• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan a Integrasi dalam Mata Pelajaran

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

5. Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan a Integrasi dalam Mata Pelajaran

1) RPP

Guru merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru memasukkan nilai karakter yang sesuai dengan pembelajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rb bahwa “Guru disini semua membuat RPP dengan karakter yang diharapkan mbak. Itu tuntutan dari kurikulum KTSP.” Hal ini juga dinyatakan oleh guru- guru kelas:

Sm : “Iya, adakarakter.” (Selasa, 1 Desember 2015)

Sa : “Iya mbak. Ada sisipan karakternya dalam RPP.” (Senin, 30 November 2015)

Sk : “Karakter tercantum dalam RPP.” (Rabu, 2 Desember 2015)

Mj : “Pasti ada nilai karakter yang dikembangkan dalam RPP.

Karakter yang dikembangkan ya sesuai dengan materi dan mata pelajarannya.” (Selasa, 5 Januari 2016)

Ya : “Iya, ada.” (Kamis, 7 Januari 2016)

Pu : “Ada.” (Jumat, 8 Januari 2016)

Ni : “Ada karakter yang dikembangkan.” (Rabu, 6 Januari 2016)

Jk : “Ada beberapa RPP saya yang sudah tidak mencantumkan

karakter yang dikembangkan karena sekarang katanya sudah tidak wajib dituliskan lagi.” (Sabtu, 28 November 2015)

Hal ini diperkuat dengan dokumentasi RPP guru mata pelajaran IPA semester 1 Kelas V materi benda dan sifatnya yang mengembangkan karakter disiplin, peduli lingkungan, dan tanggung jawab (lihat Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran halaman 215).

66 2) Proses Pembelajaran

Berdasarkan pada observasi di kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, dan VB dapat dinyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran sebagai berikut: Semua guru membuka pembelajaran dengan salam. Salah satu siswa memimpin berdoa. Saat siswa berdoa, tidak ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain. Setelah berdoa, siswa menyanyikan lagu wajib nasional. Hal ini berdasarkan observasi peneliti pada 3 kelas yang menyanyikan lagu wajib nasional sebelum pembelajaran. Lagu wajib yang dinyanyikan yaitu Indonesia Raya, Satu Nusa Satu bangsa, dan Garuda Pancasila. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi pembelajaran dan kehidupan sehari-hari siswa baik itu berkaitan dengan alam maupun kegiatan keseharian. (lebih jelas lihat pada lampiran 10. hasil observasi pembelajaran di kelas halaman 179).

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan pembelajaran aktif. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pun bervariasi, tergantung pada materi yang diajarkan. Metode yang dilakukan oleh guru tidak hanya ceramah, akan tetapi juga tanya jawab, diskusi, praktikum, dll. Pembelajaran dilakukan dengan discovery, jadi siswa diajak untuk menemukan dahulu.

Berdasarkan hasil observasi di Kelas VB mata pelajaran IPA, guru menggunakan metode praktikum, yaitu praktikum tentang

67

benda yang termasuk magnetik dan nonmagnetik. Siswa dibentuk kelompok secara acak. Guru memberikan kebebasan dalam isi praktikum, guru hanya memberikan format pengerjaan saja. Sumber belajar yang akan digunakan untuk praktikum pun siswa menentukan sendiri.

Media yang digunakan oleh guru beragam, tidak hanya monoton. Pemilihan media tergantung pada materi yang akan disampaikan. Sumber belajar yang digunakan juga beragam, tergantung pada materi. Sumber belajar bisa berasal dari benda- benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Guru memancing keaktifan semua siswa. Berdasarkan hasil observasi di semua kelas, didapat bahwa guru memberikan kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan dari guru. Guru memberikan pertanyaan, kemudia siswa satu per satu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Ketika siswa maju mempresentasikan hasil diskusinya, siswa yang lain diminta oleh guru untuk tenang dan memperhatikan. Siswa memerhatikan siswa yang maju dan memberi tanggapan apabila ada hasil atau perkerjaan yang kurang sesuai.

