Bab V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian
ANALISIS KEBIJAKAN ASEAN DALAM MENANGANI MASALAH
IV.2 Implementasi Kerjasama dalam Menangani Masalah Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia
Implementasi kerjasama dalam menangani masalah narkoti dan
obat-obatan terlarang khususnya di Indonesia ini sangat penting untuk diketahui, karena dari implementasi ini dapat diketahui bagaimana upaya Indonesia dalam menangani masalah obat-obatan terlarang. Dari implementasi kerjasama ini juga akan diketahui sejauhmana efektifitas
kerjasama ASEAN dalam mengurangi di Indonesia. Salah
satu solusi yang efektif untuk mengatasi masalah narkotika dan obat-obatan terlarang di Indonesia adalah dengan ditingkatkanya penegakan hukum (
) secara tegas dan konsisten.
Situasi narkoba di Indonesia yang semakin memperihatinkan membuat pemerintah berusaha keras untuk mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba 2015 dengan berbagai langkah dan tindak pencegahan dengan program pedoman pencegahan pemberantasan dan peredaran gelap narkoba. Kemudian BNN telah menetapkan visi “Terwujudnya Masyarakat Indonesia Bebas dari Penyalahgunaan Narkoba dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2015” visi ini selaras atau sebagai wujud komitmen dari negara-negara ASEAN yaitu “ASEAN Bebas Narkoba 2015”.117
Badan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No.17 tahun 2002, Badan Narkotika Nasional mempunyai misi dan tugas pokok serta fungsinya yaitu dengan mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait
117 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, ADVOKASI Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. 2009. h. 107.
drugs trafficking
law enforcement
dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan dibidang ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, precursor dan bahan adiktif lainya serta mengoprasionalkan satuan tugas-tugas melalui komunikasi, informasi dan edukasi, pengadilan dan pengawasan, penegakan hukum, treatment dan rehabilitasi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun 2015.118
Implementasi dalam mewujudkan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, diarahkan pada prioritas kegiatan:
a. Dalam pencegahan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dilakukan dengan pendekatan komprehensif multidimensial.
b. Membangkitkan dan memberdayakan segala potensi masyarakat, bangsa dan negara untuk bersatu padu membangun komitme menyatakan perang terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba.
c. Pelibatan segenap potensi masyarakat, bangsa dan negara diarahkan untuk membangun daya tangkal dan daya cegah berbasiskan
masyarakat.
d. Menghilangkan pandangan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan aib keluarga dan menjadikan konsep sebagai musibah yang harus dicegah dan disembuhkan melalui proses treatment dan rehabilitasi.
e. Pelibatan media massa, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan dalam upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
f. Pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia, sarana dan prasarana sangat diperlukan dlam upaya meningkatkan
profesionalisme.
g. Pelaksanaan penegakan hokum harus dilakukan secara tegas sungguh-sungguh konsisten sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
peraturan-peraturan yang berlaku.
h. Melakukan penelitian dan pengembangan sebagai basis pelaksanaan program pemberantasan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba (P4GN) serta pembangunan system pelayanan informasi berbasiskan teknologi.
i. Melaksanakan kerjasama internasional baik bilateral dan multilateral dalam upaya-upaya pencegahan pemberantasan maupun treatment dan rehabilitasi.
Khusus untuk masalah hubungan dan kerjasama di kawasan ASEAN sudah terjalin sangat baik, dimana dalam forum seperti ASOD (
), ACCORD
(ASEAN-Operations ) dan forum-forum lainya telah
menunjukkan komitmen dan upaya yang kuat untuk mewujudkan “ASEAN Bebas Narkoba Tahun 2015”.
Peran serta masyarakat ini sangat penting seperti keterlibatan
masyarakat yaitu organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dan keluarga. hal ini sudah cukup baik, akan tetapi masih terbatas di kota-kota besar, sementara itu berbagai fakta menunjukkan narkoba sudah masuk pedesaan, oleh karena itu sosialisasi tentang bahaya narkoba harus menyentuh ke
lapisan masyarakat bawah.
Bidang penegakan Hukum juga tidak kalah penting, hal ini masih terdpat berbagai kelemahan, dari aspek regulasi belum iki UU tentang ASEAN
Senior Officials On Drugs Matters China Cooperative
prekursor dimana masih terbatasnya pada peraturan menteri dengan berbagai kelemahan, dari aspek implementasi penegakan hukum masih dirasakan kelambanan proses waktu yang cukup lama, dan aspek moral para penegak hukum yang masih banyak kurang serius dalam proses penegakan hukum.
Aspek sarana prasarana sumber dana, teknologi, dan juga sumber daya manusia masih terbatas. Sebagai contoh masih sulitnya melaksanakan ganja di Nanggroe Aceh Darussalam. Aspek kelembagaan kualitas organisasi BNN masih perlu ditingkatkan dalam artian BNN masih bersifat lembaga forum, bahkan komitmen dari sebagian pejabat anggota BNN masih sulit untuk melakukan koordinasi, dan sering sama-sama bekerja akan tetapi sulit untuk berkerjasama-sama.
Hal yang sedang dilakukan untuk mengefektifkan kerjasama dalam memberantas narkoba yaitu dalam aspek kelembagaan. Berdirinya kelembagaan BNN dari Keppres 17/2002 telah berubah menjadi Perpes 83/2007, aspek regulasi telah dilakukan Amandemen Undang-undang No.22/1997 tentang narkotika draft ini sedang dibahas pensus DPR, aspek sosialisasi berbagai nota kerja sama MoU dengan berbagai lemen Bangsa seperti PLN, Pertamina, Kowani, Seniman. Hal in diharapkan dapat membantu untuk menggelorakan kepedulian semua lapisan masyarakat untuk menyatakan perang terhadap narkoba. Program
juga telah melakukan perancangan untuk melaksanakan Alternative Development
Alternative Development
program tanaman ganja di Aceh dengan meminta
bantuan UNODC dan juga pengajuan anggaran ke DPR.1 1 9
Hasil dari analisis wawancara penulis dengan maya ia mengatakan
bahwa implementasi kerjasama ASEAN dalam menangani masalah narkotika dan obat-obatan terlarang jelas tidak akan efektif bila tidak didukung oleh kebijakan dan strategi penanggulangan oleh negara yang menjadi negara anggota ASEAN khususnya Indonesia. Dengan demikian Indonesia perlu suatu Badan Nasional yang bertugas dan mempunyai fungsi untuk merumuskan arah kebijakan, program aksi dan strategi dalam menangani masalah obat-obatan terlarang di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan panduan oleh seluruh instansi dan lembaga pemerintahan serta organisasi non-pemerintah yang berperan dan terkait dalam upaya
menangani masalah obat-obatan terlarang yang sangat kompleks, berkolerasi dengan banyak faktor, dan menyentuh berbagai aspek kehidupan, terutama
aspek-aspek kehidupan generasi muda selanjutnya.
Isu di Kawasan Asia Tenggara merupakan ancaman yang harus diselesaikan oleh ASEAN sebagai organisasi tertinggi i
kawasan. Akan tetapi, sebagai organisasi yang beranggotakan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara tentunya ASEAN masih mengalam beberapa
119 Wawancara KASUBDIT Kerjasama Regional dan Internasional, Badan Narkotika
Nasional, 9 Februari 2011.
Alternative Development
drugs trafficking
IV.3 Hambatan Kerjasama ASEAN dalam Menangani masalah Narko