menekankan pada
kemampuan diri dan kepercayaan diri individu tersebut.
21,1,11,8, 18,15,9,24
8
Powerful others Bergantung kepada orang lain, menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri individu dan kurangnya rasa percaya diri
2,7,19,3 13,12,10,22
8
Chance Menganggap segala hal yang terjadi pada diri merupakan suatu keberuntungan, nasib dan kebetulan.
4,14,5,16, 17,6,23,20
8
Total 24
Dalam skalanya, ketiga orientasi pusat kendali tersebut diungkap oleh subskala yang berbeda dan masing-masing berisi 8 aitem. Tujuan pengukuran skala
ini adalah memisahkan individu menurut arah pusat kendalinya sebagai arah internal atau arah eksternal (Azwar, 2008).
Masing-masing subskala locus of control terdiri dari 8 aitem, sehingga jumlah seluruh aitem adalah 24. Masing-masing skor aitem dalam skala IPC ini diberi skor dalam 6 jenjang yaitu SS = 6, S=5, AS=4, ATS=3, TS=2 dan STS=1 (Azwar, 2008).
3.6 Validitas Alat Ukur
Validitas merupakan kunci penting untuk memperoleh penelitian yang efektif.
Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes (Azwar, 2012). Azwar (2012) menyatakan bahwa suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Validitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah validitas isi (content validity) dan validitas konstrak (construct validity). Sekaran (2011) mengungkapkan bahwa validitas isi berfungsi untuk memastikan apakah instrumen (aitem-aitem dari suatu alat ukur) sudah tepat atau tidak dalam menggambarkan variabel yang digunakan dalam penelitian. Hal ini diperoleh dengan pertimbangan dan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten atau expert judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Expert judgement menilai variabel yang digunakan oleh peneliti, yaitu variable citra merek, locus of control dan pembelian
impulsif. Sedangkan validitas konstrak (construct validity) menunjukkan sejauhmana kesesuaian aitem-aitem instrument penelitian mengungkap aspek-aspek yang hendak diukur, dilakukan menggunakan analisis faktor explanatory dengan menggunakan SPSS 25 for windows.
3.7 Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atribut dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kriteria pemilihan aitem, biasanya menggunakan batasan rit ≥ .30 ataupun rit ≥ .25. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal .25, daya pembedanya dianggap memuaskan.
Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formulas koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2012).
3.8 Realibilitas Alat Ukur
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya (Azwar, 2012). Reliabilitas sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan dari hasil ukur yang mengandung makna kecermatan terhadap pengukuran. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan dengan
koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 - 1.00, jika koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas dan jika koefisien mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2012).
Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency) yang prosedurnya hanya memerlukan satu kali penggunaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subjek (single trial administration). Pendekatan konsistensi internal berupa formula koefisien alpha atau Cronbach’s Alpha. Pendekatan ini dipandang memiliki nilai praktis dan memiliki efisiensi tinggi (Sekaran, 2011)
3.9 Hasil Uji Coba Alat Ukur
Penyebaran alat ukur dalam bentuk skala dilakukan pada tanggal 26 Maret – 15 April 2020. Skala disebarkan kepada subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 420 skala dan dari skala yang telah disebar tersebut terdapat 392 skala yang dapat dianalisa. Pelaporan hasil analisa data dimulai dari hasil uji realibilitas, uji daya beda aitem dan validitas terlebih dahulu. Validitas dilakukan melalui uji analisa faktor dengan melihat nilai KMO, nilai MSA dan nilai loading factor dari masing-masing aspek.
3.9.1 Skala Pembelian Impulsif
Hasil uji realibilitas variabel Pembelian Impulsif dilakukan dengan menggunakan Cronbach alpha dengan nilai reliabilitas akhir terhadap aitem yang terseleksi sebesar rxx = .716 yang berarti skala Pembelian Impulsif memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (mendekati 1) dengan distribusi aitem yang
bergerak dari .325 sampai dengan .651. Dari 16 aitem yang diuji cobakan diperoleh 11 aitem dengan nilai diskriminasi tinggi (rix > .3) yaitu aitem dengan nomor 1,7,12,2,13,6,10,9,5,4,8.