Berdasarkan hasil observasi Pembelajaran yang dilakukan oleh Ya, Da, dan Ni, guru tidak akan memperhatikan siswa yang bertanya kurang sopan. Guru menginstruksikan untuk menyelesaikan pekerjaan dahulu baru boleh bertanya jawab dengan

68

guru. Guru juga tidak akan memperhatikan dan menanggapi siswa yang bertanya tidak menggunakan bahasa yang benar. Guru selalu mengingatkan kepada siswa apabila ada siswa yang ramai dan mengganggu teman yang lain.

Ketika guru memberi tugas, siswa segera mengerjakan. Guru memberikan waktu ketika siswa mengerjakan. Mj memberikan waktu sekitar 5-8 menit untuk setiap siswa mengerjakan soal dan tugas. Setelah mengerjakan, siswa menunjukkan kepada guru jawabannya kemudian diberi nilai. Siswa yang mengerjakan lebih dari batas pengerjaan, tidak mendapat nilai dari guru. Siswa berlomba-lomba untuk cepat dalam mengerjakan sehingga mendapat nilai dari guru.

Sekolah mengembangkan kreativitas siswa dengan mata pelajaran SBK. SBK di SD N Plebengan tidak hanya teori akan tetapi juga praktik. Praktik ini tergantung pada tingkatan kelasnya. Untuk kelas rendah, materinya yaitu dengan kegiatan menggambar, menyontoh gambar dengan dikembangkan sendiri, menggambar dengan tema, melipat origami, menggunting, mengelem, dll.

Mata pelajaran SBK di kelas tinggi diajarkan dengan menganyam (dilakukan di kelas 4 untuk menghadapi lomba menganyam tingkat kabupaten). SBK kelas III diajarkan untuk berkreasi dengan melukisi celengan, membuat topi, topeng, patung- patungan dari tanah. SBK kelas V diajarkan dengan membuat

69

kreativitas gasing, miniatur rambu-rambu lalu lintas (mendukung pembelajaran PKn), periskop (mendukung pembelajaran IPA), membuat poster, bingkai foto, dll. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi foto hasil kreativitas siswa kelas IV A yang berupa anyaman (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 1 halaman 207). Guru memancing siswa untuk berprestasi. Setelah mengerjakan soal, siswa mencocokkan. Jawaban siswa ditukarkan kemudian dicocokkan bersama. Hasil tersebut dibahas secara bersama-sama sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Kemudian guru bertanya berapa skor masing-masing siswa dengan mengacungkan tangan.

Tempat duduk siswa berpindah-pindah secara berkala, mayoritas pindahnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat kesempatan yang sama ketika belajar. Semua siswa mengalami duduk di berbagai tempat. Dengan demikian, siswa dapat merasakan apa yang dirasakan teman lain ketika duduk di suatu tempat duduk. Di kelas tinggi, bentuk tempat duduk berubah ubah, terkadang biasa, terkadang betuk U, dan terkadang bentuk huruf Z. Dalam menentukan tempat duduk, guru kelas rendah menentukan siswa duduk dimana. Sedangkan untuk kelas tinggi, syarat dari guru adalah berpindah dari tempat sebelumnya dan berganti teman duduk.

