• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ALGORITMA DALAM AL-QUR’AN

B. Algoritma Percabangan Dalam Al-Qur’an

2. If-Then-Else

Tipe percabangan ini memiliki dua kondisi yang dipilih. Ketika kondisi pada if terpenuhi maka proses pada blok if akan dijalankan namun jika kondisi if tidak terpenuhi maka proses pada blok else yang akan berjalan.54 Bentuk umum percabangan if-then-else adalah sebagai berikut:

IF kondisi_percabangan THEN algoritma dengan struktur if-then-else:

Contoh pertama, pada firman Allah ﷻ:

ِليِبَس ْنَع اوُّدَصَو اوُرَفَك َنيِذَّلا

Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. (QS. Muhammad / 47:1-3)

Ayat-ayat di atas secara gambang perbedaan antara dua variabel kafir dengan beriman. Penjelasannya mencakup pahala bagi yang beriman,

54 Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 136.

44

hukuman bagi yang durhaka, serta seruan agar manusia setelahnya dapat mengambil pelajaran dari semua yang terjadi. Orang-orang kafir yang dimaksud pada ayat ini adalah para pembesar yang ketika itu kufur sekaligus menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Namun justru mereka yang merugi karena Allah mengembalikan kejahatan yang sudah dilakukan kepada diri mereka sendiri, semua amal kebaikan mereka dihapus oleh Allah.

Sebaliknya, orang yang beriman terhadap apa yang diturunkan oleh Allah dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban terhadap hak-hak Allah maupun hak-hak sesama manusia. Mereka itulah orang-orang yang selamat dari azab di dunia dan di akhirat. Allah juga memperbaiki agama, hati, dunia, dan perbuatan mereka sehingga pahala mereka akan selalu bertambah dan dibersihkan dari dosa-dosa.55

Demikianlah contoh perbandingan antara yang haq dan batil. Balasan yang diterima oleh masing-masing dari mereka juga merupakan balasan yang adil dari Allah. Orang-orang kafir pantas mendapat balasan berupa hukuman dan siksaan karena mereka telah menyembah selain Allah serta melakukan perbuatan syirik. Begitu pula dengan orang-orang beriman yang telah mengikuti perintah juga berhak mendapatkan taufik dan rida dari-Nya.56

Adapun bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:

55 Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân, hal.222.

56 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 508.

45

Tabel III.7, Contoh 1 If-Then-Else.

Pseudocode bool Haq

IF (Haq = True) THEN x = ‘mukmin’

beriGanjaran() ELSE

x = ‘kafir’

sesatkan() flowchart

Kata kunci pada ayat di atas adalah haq dan batil. Maka dari itu, haq bisa didefinisikan sebagai variabel boolean yang jika melakukan perbuatan haq nilainya true sedangkan jika melakukan perbuatan batil nilai dari

46

variabel haq adalah false. Kemudian status manusia yang melakukan perbuatan bisa ditentukan dengan variabel x, jika ia berbuat haq maka variabel x akan terisi dengan nilai ‘mukmin’ dan berhak mendapat ganjaran dari Allah berupa penghapusan kesalahan dan perbaikan keadaan yang bisa terhimpun dalam fungsi ‘beriGanjaran()’, adapun sebaliknya jika yang dilakukan adalah perbuatan batil maka variabel x akan terisi dengan nilai

‘kafir’ dan perbuatan mereka akan disesatkan oleh Allah.

Contoh kedua, pada firman Allah ﷻ:

َأ َنوُمَلْعَ يَ ف اوُنَمآ َنيِذَّلا اَّمَأَف اَهَ قْوَ ف اَمَف ًةَضوُعَ ب اَم ًلََثَم َبِرْضَي ْنَأ يِيْحَتْسَي َلَ ََّللَّا َّنِإ

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (Al-Baqarah/ 2:26)

Orang-orang kafir mengolok keberadaan Al-Qur’an sebagai kalâmullâh karena di dalamnya terdapat perumpamaan-perumpamaan yang dianggap remeh seperti lalat, semut, lebah, maupun laba-laba dan menyatakan bahwa perumpamaan tersebut

ءاحصفلا ملَكب قيلي لَ

(tidak sesuai dengan ucapan orang-orang fasih).

Orang-orang mukmin yang mengetahui bahwa perumpamaan itu benar datang dari Allah tentu bisa mengambilnya sebagai hidayah. Bahwa Allah tidak malu membuat perumpamaan dengan nyamuk atau hewan lainnya dalam ukuran apapun sebagai pelajaran dan nasehat. Adapun orang-orang kafir mengolok perumpamaan itu dan meremehkan faedah-faedahnya, mereka telah berbuat fasik dan Allah menyesatkan mereka dengan kefasikannya sendiri.57

Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:

57 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 6.

47

Tabel III.8, Contoh 2 If-Then-Else.

Algoritma bool Olok x = ‘’

IF (Olok = True) THEN x = ‘kafir’

sesatkan(x) ELSE

x = ‘mukmin’

beriPetunjuk(x) flowchart

Pertama-tama dideklarasikan variabel bertipe boolen bernama

48

‘Olok’. Respon manusia terhadap Al-Qur’an berbeda-beda, ada yang mengakui dan senantiasa mengambil hidayah bahkan terhadap perumpamaan-perumpamaan kecil namun ada juga yang mengoloknya, di sini lah terjadi suatu percabangan. Kemudian status manusia yang digambarkan oleh variabel x terisi sesuai dengan yang dilakukannya sebelumnya, jika ia mengolok-olok ayat Al-Qur’an (Olok = True) maka ia termasuk ke dalam golongan kafir (x = ‘kafir’) dan Allah sendiri yang akan menyesatkan mereka, sebaliknya orang-orang beriman yang tidak mengolok-olok dan mengakui serta mengambil hidayah dari ayat-ayat yang ada maka ia termasuk ke dalam golongan orang beriman yang akan diberikan petunjuk oleh Allah.

