Bagian Keempat
4.2 Implementasi Kebijakan Kesehatan .1. Impelementasi di Tingkat Provinsi
4.2.2. Implementasi di Tingkat Kabupaten/Kota Kabupaten Sorong
Kabupaten Sorong termasuk daerah kepala burung Papua, dengan mempunyai luas wilayah 1.10945 km2 dan jumlah penduduk 78.806 jiwa. Komitmen pemerintah kabupaten Sorong dalam memberikan pelayanan kepada masayarakat sebaik mungkin di era Otonomi Khusus terus dilakukan melalui peningkatan sarana
dan prasarana dan peningkatan sumber daya manusia dibidang kesehatan, hal ini tertuang dalam berbagai program yang bersumber dana Otsus tahun 2002- 2006.
Kebijakan pembangunan kesehatan di kabupaten Sorong di bawah Otsus pada tahun 2002 sampai tahun 2006 menyerap anggaran sebesar Rp 51,96 milyar, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembangunan kesehatan sebagai berikut:
1. Pembangunan Puskesmas dan Rumah Jabatan Kepala Puskesmas di ibukota distrik,
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar di kabupaten Sorong, 3. Operasional dan Pemeliharaan RSUD Sorong,
4. Proyek Pelayanan Kesehatan Dasar di kabupaten Sorong, 5. Pendidikan Tenaga Keseahatan di kabupaten Sorong,
6. Penanggulangan gizi buruk dan Pengembangan Posyandu di kabupaten Sorong,
7. Pencegahan penanggulangan penyakit menular dan HIV/AIDS di kabupaten Sorong,
8. Pembangunan Puskesmas dan Rumah Jabatan Kepala Puskesmas di ibuklota Distrik,
9. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar, 10. Operasional Puskesmas,
a) Pelayanan Kesehatan Dasar, b) Operasional Puskesmas, c) Pelayanan KIA.
11. Pembangunan Rumah Sakit Rujukan, 12. Operasional dan Pemeliharaan RSUD Sorong,
13. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (Rumah Sakit Rujukan Kabupaten Sorong) di Aimas.
Kabupaten Nabire.
Kabupaten Nabire secara ekologis masuk ke dalam wilayah ekologis Teluk Cenderawasih, dengan luas wilayah 13.397,59 km2, jumlah penduduk 11174 jiwa. Implementasi dana Otonomi Khusus bidang kesehatan di kabupaten Nabire Otsus pada tahun 2002 sampai tahun 2006 dengan besaran dana sebesar Rp 8,02 milyar, dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembangunan kesehatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, yang mencakup kegiatan: a. Pengadaan Obat dan BHP Puskesmas,
b. Operasional Penyelenggaraan Puskesmas,
c. Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
d. Penyelesaian Pembangunan Kantor Dinas Kesehatan, e. Penyenggalaraan Pendidikan Akademi Keperawatan. 2. Peningkatan pelayanan RSUD:
a. Pengadaan BHP,
b. Pengadaan Obat-Obatan.
Besaran dana tersebut tidak semuanya diserahkan ke dinas Kesehatan, melainkan kebutuhan Puskesmas, kebutuhan rumah sakit diserahkan langsung ke Puskesmas dan rumah sakit.
Kabupaten Pegunungan Bintang
Kabupaten Pegunungan Bintang adalah salah satu kabupaten yang masuk zona ekologis pegunungan tengah dengan luas wilayah 15.683 km2 dengan jumlah penduduk 88.529 jiwa. Penduduk tersebut tersebar di 10 distrik dengan kondisi geografis yang sangat sulit.
