• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD N PLEBENGAN, BAMBANGLIPURO, BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD N PLEBENGAN, BAMBANGLIPURO, BANTUL."

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD N PLEBENGAN, BAMBANGLIPURO, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Eva Zuniana Nurohmah NIM 12108241099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD N PLEBENGAN, BAMBANGLIPURO, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Eva Zuniana Nurohmah NIM 12108241099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

v MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(Terjemahan Qs. Ar Ra’ad 13: 11)

Niatkan semua ikhtiar karena Allah, tidak ada yang tidak mungkin selama terus mencoba.

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Skripsi ini dengan mengharap ridha Allah SWT, peneliti persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua.

(8)

vii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SD N PLEBENGAN, BAMBANGLIPURO, BANTUL

Oleh

Eva Zuniana Nurohmah NIM 12108241099

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan, implementasi pendidikan karakter, dan langkah yang dilakukan guru dalam membangun budaya kelas untuk mendidik karakter siswa SD N Plebengan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa di SD N Plebengan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan langkah-langkah: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber data dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan ada 18 nilai karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Implementasi pendidikan karakter dilaksanakan melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, pada pelaksanaan ekstrakurikuler, dan pada pelaksanaan bimbingan konseling. Ada 6 langkah yang dilakukan guru dalam membangun budaya kelas untuk mendidik karakter siswa SD N Plebengan yaitu membuat kesepakatan awal, memberi contoh yang konsisten dan tanggung jawab, mengawasi dan mengondisikan, mengarahkan dan mengontrol, pembiasaan, dan tindak lanjut.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rosulluah SAW. Penulis menghaturkan syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan Falkultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Anwar Senen, M. Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dr. Rukiyati, M. Hum selaku penguji utama dan Bapak Fathurrohman, M. Pd. sebagai sekretaris penguji, yang telah memberikan masukan

(10)

ix

6. Ibu Kepala Sekolah SD N Plebengan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD N Plebengan.

7. Seluruh bapak dan ibu guru, karyawan, dan siswa SD N Plebengan yang membimbing dan membantu dalam penelitian skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa, kasih sayang, dukungan, dan banyak hal yang telah diberikan.

9. Adik-adikku yang telah memberikan doa dan dukungan.

10.Teman-teman kelas E PGSD UNY 2012 yang selalu memberi dukungan. 11.Kakak-kakak tingkat yang telah memberikan dukungan.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini.

Semoga segala bantuan, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis diterima dan mendapat balasan pahala terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, April 2016

(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL i

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGESAHAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Fokus Masalah 5

D. Rumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Karakter 7

1. Pengertian Karakter 7

2. Tujuan Pendidikan Karakter 9

3. Pengembangan Pendidikan Karakter 13

4. Peran Komponen Sekolah 23

B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 30

C. Kerangka Berpikir 43

(12)

xi

E. Pertanyaan Penelitian 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian 50

B. Setting Penelitian 50

C. Objek dan Subjek Penelitian 51

D. Sumber Data 52

E. Instrumen Penelitian 53

F. Teknik Pengumpulan Data 53

G. Teknik Analisis Data 55

H. Keabsahan Data 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 59

1) Deskripsi SD N Plebengan 59

2) Lokasi Sekolah 60

3) Visi, Misi, dan Tujuan SD N Plebengan 61

4) Nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan 63 5) Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan 65

a. Integrasi dalam Mata Pelajaran 65

b. Mata Pelajaran dalam Mulok 70

c. Pengembangan Diri 71

6) Langkah Guru dalam Membangun Budaya Sekolah untuk

Mendidik Karakter Siswa SD N Plebengan 108

B. Pembahasan 115

1. Nilai karakter yang dikembangkan di SD N Plebengan 115 2. Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan 115 a. Nilai Karakter melalui Proses Pembelajaran 115

b. Nilai Karakter dalam Peraturan Sekolah 120

c. Nilai Karakter pada Pelaksanaan Ekstrakurikuler 136 d. Nilai Karakter pada Pelaksanaan Bimbingan Konseling 138 3. Langkah Guru dalam Membangun Budaya Sekolah untuk

Mendidik Karakter Siswa SD N Plebengan 139

(13)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 145

B. Saran 146

DAFTAR PUSTAKA 147

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir Implementasi Pendidikan Karakter 45

Gambar 2. Komponen dalam Analisis Data 1 55

Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data 2 56

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Lembar Observasi Siswa dalam Mata Pelajaran dan Mulok 151 Lampiran 2. Lembar Observasi Siswa di Lingkungan Sekolah 153

Lampiran 3. Lembar Observasi Guru 155

Lampiran 4. Lembar Observasi Kepala Sekolah 158

Lampiran 5. Lembar Observasi Sekolah 159

Lampiran 6. Lembar Wawancara Kepala Sekolah 161

Lampiran 7. Lembar Wawancara Guru 162

Lampiran 8. Lembar Wawancara Dewan/Komite Sekolah 163

Lampiran 9. Lembar Wawancara Siswa 164

Lampiran 10. Hasil Wawancara Kepala Sekolah 165

Lampiran 11. Hasil Wawancara Guru 168

Lampiran 12. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Observasi

Siswa di Lingkungan Sekolah 170

Lampiran 13. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Dewan/Komite

Sekolah 180

Lampiran 14. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil

Wawancara Siswa 201

Lampiran 15. Dokumentasi Foto 207

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas V Semester 1

Materi Benda dan Sifatnya 215

Lampiran 17. Jadwal Kegiatan Penelitian 219

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakter merupakan akhlak seseorang. Hal ini sejalan dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter berhubungan dengan akhlak dan budi pekerti yang menjadi ciri masing-masing individu. Hal ini diperkuat dengan pendapat Novan Ardy Wiyani (2013: 25) yang mengemukakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan individu lainnya.

Nilai karakter ada 18. Nilai karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 9-10). Nilai karakter tersebut sebaiknya diajarkan kepada siswa sejak dini.

(17)

2

dapat diimplementasikan baik di sekolah maupun di masyarakat. Pendidikan karakter diimplementasikan salah satunya melalui pendidikan formal, dalam hal ini yaitu sekolah dasar.