70

Guru menyisipkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, baik itu peduli lingkungan, kejujuran, dll. “Dalam penyisipan pendidikan karakter dalam pembelajaran, sudah secara spontan diberikan oleh guru. Terkadang tidak terorganisir mau menyisipkan karakter apa” (Jk, 28 November 2015). Guru sudah secara spontan dalam mendidik karakter siswa ketika pembelajaran. Tanpa direncanakan, guru mendidik karakter ketika ada kejadian siswa yang perlu untuk dididik karakternya.

b. Mata Pelajaran dalam Mulok

Muatan Lokal yang diajarkan di SD N Plebengan adalah Bahasa Jawa, Pendidikan Batik, dan Bahasa Inggris. Hal ini berdasarkan pada dokumen kurikulum SD N Plebengan. Setiap mulok mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Mulok Bahasa Jawa diajarkan di semua kelas, yaitu kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Alokasi waktu untuk bahasa jawa adalah 2 jam pelajaran/minggu. Materi dalam mulok bahasa jawa yaitu unggah- ungguh basa, unggah-ungguh dalam bersikap dan bertingkah laku, dan budaya jawa. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada kelas IIA (Senin, 30 November 2015), guru mengajarkan pembelajaran mulok dengan unggah-ungguh basa ketika bertemu dengan guru atau orang yang lebih tua dan unggah-ungguh terkait sikap dan tingkah laku yang sebaiknya dilakukan siswa.

71

Pendidikan Batik mendapat alokasi waktu 1 jam pelajaran untuk kelas 1, 2, dan 3. Sedangkan kelas 4, 5, dan 6 mendapat alokasi waktu 2 jam pelajaran. Pembelajaran Batik berbeda-beda di setiap tingkatannya. Kelas rendah diisi dengan mengenal motif-motif batik dan menggambar batik.

Kelas tinggi diajarkan teknik-teknik membatik sampai praktik membatik. Kelas V juga diajarkan batik motif dan praktik membuatnya. Selain kelas V, kelas IV pun juga ada praktik membuat batik. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Kamis, 14 Januari 2016, Pembelajaran Batik di kelas 4 A dan B diisi dengan membuat batik celup. Hal ini diperkuat dengan dokumentasi peneliti ketika siswa proses membuat batik celup (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 2 halaman 207).

Mulok Bahasa Inggris belum diajarkan di kelas rendah. Bahasa Inggris mulai diajarkan pada kelas 4, 5, dan 6. Alokasi waktu untuk bahasa Inggris adalah 2 jam pelajaran.

c. Terintegrasi dalam Program Pengembangan Diri 1) Kegiatan rutin sekolah

a) Religius

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat kegiatan rutin dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Selasa, 1 Desember 2015 siswa kelas VI shalat dhuhur berjamaah. Rabu,

72

2 Desember 2015, siswa kelas VI A dan VI B shalat dhuhur berjamaah di Masjid Al Ihsan. Guru mendampingi siswa shalat berjamaah. Rabu, 13 Januari 2016, setelah pelajaran selesai, ada jeda sebelum tambahan pelajaran, siswa kelas VI, V, dan IV shalat jamaah dhuhur terlebih dahulu di Masjid Al Ihsan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa dan guru berikut.

Ki : “Setiap senin-rabu shalat jamaah disini”. (Senin, 7 Desember 2015)

Ag : “Ya sering kesini kalau mau shalat. Bersama teman- teman”. (Senin, 7 Desember 2015)

Po : “Sekolah membiasakan untuk shalat dhuhur jamaah

sebelum nanti les”. (Kamis, 18 Desember 2015)

Selain itu, setiap sebelum pelajaran dan setelah pelajaran dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu. Berdasarkan hasil observasi peneliti di dalam kelas, sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berdoa dan salam. Suasana berdoa pun tenang, tidak ada yang mengganggu. Kepala sekolah menyatakan bahwa “Sebelum memulai pembelajaran guru mengucapkan salam terlebih dahulu. Siswa berdoa.” Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru:

Mj : “Sebelum berdoa saya menegaskan kalau berdoa itu tidak boleh sembarang, meminta kepada Allah itu yang baik, tidak boleh sembarangan. Kalau anak-anak minta ke Allah tulus, insya Allah akan dimudahkan juga oleh Allah”. (Selasa, 5 Januari 2016)

Sm : “Berdoa sebelum dan setelah pembelajaran”. (Selasa, 1 Desember 2015)