Selanjutnya setelah dilakukan pengujian realibilitas dan uji daya beda aitem, dilakukan pengujian validitas dengan uji analisis faktor. Uji analisis faktor dilakukan pada setiap aspek variabel dengan mengacu pada nilai KMO, nilai MSA dan nilai loading factor.
Pada aspek Spontanitas, terdapat 3 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .565 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .544 – .669 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk dimensi Spontanitas. Kemudia, nilai loading factor bergerak dari .565 – .760 (aitem tersebut adalah 1,7,12).
Pada aspek Kekuatan, Kompulsi dan Intensitas , terdapat 4 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .565 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .531 – .651 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek Kekuatan, Kompulsi dan Intensitas. Kemudian nilai loading factor bergerak dari .645 – .989 (aitem-aitem tersebut adalah aitem 2, 13, 6, 10).
Pada aspek Kegairahan dan Stimulasi, terdapat 3 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .565 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .544 – .669 (MSA >
.5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk dimensi Kegairahan dan Stimulasi. Kemudia, nilai loading factor bergerak dari .720 – .860 (aitem-aitem tersebut adalah 1, 7, 12).
Pada aspek Ketidakpedulian Akan Akibat, terdapat 2 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .510 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .500 – .510 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk dimensi Ketidakpedulian Akan Akibat. Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .667 – .722 (aitem-aitem tersebut adalah 4, 8).
Tabel3.4
Skala Pembelian Impulsif
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Spontanitas Dorongan spontan untuk
membeli yang terjadi ketika ada perasaan lebih untuk membeli suatu produk yang tidak direncanakan sebelumnya yang disebabkan karena beberapa hal yang dirasa mengganggu keinginan dan bertindak dengan seketika
2.13 6,10 4
Kegairahan dan Stimulasi
Adanya keinginan mendesak dan mendadak untuk membeli terjadi kerika pembelian terhadap suatu produk tanpa memikirkan hal-hal lain yang mungkin saja terjadi
4 8 2
Total 5 6 11
3.9.2 Skala Citra Merek
Hasil uji realibilitas variabel citra merek dilakukan dengan menggunakan Cronbach alpha dengan nilai reliabilitas akhir terhadap aitem yang terseleksi sebesar rxx = .740 yang berarti skala citra merek memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (mendekati 1) dengan distribusi aitem rit aitem yang bergerak dari .304 sampai dengan .581. Dari 18 aitem yang diujicobakan, diperoleh 12 aitem yang memiliki diskriminasi yang tinggi (rix > .3).
Selanjutnya, setelah dilakukan pengujian realibilitas dan uji daya beda aitem, dilakukan pengujian validitas dengan uji analisis faktor. Uji analisis faktor dilakukan pada setiap aspek variable dengan mengacu pada nilai KMO, nilai MSA, dan nilai loading factor.
Pada aspek Strenghtness, terdapat 5 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .737 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .687 sampai dengan .797 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek strenghtness. Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .605 sampai dengan .818 (aitem-aitem tersebut adalah aitem 1, 13, 6, 12, 18).
Pada aspek uniqueness, terdapat 3 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .525 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .517 sampai dengan .588 (MSA > .5).
Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek
uniqueness. Kemudia nilai loading factor bergerak dari .569 sampai dengan .820 (aitem-aitem tersebut adalah aitem 2, 7, 11).
Pada aspek favorable, terdapat 4 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .579 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .535 sampai dengan .705 (MSA > .5).
Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek favorable. Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .594 sampai dengan .999 aitem-aitem tersebut adalah aitem 3, 8, 15, 17). Berikut adalah tabelnya:
Tabel 3.5
Blueprint Skala Citra Merek
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Favorable Unfavorable Strengthness Kekuatan yang ditunjukkan
dalam bentuk fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya.