Nilai karakter yang dimiliki setiap individu mengambarkan suatu nilai-nilai karakter atau budaya bangsa bagi individu tersebut. Jika sikap setiap individu itu di suatu negara rendah maka dapat dikatakan bahwa nilai karakter atau budaya yang dimiliki warganya itu juga rendah. Oleh karena itu, pendidikan karakter dalam diri seseorang sangat penting ditanamkan sejak dini sehingga akan lebih baik dibandingkan penanamannya dilakukan saat anak beranjak remaja.

(18)

3

Hasil observasi di SD N Plebengan berbeda dengan hasil observasi di kedua SD diatas. Ketika ada guru/tamu datang, siswa langsung menyapa dan berjabat tangan. Tamanisasi di depan-depan kelas dirawat dengan baik, tidak ada tanaman yang layu ataupun mati. Terdapat tanaman apotik hidup di halaman sekolah. Apotik hidup dirawat dengan baik, tidak ada rumput liar, tanaman terlihat segar dan tidak ada yang layu. Halaman sekolah pun walaupun sudah siang, masih terlihat bersih, tidak ada sampah yang berserakan. Tempat sampah yang tersedia diletakkan di depan-depan kelas dan tempat-tempat yang strategis seperti kantin.

Sekolah Dasar Negeri Plebengan merupakan satu-satunya Sekolah Dasar yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Dasar Kecamatan Bambanglipuro untuk mengikuti lomba sekolah sehat. SD N Plebengan mendapatkan peringkat III se-Kabupaten Bantul. Semua Sekolah Dasar sudah menyelenggarakan pendidikan karakter yang diintruksikan oleh pemerintah. SD N Plebengan terlihat lebih menonjol dalam implementasi pendidikan karakter dibandingkan dengan kedua sekolah dasar yang lain.

(19)

4

SD N Plebengan tidak hanya kognitif yang diunggulkan, akan tetapi juga afektif dan psikomotor. Ranah afektif yang dikembangkan yaitu karakter. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, SD tersebut mengembangkan beberapa pembiasaan yang menunjang implementasi pendidikan karakter. Selain itu, juga ada ekstrakurikuler pramuka, olahraga, drumband, dan karawitan yang menunjang siswa untuk mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti “Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka didapatkan identifikasi permasalah sebagai berikut.

1. Sekolah Dasar Negeri Plebengan berbeda dengan sekolah dasar yang lain dalam implementasi pendidikan karakter.

2. Ketika ada guru/tamu datang, siswa langsung menyapa dan berjabat tangan.

3. Tamanisasi di depan-depan kelas dirawat dengan baik, tidak ada tanaman yang layu ataupun mati.

4. Terdapat tanaman apotik hidup di halaman sekolah.

5. Walaupun sudah siang hari, halaman sekolah masih terlihat bersih, tidak ada sampah yang berserakan.

(20)

5 C. Fokus Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, penelitian ini difokuskan pada Implementasi Pendidikan Karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraiakan diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Secara teoretis:

Memberikan gambaran implementasi pendidikan karakter yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.

2. Secara praktis: a. Bagi Sekolah

(21)

6

2) Meningkatkan motivasi sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.

b. Bagi Guru

1)Memberikan gambaran kepada guru dalam implementasi pendidikan karakter melalui proses pembelajaran.

(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik nilai-nilai karakter. Menurut Ratna Megawangi (Dharma Kesuma dkk, 2013: 5), “Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Hal ini sejalan dengan Lickona (Berkowitz dan Bier, 2005: 2), “Character education is the deliberate effort to develop good character based on core virtues that are

good for the individual and good for society”. Berdasarkan kedua pendapat diatas, pendidikan karakter didefinisikan sebagai usaha untuk mendidik siswa agar menjadi individu yang baik. Individu yang menerapkan nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi positif di masyarakat.

(23)

8

anak didik dapat berpengaruh pada tingkah lakunya sehari-hari, baik di lingkungan pendidikan maupun di luar lingkungan pendidikan. Dalam lingkup pendidikan di sekolah, pendidikan karakter dilaksanakan untuk membina akhlak anak berdasarkan norma dan nilai dari Tuhan YME dan mempengaruhi tingkah laku siswa sehari-hari baik di lingkungan sekolah, ataupun di luar lingkungan sekolah.

David Elkind dan Freddy Sweet (Sri Narwanti, 2011: 15) memaknai pendidikan karakter sebagai berikut.

Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon care ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even ini the face of pressure from without and temptation from within.

(24)

9

dan siswa yang lebih tua mempengaruhi kesuksesan implementasi pendidikan karakter siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha untuk mendidik akhlak siswa agar menjadi individu yang baik tingkah lakunya di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pendidikan karakter meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Semua komponen sekolah berperan dalam pendidikan karakter agar sukses dalam implementasinya. Proses pendidikan karakter yaitu menanamkan, memberi teladan, dan juga memfasilitasi siswa.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter mengarahkan pada akhlak mulia. Hal ini sejalan dengan Sri Narwanti (2011: 16) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang dengan standar kompetensi lulusan.

(25)

10

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung

jawab”. Mengacu pada UU tersebut maka pelaksanaan pendidikan karakter

sudah sejalan dengan dengan tujuan pendidikan nasional.

(26)

11

dalam kehidupan di lingkungan siswa berada. Belajar menjadi seseorang yang seutuhnya (learning to be) yaitu menjadi individu yang unggul. Individu yang unggul diperkuat dengan karakter yang kuat. Siswa dididik dan dibimbing untuk menjadi diri sendiri dengan karakter masing-masing.

Menurut Dharma Kesuma, dkk (2013: 9), tujuan pendidikan karakter dapat dibagi dalam:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian dan kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan. b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter bersama.

(27)

12

Koreksi ini yang meluruskan perilaku negatif siswa menjadi perilaku yang positif.

Penerapan pendidikan karakter di lingkungan sekolah merupakan tanggung jawab semua warga sekolah, baik itu guru, perserta didik, dan karyawan. Interaksi yang positif diciptakan baik itu di dalam kelas antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, ataupun di luar kelas. Interaksi tersebut mempengaruhi perilaku anak.

Siti Irene Astuti Dwiningrum (2013: 144) mengatakan, “The purpose of Character Education:

a. Develop potential heart / conscience / affective learner;

b. Develop habits and behavior of the students is commendable and in line with universal values and cultural traditions;

c. Instill a spirit of leadership and responsibility as the next generation of learners race;

d. Develop students' ability to be an independent man, creative, and national vision;

e. Develop within the school as a learning environment that is peaceful, honest, full of creativity and friendship, and with a high national feeling and full strength.”