Guru agama Islam memberikan pendampingan tambahan Al-Quran untuk siswa yang kurang dalam kemampuan baca Al-

73

Quran. Selain itu ada program tahunan dalam perayaan keagamaan dan ada kegiatan pesantren kilat, maulid nabi, dan infak setiap hari jumat yang dikumpulkan untuk membeli hewan kurban. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari guru agama Islam dan dewan sekolah:

Po : “Kalau ada anak yang kurang bisa membaca Al-Quran, ya

kita bantu bimbing, kalau memang membutuhkan lebih, ya kita bekerjasama dengan TPA di Masjid Al-Ihsan, masjid dekat SD ini. Infak yang dikumpulkan siswa setiap jumat dikumpulkan untuk membeli hewan kurban. Perayaan hari besar ya itu idul adha menyembelih hewan kurban, peringatan maulid nabi, dll. Sebelum ujian pun ada doa bersama”. (Kamis, 18 Desember 2015)

Sd : “Kalau bulan puasa ya siswa diajarkan untuk puasa. Bulan ramadhan ada pantauan dengan buku ramadhan. Buku tersebut dimintakan tanda tangan takmir. Ada buka bersama siswa dan guru, dengan diisi pengajian”. (Selasa, 12 Januari 2016)

Jk : “Setiap jumat siswa infak. Infak besuk untuk beli sapi biasanya. Kalau kurang ya guru juga iuran infak”. (Sabtu, 28 November 2015)

Dokumentasi kegiatan keagamaan pesantren kilat menguatkan adanya implementasi nilai karakter religius (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 3 halaman 207).

b)Jujur

Setiap ulangan, baik itu ulangan harian maupun ulangan semester, siswa tidak menyontek. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada kelas 2B dan 3B ketika mengerjakan soal, siswa tidak ada yang menengok kanan-kiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa:

74

Na : “Ya kalau ulangan mengerjakan sendiri.” (Senin, 7 Desember 2015)

Ma : “Terkadang kalau saya tidak bisa mengerjakan ingin lihat punya teman, tetapi bu guru mengingatkan, tidak jadilah.” (Selasa, 8 Desember 2015)

Mi : “Dosa mbak. Saya usaha saja.” (Selasa, 15 Desember 2015)

Hal ini diungkapkan juga oleh guru:

Sa : “Tenang mbak karena ada guru yang menunggui.” (Senin, 30 November 2015)

Sk : “Anteng kalau ujian. Diawasi.” (Rabu, 2 Desember 2015) Sm : “Karena ada mbak disini, jadi anteng, biasanya ya saya

yang mengingatkan siswa.” (Selasa, 1 Desember 2015) SD N Plebengan ada koperasi sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah,

“Koperasi sekolah disini merupakan koperasi kejujuran. Siswa mengambil sendiri, kembalian ambil sendiri, misal tidak ada kembalian baru matur bu guru. Disana sudah ada daftar harganya, jadi anak tahu sendiri berapa harganya.” Hal ini didukung dengan pernyataan guru dan siswa: Sa : “Anak-anak membeli alat tulis di koperasi kejujuran ini.

Siswa mengambil sendiri dan membayar sendiri.” (Senin, 30 November 2015)

En : “Saya membeli di koperasi kejujuran mengambil sendiri.” (Sabtu, 5 Desember 2015)

Li : “Mengambil sendiri mbak kalau membeli di koperasi.” (Sabtu, 5 Desember 2015)

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa membeli alat tulis di koperasi kejujuran sekolah. Koperasi kejujuran sekolah berada di ruang guru. Beberapa siswa yang membeli di koperasi membayar sendiri dan mengambil keembalian sendiri. Adanya koperasi kejujuran ini diperkuat dengan dokumentasi peneliti ketika ada siswa sedang membeli di koperasi kejujuran pada