Kekuatan yang menjadi keunggulan dan mengacu pada atribut-atribut fisik atas merek tersebut hingga memiliki kelebihan dibandingkan merek lainnya.
1,3 6,12,18 5
Uniqueness Barang yang diberikan sebuah merek satu dengan merek lainnya. Hal inin muncul karena atribut-atribut produk yang memberikan kesan pembeda pada produk tersebut jika dibandingkan dengan produk lainnya.
2 7,11 3
Favorable Produk tersebut memiliki kelebihan yang kuat daripada produk lainnya yang membuat produk tersebut mudah untuk diucapkan dan tetap diingat oleh konsumen / pelanggan sehingga produk tersebut akan menjadi produk favorit.
3,8 15,17 4
Total 5 7 12
3.9.3 Skala Locus of Control
Hasil uji realibilitas Locus of control dilakukan dengan menggunakan Cronbach alpha dengan nilai realibilitas akhir terhadap aitem yang terseleksi sebesar rxx = .716 yang berarti skala Locus of Control memiliki tingkat reliabilitas yang cukup tinggi (mendekati 1) dengan distribusi rit aitem yang bergerak dari .259 sampai dengan .558. Dari 24 aitem yang diujicobakan, diperoleh 20 aitem yang memiliki diskriminasi yang tinggi (rix > .25), namun peneliti tidak membuang aitem yang gugur dikarenakan skala yang digunakan merupakan adaptasi dari tokoh locus of control yaitu Levenson. Adapun aitem-aitem yang gugur akan diperbaiki penggunaan bahasanya yang mungkin kurang dipahami oleh responden.
Selanjutnya, setelah dilakukan pengujian realibilitas dan uji daya beda aitem, dilakukan pengujian validitas dengan uji analisis faktor. Uji analisis faktor dilakukan pada setiap aspek variable dengan mengacu pada nilai KMO, nilai MSA, dan nilai loading factor.
Pada aspek internal , terdapat 8 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .681 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .651 sampai dengan .742 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek internal.
Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .593 sampai dengan .718 (aitem-aitem tersebut adalah (aitem-aitem 21,1,11,8,18,15,9,24).
Pada aspek powerful others, terdapat 8 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah
sebesar .669 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .563 sampai dengan .799 (MSA
> .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek powerful others. Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .516 sampai dengan .883 (aitem-aitem tersebut adalah aitem 2,7,19,3,13,12,10,22).
Pada aspek chance , terdapat 8 aitem yang memiliki daya beda tinggi dan tidak terdapat aitem yang gugur. Nilai KMO yang diperoleh adalah sebesar .658 (KMO > .5), nilai MSA bergerak dari .571 sampai dengan .789 (MSA > .5). Hal ini menunjukkan bahwa semua faktor valid sebagai pembentuk aspek chance.
Kemudian, nilai loading factor bergerak dari .520 sampai dengan .805 (aitem-aitem tersebut adalah (aitem-aitem 4,14,5,16,17,6,23,20). Berikut adalah tabel nya:
Tabel 3.6
Blueprint Skala Locus of Control
Dimensi Indikator Aitem Jumlah
Internal Menekankan pada kemampuan diri dan kepercayaan diri individu tersebut.
21,1,11,8, 18,15,9,24
8
Powerful others Bergantung kepada orang lain, menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri individu dan kurangnya rasa percaya diri
2,7,19,3 13,12,10,22
8
Chance Menganggap segala hal yang terjadi pada diri merupakan suatu keberuntungan, nasib dan kebetulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan penelitian
Pada tahap persiapan, peneliti merancang sendiri dua alat ukur (Pembelian Impulsif dan Citra Merek) dan satu alat ukur (Locus of Control)yang
diadapatasi dari skala yang telah ada sebelumnya (Skala IPC Levenson). Dalam
diadapatasi dari skala yang telah ada sebelumnya (Skala IPC Levenson). Dalam