(28)

13

bersahabat, dan dengan jiwa nasionalis yang tinggi dan penuh dengan kekuatan. Jadi pendidikan karakter mengembangkan ranah afektif siswa agar mempunyai potensi hati yang berkarakter. Pendidikan karakter mengembangkan agar siswa mempunyai kebiasaan nilai karakter baik dan menciptakan lingkungan yang baik untuk siswa. Siswa sebagai generasi penerus bangsa disiapkan agar bertanggung jawab dan mempunyai jiwa kepemimpinan. Siswa dikembangkan agar menjadi orang yang kreatif, semangat kebangsaan, cinta tanah air, jujur, dan bersahabat.

Berdasarkan uraian beberapa tujuan diatas, disimpulkan bahwa tujuan adanya pendidikan karakter yaitu membentuk manusia yang berkarakter, dan berakhlak mulia. Berkarakter bukan sekedar ranah kognitif akan tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Ketiga ranah ini dikembangkan agar menjadikan insan yang berilmu dan berkarakter. 3. Pengembangan Pendidikan Karakter

Pengembangan pendidikan pendidikan karakter terdapat beberapa strategi. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011: 14), ada 3 strategi pengembangan pendidikan karakter, yaitu:

Tabel 1. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter.

Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP a. Integrasi dalam Mata

Pelajaran

Mengembangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah sesuai dengan nilai yang diharapkan.

b. Integrasi dalam muatan lokal

1) Ditetapkan oleh Satuan Pendidikan/Daerah. 2) Kompetensi dikembangkan oleh Satuan

Pendidikan/Daerah. c. Kegiatan

pengembangan diri

1) Pembudayaan dan Pembiasaan a) Pengondisian

(29)

14

c) Kegiatan spontan d) Keteladanan 2) Ekstrakurikuler

Pramuka; PMR; UKS; Olahraga; Seni; OSIS

3) Bimbingan Konseling

Pemberian layanan bagi peserta didik yang mengalami masalah.

Strategi pengembangan pendidikan karakter: a. Integrasi dalam mata pelajaran

(30)

15 1) PBL (Problem Based Learning),

PBL merupakan pembelajaran berbasis masalah. Bukan hanya guru yang aktif, akan tetapi membutuhkan kolaborasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Ada 8 nilai karakter yang diimplementasikan pada strategi pembelajaran PBL, yaitu tanggung jawab, kerja keras, toleransi, demokratis, peduli lingkungan, peduli sosial, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air (Suyadi, 2013: 134-135). Tidak hanya 8 nilai karakter tersebut yang dapat diintegrasikan dalam PBL, akan tetapi semua nilai karakter bisa diintegrasikan dalam PBL.

2) Pembelajaran Kooperatif

(31)

16 3) Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang langsung dalam kehidupan nyata. Siswa mengalami sendiri pembelajaran secara langsung. Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental (Hamruni, 2011: 151). Guru menggunakan contoh konkret. Model-model yang ada di lingkungan memberikan rangsangan kepada peserta didik memberikan tindak balas jika rangsangan tersebut terkait dengan keadaan peserta didik (Agus Supyijono, 2011: 47). Contoh konkret dan berada dekat dengan peserta didik memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. b. Integrasi dalam Muatan Lokal

Pemilihan muatan lokal yang akan digunakan oleh sekolah ditentukan oleh daerah dan satuan pendidikan itu sendiri. Kompetensi yang dikembangkan pun diserahkan kepada sekolah/daerah. Muatan lokal di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini bergantung pada lingkungan budaya dan kebutuhan daerah dimana sekolah berada.

(32)

17

Mata pelajaran yang mendukung pengembangan nilai-nilai karakter dalam muatan lokal diharapkan peserta didik:

1) mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;

2) memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, serta pengetahuan mengenai daerahya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat yang pada umumnya sebagai bekal menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari; dan

3) memiliki perilaku dan sikap yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, yaitu melestarikan nilai luhur budaya setempat (Syamsul Kurniawan, 2013: 113).

Pembelajaran muatan lokal bertujuan untuk mengembangkan nilai cinta tanah air. Mulok mengajarkan pengetahuan mengenai daerah siswa tinggal. Oleh karena itu. masing-masing daerah pembelajaran mulok berbeda. Mulok mengajarkan nilai-nilai yang diajarkan didareah tersebut, baik itu karakternya maupun budayanya.

c. Kegiatan Pengembangan Diri 1) Pengembangan budaya sekolah

(33)

18

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya (Novan Ardy Wahyuni, 2013: 99). Interaksi tersebut antara pendidik dengan pendidik, pendidik dengan peserta didik, antar anggota masyarakat dan peserta didik. Proses pendidikan karakter melibatkan peserta didik secara aktif dalam semua kegiatan sehari-hari peserta didik di sekolah. Semua warga sekolah terutama peserta didik dan guru dalam merawat, memanfaatkan, dan memelihara sarana prasarana pembelajaran serta lingkungan sekolah yang diperlukan untuk membangun nilai-nilai karakter.

Proses implementasi pendidikan karakter melibatkan siswa secara aktif dalam keseharian siswa di sekolah. Kepala sekolah, pendidik, karyawan diharapkan mampu menerapkan tut wuri handayani yaitu yang dibelakang memberi dorongan. Menurut Lickona (2013: 415) ada enam elemen budaya sekolah:

a) Pimpinan sekolah mempunyai kepemimpinan moral dan akademik.

b) Disiplin ditegakkan di sekolah secara menyeluruh. c) Warga sekolah memiliki rasa persaudaraan.

(34)

19

e) Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil, dan bergotong royong.

f) Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan menggunakan waktu untuk mengatasi masalah-masalah.

Pimpinan kepala sekolah sebaiknya dipilih dengan pertimbangan karakternya. Dilihat kualitas karaternya dahulu seperti apa. Karakter pemimpin dalam hal ini kepala sekolah yang baik, memberikan keteladanan yang baik untuk warga sekolah, dan memberikan motivasi untuk mengimplementasikan pendidikan karakter.

Disiplin yang ditegakkan sekolah harus terus dilakukan secara konsisten. Peserta didik ditanamkan untuk bertanggung jawab dan mau menerima konsekuensi apabila melanggarnya. Selain peserta didik, guru dan kepala sekolah berperan dalam memberikan contoh.

