Bab V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian
GAMBARAN UMUM MASALAH DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA
III.4. Jalur Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia
85
Fredy B. L. Tobing,
, dalam , Vol 5 No1 November 2002. h. 83.
86 Database Badan Narkotika Nasional http://www.bknn.or.id di akses pada tanggal 8
Desember 2010
III.4. Jalur Peredaran Narkotika dan Obat-obatan Terlarang di Indonesia
yacht
“Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara” Jurnal Global Politik Internasional
Gambar II.3.2.1
Jalur Lalu Lintas Obat-Obatan Terlarang Yang Masuk ke Indonesia
Sumber: Badan Narkotika Nasional http://www.bknn.or.id di akses pada tanggal 8 Desember 201087
Dari gambar peta di atas terlihat, bahwa obat-obatan terlarang yang
masuk ke Indonesia khususnya Jakarta seperti dan
berasal dari negara-negara yang sering disebut atau negara-negara di daerah Bulan Sabit (Iran-Pakistan-Afganistan) dan negara-negara di daerah Segi Tiga Emas atau (Myanmar- Thailand-Laos).demikian juga halnya dengan ganja yang berasal dari Aceh. Dari semua
obat-obatan terlarang yang masuk Indonesia kemudian di distribusikan atau diedarkan secara gelap ke seluruh wilayah Indonesia dan ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Modus operandi penyebaran obat-obat terlarang di Indonesia memang banyak melalui kawasan wisata internasional. Bisnis kargo di kawasan wisata
87
Heroin, Morphin, Hasis
Cocain Golden Crescent
Golden Triangle
sering kali dimanfaatkan oleh jaringan kartel internasional. Para yang berasal selain dari Indonesia memilih pulau Bali, untuk menghindari ketatnya pengamanan di laut Karibia, wilayah teluk Meksiko atau teluk Panama. Para pengedar rela untuk menempuh perjalanan yang
lebih jauh hanya untuk menghindari kawasan-kawasan yang memiliki tingkat pengawasan bea cukai yang lebih ketat. Bali juga menjadi wilayah transit pengiriman narkoba dan Thailand menuju Eropa karena ketatnya pengawasan di Eropa untuk barang impor asal Thailand. Dampaknya ialah banyak
pengedar internasional kelas kakap tertangkap di Bali. Menurut data Kejaksaan Tinggi di Bali, pulau ini telah menjadi surga bagi para
Sebagai contoh, gembong narkoba Kid Mikie, seorang buronan (DEA) AS atas kasus penyelundupan obat terlarang di kawasan segitiga emas.8 8
Wilayah lain yang juga sangat rawan adalah Propinsi Su Utara. Propinsi yang dekat dengan kawasan the dan bertetangga dengan NAD yang memeasok ganja memang sangat rawan, bukan hanya sebagai wilayah transit tetapi juga sebagai sentra penyebarannya. Bahkan data dari Poltabes Medan memperlihatkan bahwa daerah ini sekarang mampu
memproduksi dengan kandungan yang lebih rendah
dibanding produk impor. Untuk produksi ganja, Sumatera Utara juga telah
88 Fredy B. L. Tobing,
, dalam , Vol 5 No1 November 2002. h. 83. drug trafficker
drug trafficker.
Drug Enforcement Administration
Golgen Triangle
ecstasy amphetamine
“Aktifitas Drugs Trafficking Sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara” Jurnal Global Politik Internasional
menyaingi Aceh dengan sentra penanaman di empat kabupaten: Deli Serdang, Simalungun, Tanah Karo dan Tobassa.8 9
Penanaman gelap ganja juga terlihat pada tanah dan iklim yang
memungkinkan ia tumbuh. Di seluruh wilayah Indonesia apalagi tumbuhan ganja dapat juga tumbuh di Kawasan yang membentang amat luas yaitu
daerah tropis dan daerah sub tropis. Daerah NAD adalah sentra penanaman ganja yang terkenal di Indonesi, sejak zaman dahulu kala sudah mengenal, menanam dan mengkonsumsi ganja baik di rokok maupun digunakan sebagai bumbu masak.