75

hari Rabu, 13 Januari 2016 (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 4 halaman 207).

c) Toleransi

Berdasarkan hasil observasi, siswa menghargai teman yang berbeda agama ketika bermain. Siswa bergaul dan akrab dengan semua teman walaupun berbeda agama. Selain itu, ketika ada teman baru yang berbeda suku, siswa menghargai dengan berbahasa Indonesia ketika berbicara, dan membantu teman yang baru untuk mengenal Bahasa Jawa. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dw, “Saya baru disini, saya betah, teman-teman banyak membantu saya mengenal Bahasa Jawa dan dihargai kalau saya belum bisa lancar berbahasa Jawa.” (Senin, 14 Desember 2015)

d)Disiplin

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa berangkat sekolah tepat waktu. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 1 Desember 2015, 8 Desember 2015, 6 Januari 2016, 9 Januari 2016, dan 26 Januari 2016 siswa berangkat tepat waktu. Bel masuk sekolah pukul 07.00.

Berdasarkan hasil observasi, setiap hari senin SD N Plebengan mengadakan upacara bendera. Upacara bendera diikuti siswa dengan tertib. Semua siswa menggunakan atribut lengkap. Ketika hormat pada bendera, semua hormat. Hal sesuai

76

dengan dokumentasi siswa ketika upacara bendera (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 7 halaman 208).

Siswa mengikuti senam dengan tertib walaupun ketika senam masuknya lebih awal yaitu 6.30. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada hari Jumat tanggal 27 November 2015, ada 1 siswa kelas 1 dan 1 siswa kelas 3 terlambat 5 menit ketika senam (06.35). Pada tanggal 4 Desember 2015 dan 8 Januari 2016, semua siswa sudah bersiap untuk senam sejak pukul 06.25. Senam di mulai pukul 06.30 dan semua siswa sudah hadir. Awal semester siswa agak susah untuk dibiasakan senam pagi, akan tetapi sekarang sudah tertib. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru Ta, “Awalnya dulu iya. Akan tetapi lama-lama anak-anak sudah tahu sendiri. … Sekarang Siswa sudah terbiasa dan mempunyai kesadaran untuk senam.” (Jumat, 4 Desember 2015).

Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa:

De : “Saya berusaha agar sampai di sekolah tepat waktu.” (Selasa, 15 Desember 2015)

Ay : “Kalau terlambat ditegur pak guru, jadi saya tidak mau lagi.” (Selasa, 15 Desember 2015)

Da : “Kalau terlambat upacara suruh maju di depan, saya malu, tidak mau.” (Selasa, 12 Januari 2016)

Berdasarkan hasil observasi peneliti di beberapa kelas, guru memberi tugas kepada siswa. Tugas tersebut diberi waktu mengerjakan dan terakhir dikumpulkan beberapa menit atau hari. Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas VA (Selasa, 5

77

Januari 2016), guru mengatakan 8 menit mengerjakan, setelah 8 menit ya pekerjaan dikumpulkan di depan.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa:

Si : “Bu Mj itu kalau mengerjakan soal diberi waktu 8 menit ya 8 menit harus sudah selesai.” (Selasa, 15 Desember 2015) Sa : “Tidak bisa telat selesai mengerjakannya.” (Selasa, 15

Desember 2015)

Berdasarkan hasil wawancara, siswa mengerjakan PR yang diberikan oleh guru:

Na : “Saya mengerjakan PR.” (Senin, 7 Desember 2015)

Ma : “Selalu saya kerjakan, lha ada sanksi e.” (Selasa, 8 Desember 2015)

Bi : Pasti. Takut suruh pulang.” (Selasa, 15 Desember 2015) Siswa memilih untuk mengerjakan PR karena ada sanksi apabila tidak mengerjakan PR. Sanksi tidak mengerjakan PR di setiap kelas berbeda-beda, mayoritas sanksinya yaitu harus pulang untuk meminta tanda tangan orang tua terkait surat keterangan dan alasan tidak mengerjakan PR.