Rasa persaudaraan antar warga sekolah dilaksanakan dengan memasang spanduk selamat datang kepada peserta didik baru, dan ucapan terima kasih saat ditolong teman. Selain hal tersebut, kegiatan ekstrakulikuler juga dapat menumbuhkan rasa persaudaraan.

(35)

20

dilaksanakan misalnya dengan kerja bakti. Suasana moral juga penting untuk diperhatikan sekolah. Hal ini dapat diimplementasikan dengan adanya kantin kejujuran, dan juga mushola.

Dalam pengembangan budaya sekolah dapat diadakan dengan pengembangan diri. Dalam pembudayaan, menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2011: 14) ada 4 strategi implementasi pendidikan karakter yaitu pengondisian, kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan keteladanan.

a) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin diadakan secara rutin misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, ataupun setahun sekali. Kegiatan rutin dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Masnur Muslich, 2011: 176). Kegiatan ini dimaksud agar siswa terbiasa melakukan hal yang sesuai dengan karakter. Contoh kegiatannya adalah upacara bendera setiap hari senin, shalat berjamaah, baris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.

b) Kegiatan spontan

(36)

21

kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 16). Contoh kegiatan spontan adalah menjenguk ketika ada siswa atau guru yang sakit, melayat ketika ada tetangga sekolah, atau keluarga guru atau siswa ada yang meninggal, dll.

c) Keteladanan

Keteladanan merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa yang lain (Daryanto dan Suyatri Darmiyatun, 2013: 76). Berdasarkan pendapat diatas, peserta didik yang tingkat kelasnya lebih tinggi juga yang menjadi contoh pada tingkat kelas yang lebih rendah.

d) Pengondisian

(37)

22 2) Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler bukan merupakan hal yang baru. Kegiatan ekstrakurikuler di SD diselenggarakan untuk memfasilitasi minat dan bakat siswa. Hal ini dinyatakan oleh Jamal Ma’mur Asmani (2011: 63), visi kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat, dan minat secara optimal. Salah satunya adalah pramuka. Menurut Ambo Elo dan Ismail Toha (Novan Ardy Wahyuni, 2013: 109) mengatakan bahwa ekstrakurikuler sebagai kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku di sekolah. Ekstrakurikuler dilaksananan sebagai penunjang kegiatan formal di sekolah. Pengembangan kemampuan peserta didik melalui ekstrakurikuler meliputi bidang olahraga, musik, kesenian, dan pramuka.

3) Bimbingan Konseling

(38)

23

Layanan bimbingan belajar yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai tujuan dan kegiatan belajar lainnya (Sofyan S Willis, 2010: 35). Kesulitan belajar diatasi harus dengan profesional. Langkah pertama yaitu diagnostik kesulitan belajar.

Penanganan siswa yang bermasalah ada berbagai cara. Upaya menangani siswa yang bermasalah khususnya yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin adalah (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan konseling (Fenti Hikmawati, 2011: 24). Pendekatan disiplin yaitu dengan diberikan sanksi yang tegas. Pendekatan bimbingan konseling tidak dengan sanksi akan tetapi dengan pendekatan secara personal kepada siswa yang bersangkutan. Siswa diarahkan untuk menyesuaikan diri menjadi yang lebih baik.

(39)

24

aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan pimpinan sekolah yang mempunyai pengaruh dalam memajukan sekolah. Kepala sekolah bertugas membimbing, mengarahkan, dan mendorong sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan kepala sekolah yang amanah dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dalam meningkatkan mutu sekolah (Mulyasa, 2013: 29).

Kepala sekolah perlu untuk melakukan perencanaan dan pembagian waktu dengan baik. Perencanaan yang baik, membantu dalam pelaksanaan program-program tersebut. Kepala sekolah juga memonitoring implementasi pendidikan karakter yang direncanakan. Selain itu, sebaiknya dilakukan evaluasi bersama dengan guru dan karyawan secara rutin.

(40)

25 b. Pendidik

Pendidik menjadi teladan dan penguat dalam implementasi pendidikan karakter. Guru sebagai pengajar dan pembimbing implementasi pendidikan karakter berperan dalam mendidik peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan karakter. Guru memberi fasilitas peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Guru memberikan pengalaman yang menumbuhkan karakter peserta didik. Sebagai fasilitator, guru membantu perkembangan aspek pribadi peserta didik dalam pelaksanaan karakter di SD. Kunci utama keberhasilan atau kegagalan pendidikan karakter ada di tangan guru, selebihnya hanya faktor pendukung (Agus Wibowo, 2012: 82).

Peran guru SD dalam implementasi pendidikan karakter ada dua macam (Novan Ardy Wiyani, 2013: 167):

1) Memahami nilai-nilai karakter yang hendak dikerjakan.

Guru perlu memahami nilai-nilai karakter dengan baik. Guru menerapkan nilai-nilai karakter tersebut dalam RPP, Silabus, dan mempraktikkan dalam proses pembelajaran.

2) Mengembangkan pembelajaran aktif.

(41)

26

Guru sebaiknya memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran aktif. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemberi umpan balik atas apa yang telah dilakukan oleh peserta didik dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.

Dalam menanamkan nilai karakter kepada peserta didik, ada lima unsur yang perlu dipertimbangkan:

1) mengajarkan, 2) keteladanan,

3) menentukan prioritas, 4) praksis prioritas, dan

5) refleksi (Novan Ardy Wiyani, 2013: 43-44).

Berdasarkan pendapat Novan Ardy Wiyani tentang lima unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menanamkan pendidikan karakter, dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Mengajarkan

Memberi pemahaman kepada peserta didik tentang nilai-nilai karakter.

2) Keteladanan

(42)

27 3) Menentukan prioritas

Sekolah menentukan prioritas pendidikan karakter apa dahulu yang ingin diajarkan kepada siswa. Selain itu, proses evaluasinya pun harus jelas, sehingga terlihat apakah sekolah mengalami kemunduran atau kemajuan.

4) Praksis prioritas

Praksis prioritas merupakan bukti dilaksanakannya prioritas nilai.