Contoh ketiga, pada firman Allah :

ِهِذَه ُهْتَداَز ْمُكُّيَأ ُلوُقَ ي ْنَم ْمُهْ نِمَف ٌةَروُس ْتَلِزْنُأ اَم اَذِإَو

(orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surah ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surah itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.

(Attaubah/ 9:124-125)

Ketika Allah menurunkan surah-surah dalam Al-Qur’an, orang-orang mukmin akan bahagia dengan turunnya surah beserta manfaat yang ada beriringan dengannya sehingga iman mereka kepada Allah dan kitab-Nya semakin bertambah. Berbeda dengan orang munafik yang justru mengejek ketika ayat Al-Qur’an diturunkan dan justru semakin menambahkan keraguan dan kekufuran mereka hingga akhirnya mereka mati dalam keadaan kafir.58Dari ayat kedua ayat ini juga bisa dipahami perbedaan kondisi mental antara orang mukmin yang memiliki mental sehat dengan orang munafik dan kafir yang memiliki mental sakit karena hati yang selalu dipenuhi kebencian yang mendalam terhadap Nabi.59

Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:

58 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 208.

59 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5 , hal. 294.

49

Tabel III.9, Contoh 3 If-Then-Else Algoritma

bool mukmin, turunSurah hati = ‘’

IF (mukmin = True) THEN hati = ‘Sehat’

IF (turunSurah = True) THEN tambahIman()

ELSE

hati = ‘Sakit’

IF (turunSurah = True) THEN tambahKufur()

Flowchart

50

Yang pertama dideklarasikan adalah variabel ‘mukmin’ dan

‘turunSurah’ sebagai boolean serta variabel ‘hati’ sebagai variabel kosong, karena ayat di atas memperlihatkan perbedaan sikap dan hati antara orang mukmin dengan orang kafir.

Kondisi yang pertama adalah mengecek nilai dari variabel ‘mukmin’, apakah ia termasuk ke dalam golongan orang beriman (mukmin = True) yang memiliki hati bersih atau sebaliknya yakni termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir (mukmin = False) yang hatinya sakit.

Yang terakhir adalah respon mereka ketika diturunkan surah kepada mereka (turunSurah = True). Orang-orang beriman akan bergembira bertambah keimanannya, sedangkan orang-orang kafir justru akan bertambah kekafirannya karena kondisi hati mereka yang dari awal memang sudah sakit dan tidak mau menerima kebenaran.

Contoh keempat, pada firman Allah :

ُهُنيِزاَوَم ْتَلُقَ ث ْنَم اَّمَأَف

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS. Al-Qâri’ah/ 101:6-9)

Secara umum, keadaan manusia ketika dihisab oleh Allah dipisahkan menjadi dua golongan. Golongan pertama, yaitu orang-orang yang amal kebaikannya mengalahkan amal keburukannya sehingga timbangan amal salehnya lebih berat maka ia akan mendapatkan segala kepuasan dan kenikmatan yang ada di surga.60 Sedangkan golongan kedua adalah orang yang timbangan amal salehnya begitu ringan hingga tidak bisa mengalahkan timbangan keburukannya maka tempat kembalinya adalah neraka Hâwiyah. Sebagai bentuk ejekan neraka itu disebut ibunya karena mereka akan kembali kepadanya seperti anak kecil yang kembali pada ibunya.61

Mayoritas ulama berpendapat bahwa antara amalan kebaikan dan kejahatan keduanya ditimbang oleh Allah. Pendapat lain adalah dari Thabâthabâ’i sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab dalam tafsirnya, beliau berpendapat bahwa terdapat suatu tolak ukur yang menjadi patokan untuk menimbang amal dan beratnya. Ketika amal kebaikan beratnya sesuai atau melebihi tolak ukur yang telah ditetapkan maka ia diterima, adapun jika terlalu ringan hingga tidak sesuai dengan tolak ukur maka ia

60 Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal. 600.

61 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 602.

51

tertolak. Beliau berpendapat demikian karena dianggap bahwa lebih berkesuaian dengan teks ayat dan tidak mungkin terjadi kesamaan timbangan baik dan buruk.62

Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:

Tabel III.10, Contoh 4 If-Then-Else

Algoritma Flowchart

int amal , u u = 50 input amal

IF ( amal ≥ u ) THEN write(“Surga”) ELSE

write(“Neraka”)

Ayat di atas berkaitan perbandingan berat dalam timbangan yang kemudian menentukan tempat kembalinya seorang hamba apakah ia ke Surga atau ke Neraka. Pertama-tama, karena berkaitan dengan

62 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 15 , hal. 559.

52

perbandingan nilai maka bisa dideklarasikan variabel ‘amal’ dan tolak ukur yang disimbolkan dengan ‘u’ sebagai variabel yang memiliki tipe data integer (bilangan bulat).

Tahap selanjutnya adalah memberi nilai pada variabel ‘u’ sebagai tolak ukur misalnya di sini diberikan nilai 50 (u = 50). Kemudian dimasukkan nilai dari amal yang akan ditimbang dan dibandingkan dengan variabel u sehingga memenusi syarat dari pengkondisian. Terakhir dilakukan percabangan berupa perbandingan apakah nilai dari variabel amal yang dimasukkan lebih besar/ sama dengan variabel u ataukah lebih kecil. Jika lebih besar/ sama dengan (amal ≥ u) berarti memenuhi kriteria sehingga akan tertulis sebagai ahli surga, adapun jika selain itu (amal < u) maka akan tertulis sebagai ahli neraka.

Dokumen terkait