Kebijakan pembangunan kesehatan di Kabupaten Pegunungan Bintang di bawah Otsus pada tahun 2002 sampai tahun 2006 menyerap anggaran sebesar Rp 6.04 milyar dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembangunan kesehatan sebagai berikut:
1. Pembangunan Balai Pengobatan di distrik Pepera, 2. Pembangunan Rumah Dokter di Kwirok,
3. Pembangunan Puskesmas Pembantu MOT di Batom, 4. Rehabilitasi Rumah Dokter,
5. Pembangunan Barak Pegawai Puskesmas di Oksibil, 6. Program Upaya Kesehatan, yang mencakup:
a. Administrasi Kesehatan Imunisasi, b. Penanggulangan TB paru,
c. survey filariasis di 12 distrik, d. Pusling dokter terbang,
e. Rujukan rawat nginap dan gadar, f. Pelatihan PWS dan Juru Imunisasi,
g. Distribusi Obat-obatan dan alat kesehatan, h. Bintek Subdin P2MPL ke 10,
i. Bintek Subdin Yankes ke 10,
j. Monev Program.
7. Pengadaan Obat-obatan di 12 distrik,
8. Pengadaan alat Kesehatan Medis dan Non Medis di 12 distrik, 9. Program KIA di 12 distrik,
10. Penanggulangan gizi buruk di 12 distrik.
Kabupaten Kerom.
Implementasi kebijakan kesehatan di Kabupaten Kerom tidak berjalan sebagaimana yang direncanakan, di mana dana otonomi khusus selalu mengalami keterlambatan sampai, yaitu menjelang akhir tahun. Implementasi program dilaporkan berjalan hanya pada kuartal ke empat setiap tahun, dengan pertanggungjawaban pada akhir tahun.
Sumber dana dana untuk pembangunan kesehatan Kabupaten Kerom berasal dari tiga pos: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Otsus. Sumber dana DAU dengan peruntukan membayar gaji pegawai dan administrasi. Sumberdana DAK untuk membangun infrastruktur dan pengadaan peralatan medis.
Peneliti evaluasi bidang kesehatan dari Kemitraan tidak memberikan informasi jumlah dana otsus untuk bidang kesehatan di Kabupaten Kerom tahun 2002-2006, tetapi dipaparkan bahwa kebijakan pembangunan kesehatan di era otsus dilaksanakan dalam bentuk:
1. pengadaan obat-obatan, terutama untuk Puskesmas dan Pustu; 2. Program pencegahan penyakit menular;
3. Program peningkatan mutu gizi masyarakat; 4. Insentif tenaga dokter tetap, dokter PTT, paramedis.
Kabupaten Merauke
Merauke merupakan salah satu dari beberapa Kabupaten yang masuk wilayah ekologis Pantai Selatan Papua, dengan luas wilayah 45.071 km2 dengan jumlah penduduk 180.781 jiwa, yang tinggal di 11 distrik dan 160 kampung dan 8 kelurahan.
Peneliti evaluasi bidang kesehatan dari Kemitraan tidak memberikan informasi jumlah dana otsus untuk bidang kesehatan di Kabupaten Kerom tahun 2002-2006, tetapi dipaparkan bahwa kebijakan pembangunan kesehatan di era otsus dilaksanakan dalam bentuk:
1. Program peningkatan mutu pelayanan dilaksanakan melalui upaya peningkatan pelayanan kesehatan dasar, sarana dan prasarana tenaga pelayanan kesehatan, meliputi :
a. Pelayanan kesehatan dasar
1) Pelayanan kesehatan di daerah terpencil, 2) Bimbingan teknis upaya kesehatan. b. Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan
1) Peningkatan puskesmas pembantu menjadi puskesmas, 2) Pembangunan PUSTU dan POLINDES.