5) Refleksi

Setelah diadakannya tindakan dan praksis prioritas, diperlukan adanya refleksi sejauh mana sekolah telah berhasil ataupun gagal melaksanakan pendidikan karakter.

c. Siswa

(43)

28

Siswa dilatih tidak hanya dalam hal kognitif. “Character has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral

action” (Lickona dalam Nur Silay, 2013: 135). Karakter mempunyai tiga bagian yang saling berhubungan yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral actionmoral knowing, moral feeling. Siswa diharapkan seimbang antara moral knowing, moral feeling, dan moral actionmoral knowing, moral feeling, dan moral actionnya. Moral knowing berarti pengetahuan tentang nilai-nilai moral. Moral feeling berasal dari hati nurani dan kontrol diri. Penting untuk dimiliki siswa agar memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral. Moral action yaitu mewujudkan moral knowing dan moral feeling dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kurikulum Pendidikan Karakter

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendidikan karakter terintegrasi dengan mata pelajaran.

(44)

29

Pelaksanaan kurikulum tidak dapat terwujud tanpa adanya kerjasama antar komponen pendidikan di sekolah seperti kepala sekolah, pengawas sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, dan tenaga administrasi.

Guru menjabarkan pendidikan karakter dan kemudian menerapkannya dalam pembelajaran. Agar pelaksanaan kurikulum bisa berjalan efektif dan efisien, pemerintah mengeluarkan pedoman yang harus diikuti instansi pendidikan dalan perencanaan operasional (Agus Wibowo, 2013: 88). Pedoman tersebut yaitu: penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan kalender pendidikan, pembagian tugas guru, penempatan peserta didik dalam kelas, penyusunan RPP, dan pelaksanaan kurikulum (Agus Wibowo, 2013: 88). Perencanaan operasional yang dilakukan untuk menerapkan pendidikan karakter yaitu pertama penyusunan jadwal. Guru menyusun jadwal nilai karakter apa saja yang anak dilaksanakan pada hari ini. Hal ini ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Kalender juga perlu disusun agar memudahkan dalam menyusun rencana jangka menengah.

(45)

30

akan dilakukan dapat terencana. Sekolah hendaknya rutin membuat kurikulum dan melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan.

e. Sarana Prasarana dan fasilitas pendidikan karakter

Sarana prasarana dan fasilitas berperan dalam mendukung implementasi pendidikan karakter. Sarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, alat peraga, dan media pembelajaran (Agus Wibowo, 2013: 106). Sedangkan prasarana merupakan peralatan yang tidak secara langsung menunjang pendidikan, seperti halaman, kebun, taman sekolah, kamar mandi, perpustakaan, mushola, dll.

Pengadaan sarana prasaran perlu memperhatikan efisiensi. Sarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran, dan mengembangakan potensi peserta didik. Selain itu juga memerhatikan pembiayaan yang tersedia. Pembiayaan yang dibutuhkan dalam pengadaan disesuakan juga dengan anggaran sekolah.

B.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

(46)

31

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Berikut penjabaran dari nilai-nilai pendidikan karakter: a. Religius

Religius merupakan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan menghormati dan menghargai ajaran agama lain, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain juga merupakan wujud dari religius (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010: 9). Sebagai insan yang religius, melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Ketaatan akan ada apabila dalam diri insan tersebut ada iman. Iman membuat hati ini menjadi tenang, dan jiwa menjadi tentram.

b. Jujur

(47)

32

kejujuran itu menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, tidak membiarkan orang lain tahu. Apapun kondisinya, tetap menjunjung tinggi kejujuran. Berikut beberapa ciri orang yang dianggap jujur: berniat yang baik, berkata apa adanya, dan tidak berbohong (sama apa yang dikatakan dengan apa yang ada dalam hati).

c. Toleransi

Toleransi mengajarkan untuk menghargai sesama manusia, tidak mempengaruhkan perbedaan agama, suku bangsa, dll. Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 9). Hal ini sejalan dengan Fatchul Mu’in (2013: 213) yang menyatakan bahwa toleransi merupakan sikap menghormati orang lain yang berbeda dengan kita atau kadang seakan menentang kita dan memusuhi kita.

d. Disiplin

(48)

33 e. Kerja Keras

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan, belajar, dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 9-10). Hal ini sejalan dengan Dharma Kesuma, dkk (2013: 17) yang menyatakan bahwa kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Orang yang kerja keras merasa was-was apabila pekerjaannya belum selesai. Kerja keras dicerminkan dengan tanggung jawab dan dapat mengelola waktunya dengan baik.

f. Kreatif

(49)

34 g. Mandiri

Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Hal ini sejalan dengan Mohamad Mustari (2014: 144) yang menyatakan bahwa orang yang mandiri tidak memerlukan batuan orang lain, berani mengambil resiko atas keputusannya, dan tidak khawatir atas masalah yang dihadapinya.

Orang mandiri jarang meminta pendapat pada orang lain. Mandiri berarti berusaha memecahkan masalahnya sendiri. Mandiri dalam mengerjakan tugas, dan juga mandiri dalam hal memenuhi kebutuhan diri sendiri.

h. Demokratis

Demokratis merupakan berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban diri dan orang lain (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Siswa dibiasakan untuk demokrasi sejak SD. Hal ini sejalan dengan Berkowitz dan Mary Anne Hoppe, “Both to support healthy child development and to socialize the next generation of democratic

citizens, schools and classrooms need to emphasize structures and

(50)

35 i. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Orang yang mempunyai rasa ingin tahu mencoba untuk menjawab pertanyaan yang ada pada dirinya dengan menggunakan pengamatan dan pengalaman. Pengalaman menemukan akan melahirkan adanya pengetahuan.

Belajar merupakan salah satu kegiatan yang memberi kebebasan rasa ingin tahu, maka hal ini membuat setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Belajar tidak hanya di dalam kelas untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, akan tetapi dapat dilakukan di luar kelas.

j. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan berhubungan dengan kepentingan bangsa. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 10), semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Hal ini diwujudkan dengan rasa bangga terhadap bangsanya. k. Cinta Tanah Air

(51)

36

(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Cinta tanah air mendorong untuk membangun dan memajukan negara dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Salah satu indikator cinta tanah air yaitu cinta produk dalam negeri.

l. Menghargai prestasi

Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Sekolah mengarahkan siswa untuk berprestasi. Guru hendaknya mengarahkan siswa untuk bersaing prestasi secara sehat. Ada cara yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa termotivasi untuk berprestasi. Jangan segan memberikan pujian kepada siswa yang melakukan sesuatu yang baik (Ngainun Naim, 2012: 179). m.Bersahabat