Sebagian besar ganja dari NAD diedarkan didalam negeri meliputi
keseluruh propinsi. Lihat gambar dibawah ini yang menerangkan mengenai jalur peredaran ganja di Indonesia.9 0
Sumber: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Pemuda 2002
Dari gambar di atas menunjukkan betapa strategisnya Wilayah Indonesia dan sekitarnya untuk dijadikan kawasan lalu lintas peredaran dan
89 h. 84.
90 Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Pedoman egahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Pemuda 2002.
Gambar II.3.2.2
Jalur peredaran ganja di Indonesia
perdagangan narkoba. Dengan demikian, perkembangan lalulintas perdagangan narkoba yang berlangsung di Kawasan Asia Tenggara semakin memperjelas posisi Indonesia dalam perkembangan lalulintas perdagangan narkoba, ia juga bukan lagi hanya sebagai tempat transit perdagangan dan
peredarannya. Bahkan, Indonesia telah menjadi transit daerah pemasaran dan menjadi produsen narkoba. Pintu masuknya narkoba secara gelap ke Indonesia semakin banyak sehubungan dengan terbukanya jalur transporasi dari luar negeri Iangsung ke kota-kota di Indonesia, baik melalui udara maupun laut.
Tidak mengherankan bila sindikat narkoba internasional mempunyai jaringan di banyak negara termasuk Indonesia. Misalnya,
telah mempengaruhi sebagian masyarakat untuk membantu mengembangkan kegiatan sindikat tersebut. Bahkan beberapa areal telah menjadi daerah basis kegiatan mereka seperti Kampung Bali, Mangga Besar, Tanah Abang dan beberapa tempat lainnya. Warga di wilayah tersebut telah
dijadikan peredaran dan perdagangan gelap narkoba sebagai mata pencaharian pokok mereka.9 1Pada tabel di bawah ini terdapat jumlah kasus narkoba di Indonesia dari tahun 2003-2008.9 2
91
92 Badan Narotika Nasional Republik Indonesia,
. 2009. h. 107.
Nigerian Crime Enterprise
Ibid
ADVOKASI Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Tabel II.3.2.3
Kasus Narkoba di Indonesia Tahun 2003-2008 Kasus No Tahun Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya Jumlah 1. 2003 3.929 2.590 621 7.140 2. 2004 3.874 3.887 648 8.409 3. 2005 8.171 6.733 1.348 16.252 4. 2006 9.422 5.658 2.275 17.355 5. 2007 11.380 9.289 1.961 22.630 6. 2008 10.006 9.780 9.573 29.359 Jumlah 46.782 37.937 16.426 101.145 % 46,36 37,5 16,2 100
Sumber : Badan Narkotika Nasional, ADVOKASI Pencegahan dan Peny an Narkoba 2009 hal 32
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kasus narkotika, psikotropika dan bahan adiktif dari tahun 2003 hingga 2008 cenderung semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 kasus narkotika mencapai 3.929 kasus, pada tahun 2004 kasus ka menurun menjadi 3.874 kasus dan pada tahun 2008 sangat meningkat menjadi 10.006 kasus. Untuk kasus psikotropika pada tahun 2003 sebanyak 2.590 kasus dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 6.733 kasus dan tahu 2008 meningkat hingga 9.780 kasus. Demikian pula dengan kasus bahan a if, yakni pada tahun 2003 mencapai 621 kasus, hingga tahun 2008 terus meningkat sampai 9.573 kasus. Dengan demikian diperoleh gambaran faktual bahwa di Indonesia kasus-kasus penyalahgunaan narkoba cenderung meningkat.
Kegiatan penyediaan, perdagangan dan peredaran narkoba legal yang semakin meningkat tersebut, disebabkan semakin terbukanya kegiatan perdagangan dunia. Kegiatan ini sangat rentan terhadap penyalahgunaan
usaha perdagangan dan peredaran narkoba legal, yang dapat menimbulkan dampak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba semakin meningkat. Fenomena ini dapat terjadi karena perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terutama para remaja dan pemuda yang semakin konsumtif terhadap narkoba, merupakan salah satu faktor meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap di Indonesia. Pemahaman tentang bahaya penyalahgunaan narkoba semakin kurang diperhatikan dan bahkan tertutup, oleh sebab itu banyak orang yang terjerumus uk mengkonsumsinya.
BAB IV