e) Demokratis

Berdasarkan hasil wawancara, didapat bahwa dalam pembuatan tata tertib dan penentuan ketua kelas ditentukan secara musyawarah. Hal ini dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Hal ini dinyatakan oleh siswa:

Mi : “Dipilih sekelas di awal semester satu dulu mbak.” (Selasa, 15 Desember 2015)

He : “Dipilih ketuanya, sekelas. Kesepakatan awal tahun.” (Selasa, 8 Desember 2015)

78

En : “Milih ketua sama menentukan tata tertib kelas mbak, dulu bulan Juli.” (Sabtu, 5 Desember 2015)

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari guru: Mj : “Ya saya termasuk guru yang disiplin mbak. Ketika awal

masuk kelas 5B, saya menegaskan kepada anak pentingnya disiplin. Disiplin itu berguna untuk siapa? Tujuan disiplin untuk siapa? Bukankan tujuan disiplin itu untuk kamu sendiri anak-anak? Kesepakatan awal saat awal semester 1, kalau guru sedang menerangkan, siswa mendengarkan dan memerhatikan … Ketua ditentukan secara voting.” (Selasa, 5 Januari 2016)

Ya : “Awalnya secara klasikal diajarkan. Mengajarkan etika dihubungkan dengan aturan di kelas. Siswa diberi tahu mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk. Tata tertib di kelas, contohnya datang tepat waktu, di dalam kelas harus tenang, tidak membuat gaduh di dalam kelas, tidak bermain saat pembelajaran di kelas, dll. Ketua kelas pun ditentukan pada awal pelajaran.” (Kamis, 7 januari 2016)

Mayoritas di semua kelas mengadakan pemilihan ketua kelas pada awal masuk semester 1. Pemilihan ketua kelas dilakukan dengan voting. Hal ini mendukung adanya kegiatan demokrasi di SD N Plebengan.

f) Semangat Kebangsaan

Kegiatan rutin diselenggarakan setiap tanggal 21 April adalah hari kartini. Siswa di SD N Plebengan menggunakan baju adat jawa untuk memeringati hari kartini. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Jk yang menyatakan bahwa “Setiap 21 April kita nyandang jawa. Tidak hanya itu, setiap tanggal 20 guru wajib menggunakan pakaian adat jawa.” (Sabtu, 28 November 2015). Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ni

79

bahwa “Peratuan dari pemerintah, setiap tanggal 20 memakai kebaya.” (Rabu, 6 Januari 2016). Hal ini diperkuat dengan dokumentasi siswa dan guru berpakaian adat jawa (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 8 halaman 208).

g) Cinta Tanah Air

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, menyatakan bahwa “Sebelum memulai pembelajaran guru mengucapkan salam terlebih dahulu. Siswa berdoa. Setelah itu menyanyikan lagu wajib nasional.” Hal ini dinyatakan juga oleh guru:

Ya : “Ya dibiasakan mbak, agar bisa hafal lagu-lagu wajib dan daerah” (Kamis, 7 Januari 2016)

Rb : “Setiap sebelum pelajaran nyanyi lagu wajib dulu.” (Jumat, 27 November 2015)

Hal ini diperkuat dengan hasil observasi peneliti pada hari Rabu, 6 Januari 2016 di kelas IA dan IB, siswa dipimpin oleh guru menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Berdasarkan hasil observasi, siswa membeli makanan di kantin sehat sekolah. Kantin sehat sekolah menjual makanan buatan penjual sendiri, sehingga makanan yang dijual sehat dan tidak mengandung bahan pengawet. Makanan yang dijual berupa jajanan pasar, es teh, es jeruk, roti lapis, siomay, soto, dll. Hal ini didukung dengan pernyataan kepala sekolah,