Bersahabat merupakan tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Siswa dibiasakan untuk bergaul dengan siapa saja ketika di sekolah, tidak membeda-bedakan teman. Guru membiasakan untuk menyapa dan mengucapkan salam.

n. Cinta Damai

(52)

37

kata antikekerasan. Implementasinya di sekolah dengan membiasakan perilaku kasih sayang di seluruh elemen sekolah.

o. Gemar Membaca

Gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Perpustakaan sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan gemar membaca siswa. Faktor koleksi buku merupakan salah satu yang berpengaruh dalam minat baca siswa. Banyak koleksi buku dan selalu ada yang baru menjadi perangsang bagi siswa untuk mau membaca (Syamsul Kurniawan, 2013: 155).

p. Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Kerusakan alam memang sudah banyak terjadi, oleh karena itu penting untuk diadakan peduli lingkungan kepada siswa sekolah dasar.

q. Peduli Sosial

(53)

38

mudah bersosialisasi serta akan lebih dihargai (Syamsul Kurniawan, 2013: 157).

r. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 10). Apa yang telah diperbuat, dipertanggungjawabkan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk masyarakat, lingkungan, dan Tuhan.

Tanggung jawab menghendaki kita untuk mengenali apa yang kita lakukan karena kita bertanggung jawab pada akibat pilihan kita (Fatchul Mu’in, 2013: 216). Hal ini menganjurkan untuk konsisten pada apa yang menjadi pilihan. Harus konsekuen dengan apa yang sudah dipilih, tidak dapat lari dari pilihan tersebut.

Berdasarkan 18 nilai karakter diatas, dapat dijabarkan indikator yang menunjukkan nilai-nilai karakter tersebut. Berikut tabel nilai karakter berdasarkan Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 26-31).

Tabel 2. Nilai Karater

Nilai Indikator Sekolah Indikator Kelas

1) Religius a)Merayakan hari-hari besar keagamaan.

b)Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.

a) Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.

(54)

39

c)Memberikan kesempatan kepada semua peserta

didik untuk

melaksanakan ibadah. 2) Jujur a) Menyediakan fasilitas

tempat temuan barang hilang.

b) Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala. c) Menyediakan kantin

kejujuran.

d) Menyediakan kotak saran dan pengaduan. e) Larangan membawa

fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.

a) Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.

b) Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.

c) Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala. d) Larangan menyontek.

3) Toleransi a) Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas.

b) Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

a) Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.

b) Memberikan pelayanan

terhadap anak

berkebutuhan khusus. c) Bekerja dalam kelompok

yang berbeda.

4) Disiplin a) Memiliki catatan kehadiran.

b) Memberikan

penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.

c) Memiliki tata tertib sekolah.

d) Membiasakan warga

sekolah untuk

berdisiplin.

a) Membiasakan hadir tepat waktu.

(55)

40

e) Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah.

5) Kerja Keras a) Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. b) Menciptakan suasana

sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.

c) Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang kerja.

a) Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. b) Menciptakan kondisi etos

kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar. c) Mencipatakan suasana

belajar yang memacu daya tahan kerja.

d) Memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.

6) Kreatif Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.

a) Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif. b) Pemberian tugas yang

menantang munculnya karya-karya baru baik yang autentik maupun modifikasi.

7) Mandiri Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.

Menciptakan suasana kelas

yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri. 8) Demokratis a) Melibatkan warga

sekolah dalam setiap pengambilan keputusan. b) Menciptakan suasana

sekolah yang menerima perbedaan.

c) Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.

a) Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.

b) Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka. c) Seluruh produk kebijakan

melalui musyawarah dan mufakat.

d) Mengimplementasikan model-model

pembelajaran yang dialogis dan interaktif. 9) Rasa Ingin

Tahu

a) Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak

(56)

41

atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.

b) Memfasilitasi warga

sekolah untuk

bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

b) Eksplorasi lingkungan secara terprogram.

c) Tersedia media

komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

10)Semangat Kebangsaan

a) Melakukan upacara rutin sekolah.

b) Melakukan upacara hari-hari besar nasional. c) Menyelenggarakan

peringatan hari kepahlawanan nasional. d) Memiliki program

melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. e) Mengikuti lomba pada

hari besar nasional.

a) Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.

b) Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

11)Cinta Tanah Air

a) Menggunakan produk buatan dalam negeri. b) Menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

c) Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

a) Memajangkan: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.

b) Menggunakan produk buatan dalam negeri. 12)Menghargai

Prestasi

a) Memberikan

penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.

b) Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.

a) Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.

b) Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi. c) Menciptakan suasana

pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.

13)Bersahabat a) Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah.

b) Berkomunikasi dengan bahasa yang santun.

a) Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik. b) Pembelajaran yang

[image:56.595.128.531.82.726.2]
(57)

42

c) Saling menghargai dan menjaga kehormatan. d) Pergaulan dengan cinta

kasih dan rela berkorban.

c) Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik.

d) Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik. 14)Cinta Damai a) Menciptakan suasana

sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis.

b) Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.

c) Membiasakan perilaku warga sekolah yang tidak bias gender. d) Perilaku seluruh warga

sekolah yang penuh kasih sayang.

a) Menciptakan suasana kelas yang damai.

b) Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan.

c) Pembelajaran yang tidak bias gender.

d) Kekerabatan di kelas yang penuh cinta kasih.

15)Gemar Membaca

a) Program wajib baca. b) Frekuensi kunjungan

perpustakaan.

c) Menyediakan fasilitas

dan suasana

menyenangkan untuk membaca.

a) Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik. b) Frekuensi kunjungan

perpustakaan. c) Saling tukar bacaan. d) Pembelajaran yang

memotivasi anak menggunakan referensi. 16)Peduli

Lingkungan

a) Pembiasaan

memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. b) Tersedia tempat

pembuangan sampah dan tempat cuci tangan. c) Menyediakan kamar

mandi dan air bersih. d) Pembiasaan hemat

energi.

e) Membuat biopori di area sekolah.

f) Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik.

a) Memelihara lingkungan kelas.

b) Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas.

c) Pembiasaan hemat energi. d) Memasang stiker perintah

(58)

43

g) Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik.

h) Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik.

i) Menyediakan peralatan kebersihan.

j) Membuat tandon penyimpanan air. k) Memrogramkan cinta

bersih lingkungan. 17)Peduli Sosial a) Memfasilitasi kegiatan

bersifat sosial.

b) Melakukan aksi sosial. c) Menyediakan fasilitas

untuk menyumbang.

a) Berempati kepada sesama teman kelas.

b) Melakukan aksi sosial. c) Membangun kerukunan

warga kelas. 18)Tanggung

jawab

a) Membuat laporan setiap

kegiatan yang

dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis. b) Melakukan tugas tanpa

disuruh.

c) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

d) Menghindarkan

kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur.

b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah.

c) Mengajukan usul pemecahan masalah.