2. Program pengembangan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk melakukan analisis kebutuhan tenaga kesehatan dan pengembangannya serta pembinaan teknis akreditasi tenaga kesehatan dan sarana kesehatan. Kegiatan program pengembangan tenaga kesehatan meliputi :
a. Kegiatan program pengembangan tenaga kesehatan, terdiri dari: 1) Melaksanakan analisis kebutuhan tenaga kesehatan; 2) Merencanakan pengembangan tenaga kesehatan;
3) Melaksanakan seleksi dan pengusulan pendidikan tenaga kesehatan;
4) Melaksanakan koordinasi untuk penyelenggaraan pelatihan pengembangan tenaga kesehatan, penyelenggaraan Program D-3 Keperawatan Merauke.
b. Kegiatan program pembinaan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan, terdiri dari:
1) Membuat penilaian/akreditasi tenaga kesehatan melalui penetapan angka kredit (PAK);
2) Melaksanakan pembinaan teknis akreditasi tenaga kesehatan; 3) Membuat penilaian/akreditasi sarana kesehatan;
4) Melaksanakan pembinaan teknis akreditasi sarana Kesehatan. 3. Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit dilaksanakan melalui
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit secara terpadu, peningkatan peran dan tanggung jawab masyarakat dan koordinasi dengan program dan sektor terkait, dengan tujuan : mencegah berjangkitnya
penyakit, menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mengurangi akibat buruk penyakit. Kegiatan Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit meliputi:
a. Pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2), yakni; 1) Pemberantasan penyakit malaria,
2) Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue (DBD), 3) Pemberantasan penyakit filariasis.
b. Pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML), yakni; 1) Pemberantasan penyakit diare,
2) Pemberantasan penyakit ISPA (Pneumonia), 3) Pemberantasan penyakit kelamin/PMS, 4) Pemberantasan penyakit TB Paru, 5) Pemberantasan penyakit kusta, 6) Pemberantasan penyakit frambusia, 7) Pemberantasan penyakit kecacingan.
c. Pengamatan penyakit menular dan imunisasi, yakni; 1) Pengamatan penyakit potensial wabah (W1 dan W2), 2) Pengamatan penyakit khusus (AFP = Acute Flaccid Paralysis), 3) Imunisasi rutin,
4) Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), 5) TT WUS.
4. Program pelayanan dan pengendalian perizinan di bidang kesehatan dilaksanakan untuk mengemban kewenangan perizinan yang diberikan Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten sejalan dengan Program Desentralisasi. Kegiatan program pelayanan dan pengendalian perizinan di bidang kesehatan meliputi : Pemeriksaan setempat pada sarana kesehatan dan memeriksa kelengkapan berkas sarana dan tenaga kesehatan, menerbitkan izin kerja/praktek kepada sarana dan tenaga kesehatan, dan sarana distribusi obat (Apotek dan Toko Obat), serta pengawasan dan pengendalian terhadap izin .
5. Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat terselenggara melalui upaya penyuluhan kesehatan langsung maupun secara massal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta peran aktif masyarakat, termasuk dari dunia usaha. Kegiatan program kesehatan masyarakat meliputi:
1) Penyebarluasan informasi melalui media masa, 2) Penyuluhan langsung,
3) Pelatihan/Orientasi (capacity building). b. Pembinaan suasana
1) Pengembangan potensi swadaya masyarakat, 2) Pengembangan penyelenggaraan penyuluhan. c. Advokasi kesehatan
1) Pengembangan kebijakan pelayanan kesehatan melalui pertemuan dengan para pengambil keputusan.
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dilaksanakan melalui upaya pembinaan gizi masyarakat dan penanggulangan gizi buruk dengan tujuan: meningkatkan pelayanan dan pencegahan masalah gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang, meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi guna mencapai hidup sehat, meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia melalui dukungan gizi dan meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Targetnya adalah penurunan prevalensi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan cakupan energi dan protein sehingga tercapai peningkatan status gizi masyarakat. Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat meliputi :
a. Pemantauan status gizi bayi, bawah lima tahun (balita) dan ibu hamil (bumil);
b. Penangggulangan gizi buruk pada bayi, balita dan bumil; c. Pemberian vitamin A pada bayi, anak dan bufas;
d. Penangggulangan anemia WUS, bumil dan bufas; e. Penyuluhan gizi masyarakat;
f. Pemantapan sistim kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG); g. Revitalisasi Posyandu;
h. Lomba Balita Sejahtera Indonesia (LBSI).
4.3. Kinerja Kebijakan