80

“Kebijakan sekolah sejak kantin tersebut jadi, kalau bisa makanan yang dijual itu disajikan langsung makanan buatan penjual itu sendiri. Mereka masuk disini. Bisa dilihat.”

h)Menghargai Prestasi

SD N Plebengan sering mengikuti lomba-lomba baik itu ditingkat kecamatan, kabupaten, ataupun provinsi. Lomba yang diikuti tidak hanya lomba yang akademik tetapi juga lomba yang nonakademik. Berikut beberapa contoh hasil prestasi siswa:

a) Lomba Matematika Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013, b) Lomba IPS Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013,

c) Lomba IPS Juara II tingkat Kabupaten tahun 2013, d) Hasil UN Juara I tingkat Kecamatan tahun 2013, dll

(hasil prestasi akademik selengkapnya terlampir)

Lomba dalam bidang nonakademik yang diikuti siswa juga banyak:

a) Lomba menulis pantun/sajak Juara II tingkat Kabupaten tahun 2012,

b) Cerdas Cermat TVRI Juara III babak final tahun 2012, c) Lomba Karate Perorangan Juara III tingkat Provinsi tahun

2012,

d) Lomba Drumband Polisi Sahabat Anak Juara II tingkat Kabupaten tahun 2013,

e) Lomba menganyam Juara III tingkat Kabupaten tahun 2013, f) Lomba INKAI Putra Juara II tingkat Kabupaten Bantul tahun

2015.

g) Lomba Kasti Putra Juara II tingkat Kecamatan tahun 2015, h) Lomba Kasti Putri Juara I tingkat Kecamatan tahun 2015, i) Lomba Sekolah Sehat Juara III tingkat Kabupaten tahun

2015, dll

81

SD N Plebengan telah meraih + 77 piala kejuaraan. Hal ini diperkuat dengan foto piala-piala yang ada di SD Plebengan (lihat Lampiran 15. dokumentasi gambar 9 halaman 208). Setiap awal tahun ajaran baru, siswa yang juara di kelas, mendapatkan reward dari sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil dokumentasi ketika pembagian reward (hadiah) dari sekolah. i) Bersahabat

Berdasarkan hasil observasi peneliti, siswa pindahan yang baru masuk di SD Plebengan dibantu oleh teman-temanya. Ketika ada siswa yang kesulitan, dibantu. Ketika ada yang jatuh, siswa bersedia menolong (Senin, 11 Januari 2016). Hal ini dinyatakan oleh Sd (Selasa, 12 Januari 2016) bahwa “Ditanamkan anak jika ada yang jatuh ditolong, bukan ditertawakan.”

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa berikut.

Li : “Ya kalau teman saya ada yang jatuh saya bantu. Kasihan kalau ditertawakan.” (Sabtu, 5 Desember 2015)

Bi : “Saya tertawakan.” (Selasa, 15 Desember 2015)

En : “bantu mbak.” (Sabtu, 5 Desember 2015)

Ki : “Kemarin saat aku jatuh ditolong Li.” (Kamis, 14 Januari 2016)

Berdasarkan hasil obsevasi, siswa bersahabat dengan semua teman. Ketika bermain di halaman sekolah, siswa terlihat akrab. Siswa bermain gatheng bersama, bermain kejar-kejaran, petak umpet, dan dakon.

82

Siswa berbahasa dengan baik, baik dengan guru dan sesama temannya. Hal ini berdasarkan hasil observasi peneliti ketika siswa membeli makanan di kantin, siswa berbahasa kepada penjual makanan di kantin (Senin, 11 Januari 2016). Ketika siswa di perpustakaan mengembalikan buku, siswa menggunakan Bahasa Jawa Halus ataupun Bahasa Indonesia dengan penjaga perpustakaan. Berdasarkan hasil observasi siswa, siswa mengucapkan salam dan berjabat tangan guru dan tamu yang siswa temui baik itu di kelas ataupun ketika siswa