C.Kerangka Pikir

(59)

44

tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Stategi pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan dengan integrasi mata pembelajaran, integrasi muatan lokal, pengembangan diri yang terdiri dari budaya sekolah, ekstrakurikuler, dan bimbingan konseling. Peran semua komponen sekolah berpengaruh dalam implementasi pendidikan karakter. Dalam implementasinya di sekolah, ada peran dari kepala sekolah, pendidik, karyawan, dan siswa.

(60)
[image:60.595.109.491.85.473.2]

45

Gambar 1. Kerangka Pikir Implementasi Pendidikan Karakter D.Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ulya Nurul Aini yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di SD Negeri Kraton Yoyakarta pada tahun 2013. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pemahaman pengertian pendidikan karakter antara kepala sekolah dan guru. Sekolah Dasar Negeri Kraton mengembangkan nilai-nilai karakter religius, jujur, disiplin, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, peduli lingkungan, dan tanggung jawab, dan bentuk implementasi

Pendidikan Karakter

Kognitif Afektif Psikomotor

Implementasi (18 Nilai Karakter)

Strategi Pengembangan Implementasi Pendidikan

Karakter

Peran

1. integrasi mata pembelajaran,

2. integrasi muatan lokal, 3. pengembangan diri

a. budaya sekolah b. ekstarkurikuler c. bimbingan konseling

(61)

46

pendidikan karakter di SD Negeri Kraton Yogyakarta dapat dilihat dari pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam program pengembangan diri, mata pelajaran, dan budaya sekolah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Alex Dwi Kurnia yang berjudul Implementasi Nilai Kejujuran di Sekolah Dasar Negeri Kotagede 5 Yoyakarta pada tahun 2014. Hasil dari penelitian menunjukkan indikator keberhasilan nilai kejujuran yang dapat dikembangkan di sekolah, bentuk implementasi nilai kejujuran yang dilaksanakan oleh guru-guru di SD Negeri Kotagede 5 Yogyakarta dapat dilihat dari pengintegrasian nilai-nilai karakter jujur dalam program pengembangan diri, mata pelajaran, dan budaya sekolah, dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru di SD Negeri Kotagede 5 Yogyakarta dalam mengimplementasikan nilai kejujuran di sekolah.

(62)

47

karakter beserta dokumen perencanaan yang termuat dalam kurikulum sekolah yang berlaku; sosialisasi kebijakan pendidikan karakter kepada guru, karyawan, siswa, dan orang tua siswa; serta perencanaan kondisi pelaksanaan terkait dengan penyediaan fasilitas sekolah, pemberian keteladanan oleh guru, dan penciptaan suasana belajar yang nyaman. Pelaksanaan pendidikan karakter terealisasi melalui penanaman nilai-nilai karakter pada lapisan artifak dalam kultur sekolah yaitu melalui penyediaan fasilitas-fasilitas untuk mendukung berbagai aktivitas pada program sekolah maupun yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.

(63)

48

dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan di rumah dan dalam lingkungan masyarakat dengan melibatkan partisipasi orang tua murid.

5. Penelitian yang dilakukan Darmiyati Zuchdi, dkk yang berjudul Pemetaan Implementasi Pendidikan Karakter di SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan menurut pendapat para guru, perencanaan pendidikan karakter di sekolah-sekolah Kota Yogyakarta sudah dilakukan dengan cukup baik, tetapi berdasarkan analisis RPP yang dibuat oleh guru, ada beberapa RPP yang belum mengandung nilai-nilai target yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sudah dipadukan dalam berbagai mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dan kemauan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai target pendidikan karakter baru pada sebagian soal-soal yang dibuat guru, sedangkan penilaian perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai target dilakukan oleh kebanyakan guru hanya dengan wawancara.

E.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, pertanyaan peneliti ini adalah 1. Nilai karakter apakah yang dikembangkan di SD N Plebengan,

Bambanglipuro, Bantul?

(64)

49

(65)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Pengertian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (Sugiyono, 2014: 1). Penelitian ini sering disebut naturalistik karena diteliti pada kondisi yang alami. Hal ini sejalan dengan Moleong (2012: 6) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena dengan mendiskripsikan. Hal tersebut sesuai dengan Nana Syaodih Sukmadinata (2013: 18) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Berdasarkan pengertian diatas, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini tercermin dari tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter di SD N Plebengan.

B. Setting Penelitian

(66)

51

karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul. Sumber data yang digunakan adalah kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Dilakukan wawancara dan observasi pada sumber data. Selain wawancara dan observasi, juga dilakukan dengan dokumentasi yang berupa dokumen administrasi atau aturan-aturan, kurikulum, RPP, dan foto kegiatan yang mencerminkan karakter yang dimaksud dalam penelitian. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperjelas data yang telah diperoleh.

Data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi masih bersifat sementara. Hasil pengumpulan data kemudian diverifikasi. Verifikasi dengan cara triangulasi. Triangulasi berupa triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan menanyakan kepada sumber lain mengenai suatu data, apakah hasilnya akan sama atau tidak. Triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan teknik berbeda dalam verifikasi data. Contohnya yaitu apabila telah didapat data dari wawancara, cocokkan data yang didapat dengan teknik lain misalnya dengan observasi dan dokumentasi. C. Objek dan Subjek Penelitian

(67)

52 D. Sumber Data

Sumber data digunakan untuk mendapat data yang diinginkan selama proses penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2012: 157) sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Sumber data utama diperoleh penulis dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sesuai dengan penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Wawancara dan observasi dilakukan pada kepala sekolah untuk mengetahui program-program yang dijalankan sekolah, kebijakan kepala sekolah, dan implementasi pendidikan karakter kepala sekolah.

2. Wawancara dan observasi dilakukan pada guru untuk mengetahui proses implementasi pendidikan karakter di kelas.

3. Wawancara dan observasi dilakukan pada siswa yang berkaitan dengan implementasi 18 nilai karakter. Sample siswa yang diambil pada setiap kelas adalah siswa yang termasuk siswa yang pandai, biasa, dan pendiam/nakal/cuek.

(68)

53 E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya dipelajari jelas, dikembangkan suatu instrumen (Sugiyono, 2014: 61). Ada 2 instrumen yang digunakan yaitu pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk mengamati implementasi pendidikan karakter oleh kepala sekolah, guru, dan siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara (interview), dan dokumentasi. Hal ini dikemukakan oleh Sudarsono (2013: 16), cara memperoleh data kualitatif dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, rekaman, dokumen, dll. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

(69)

54

menggunakan pedoman observasi untuk kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa dalam mengamati agar penelitian yang diamati tetap fokus. 2. Wawancara

Peneliti mengumpulkan data melalui bertanya jawab dengan narasumber. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono 2012: 231). Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat terlebih dahulu pedoman wawancara agar fokus dalam mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter di SD N Plebengan. Wawancara bersifat fleksibel dan terbuka, pedoman wawancara digunakan untuk acuan. Jenis

wawancara yang digunakan yaitu wawancara

semiterstruktur/semistructure interview. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2014: 73). Wawancara semi terstruktur digunakan agar data yang diperoleh berkembang. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mempertajam data.

3. Dokumentasi

(70)

55

perilaku siswa, guru, dan atau kepada sekolah yang menunjukkan implementasi pendidikan karakter. Selain itu juga dapat berupa foto kegiatan dan slogan yang ditempel di kelas maupun di lingkungan SD N Plebengan, rencana kerja kepala sekolah, program-program sekolah, kurikulum, dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter di SD N Plebengan, Bambanglipuro, Bantul.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan mulai sebelum masuk lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 91) aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif, terus menerus sampai tuntas, sehingga data jenuh. Aktivitas analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut gambar model analisis data.

[image:70.595.164.482.477.679.2]

Gambar 2. Komponen Analisis Data 1 ( Miles dan Huberman, 1992: 20). Data

Collection Data

Display

Data

reduction

Conclusions:

(71)

56

Analisis data dengan 3 aktivitas ini dilakukan pada periode-periode tertentu. Langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut.

Periode pengumpulan data | ………. |

Reduksi data

| | |

Analisis Selama Setelah

Display data

| | ANALISIS

Selama Setelah

Kesimpulan/verifikasi

|

Selama Setelah

Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data 2 (Sugiyono, 2014: 91). 1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh cukup banyak. Data yang sudah diperoleh dirinci kembali dan teliti sehingga perlu adanya reduksi data. Peneliti menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, dan menjadikan itu dalam reduksi data (Sugiyono, 2012: 249). Dalam melakukan reduksi data, dibutuhkan kesensitifan, kecerdasan, keluasaan, dan wawasan yang tinggi.

2. Penyajian Data (Data Display)

(72)

57 3. Penarikan Kesimpulan

Dari data yang telah diperoleh dapat ditarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kesimpulan bisa sementara apabila belum mendapat sumber/bukti kuat dalam pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2014: 99).

H. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep validitas dan reliabilitas dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigma sendiri (Moleong, 2012: 321).

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dengan mengecek kembali sumber-sumber yang telah diperoleh. Perolehan data tidak dapat dipercaya begitu saja pada sebuah sumber (Nusa Putera, 2012: 190). Data dikumpulkan melalui berbagai sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut (Sugiyono, 2014: 127). Salah satu contoh triangulasi sumber yaitu hasil wawancara dari kepala sekolah dicocokkan dengan hasil wawancara dari guru dan siswa.

2. Triangulasi Teknik

(73)

58

Wawancara Observasi

Dokumentasi

(74)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi SD N Plebengan

Sekolah Dasar Negeri Plebengan merupakan salah satu SD di Bantul. SD N Plebengan sekarang dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Cholita Sadmi Suwarsini, S.Pd. Tenaga guru sebagai pengajar berjumlah 18 orang, terdiri dari 12 guru kelas, 2 guru agama Islam, dan 3 guru pendidikan jasmani. Siswa SD N Plebengan berjumlah 328 siswa yang terdiri dari 168 siswa laki-laki dan 160 siswa perempuan. Rata-rata satu kelas terdiri dari 28 siswa.

Ekstrakurikuler di SD N Plebengan ada 5, yaitu pramuka, karawitan, drumband, olahraga (bola voli, sepak bola, senam, atletik), dan seni tari. Pramuka dan karawitan merupakan ekstrakurikuler yang wajib. Sedangkan drumband, olahraga, dan seni tari merupakan ekstrakurikuler pilihan.

(75)

60

Perpustakaan di SD N Plebengan bernama Pustaka Ilmu. Jumlah buku yang ada di SD N Plebengan 1774 buku. Buku yang ada terdiri dari 1.081 buku baru dan 693 buku yang lama. Jumlah buku yang ada sudah sesuai dengan yang diperlukan siswa.

Sekol

Gambar

gambar masyarakat
Gambar 1.  Kerangka Pikir Implementasi Pendidikan Karakter
Gambar 2. Komponen Analisis Data 1 ( Miles dan Huberman, 1992: 20).
Gambar 1. Hasil Anyaman Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tesis ini adalah penerapan pendidikan karakter siswa melalui pembiasaan (Habituasi) atau budaya sekolah seperti pembiasaan berjabat tangan, mengucapkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter melalui budaya sekolah yang dilaksanakan di SD Negeri Taji meliputi kegiatan intrakurikuler diantaranya

Berdasarkan hasil observasi pada bulan Agustus 2014 dan wawancara dengan guru kelas II A dan kelas V A di SD tempat PPL, ada beberapa perilaku siswa yang

Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas IV SD.. Jurnal Jurnal Kreatif Tadulako

Ifa Aliffianti. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam Menanamkan Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas Rendah di SD Mutihan Bantul. Skripsi Jurusan/Program Studi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) implementasi pendidikan karakter di SD Negeri Sinduadi 2 dilakukan melalui integrasi dalam proses pembelajaran, pengembangan

Hasil penelitian tesis ini adalah penerapan pendidikan karakter siswa melalui pembiasaan (Habituasi) atau budaya sekolah seperti pembiasaan berjabat tangan, mengucapkan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di sekolah diperoleh hasil bahwa penerapan pendidikan karakter melalui pembiasaan peduli lingkungan dilakukan dengan