• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KAPASITAS APARATUR DESA

TITI DARMI1

Abstrak

Bagi Indonesia, pelaksanaan MEA semestinya menjadi tantangan untuk Indonesia,dalam rangka meningkatkan potensi Indonesia dari semua aspek, tantangan tersebut bisa dari sesama anggota Asean atau diluar anggota Asean maupun di dalam negeri Indonesia itu sendiri.Komitmen Indonesia dalam menghadapi MEA sudah dilakukan dengan beberapa strategi, salah satunya adalah terbitnya UU tentang Desa.Sebagai sarana prasarana mempercepat pembangunan desa.UU tersebut dimaknai, desa mempunyai otoritas yang penuh dalam membangun desanya.Pembangunan pedesaan merupakan pondasi pembangunan nasional, desa akan menjadi kekuatan negara,desa merupakan miniature sebuah negara. Agar Indonesia eksis dalam komunitas ini, yang urgen dilakukan adalah meningkatkan kemampuan masyaraakat pedesaan – Pengetahuan dan keterampilan – sehingga memiliki daya saing dan tenaga yang trampil. Masyarakat membutuhkan mentor, aparatur pemerintah desa sebagai motor pengerak pembangunan desa, harus bisa meningkatkan kapasitas diri dan bisa mengadopsi visi, misi dan strategis yang tepat melalui pelatihan dan pengembangan serta didukung nilai-nilai yang selalu ingin belajar, kreativitas layanan dan inovatif.

Kata kunci: MEA, Capacity Building, Aparatur Desa.

LATAR BELAKANG

Komitmen pimpinan Negara-negara Asean yang terbentuk melalui wadah yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah diketuk palu oleh para pimpinan Negara-negara Asean yang mulai diterapkan tanggal 1 January 2015. MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam percaturan perekonomian Internasional. Para Pemimpin ASEAN telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015 dengan 4 pilar, yaitu (1) pasar tunggal dan basis produksi; (2) kawasan ekonomi berdaya saing tinggi; (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara; dan (4) kawasan yang terintegrasi penuh

1

Universitas Muhammadiyah Bengkulu - titi.harmadi@gmail.com

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL 2015

PELUANG DAN TANTANGAN INDONESIA MENYONGSONG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ) MELALUI INOVASI KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK

dengan ekonomi global.Langkah- Indonesia dalam mengahadapi MEA perlu melakukan langkah strategi yang tentunya harus sesuai dengan apa yang direkomendasikan dalam pilar MEA atau Blueprint 2015 yang mengharuskan setiap negara ASEAN wajib merformasi semua unsur-unsur utama yang menjadi sektor esensial dan syarat mutlak dalam rangka menghadapi implementasi MEA (Depdagri, 2015).

Bagi Indonesia, pelaksanaan MEA seharusnya menjadi tantangan untuk Indonesia untuk meningkatkan potensi dari semua aspek. Tantangan yang akan dihadapi Indonesia bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan sesama negara ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula, bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industry besar, tetapi juga sektor Sumber Daya Manusia (SDM) karena sangatlah diperlukan SDM yang sangat mampu dan dapat bersaing dalam menghadapi MEA. Menyadari peran SDM sebagai tonggak dan memiliki andil paling besar dan cukup dominan dalam menghadapi persaingan di MEA ini, maka pencapaian kesuksesan MEA mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan SDM yang mumpuni dan dapat bersaing di dalamnya

Pemerintah Indonesia sudah menunjukan komitmen konsensus tersebut, salah satu komitmen Pemerintah Indonesia, telah diterbitkan UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Ini merupakan bentuk terobosan yang baik, dalam menerapkan otonomi desa. Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang penting dari pembangunan nasional.Desa merupakan pondasi dan akan menjadi kekuatan Negara, pemerintah desa merupakan basis pemerintahan terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia, desa merupakan miniature sebuah Negara. Kekuatan Negara Indonesia terletak bagaimana stakeholder yang terlibat bisa menjadikan desa sebagai potensi yang besar dalam menghadapi MEA.

UU Desa mengusung konsep Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Desa membangun dan „membangun Desa yang diintegrasikan dalam perencanaan Pembangunan Desa. Hal ini, sejalan dengan Visi Misi Nawa Cita Presiden Jokowi bahwa Membangun Indonesia dimulai dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Pembangunan Desa memiliki sasaran yang strategis dalam RPJMN tahun 2015-2019 yang mengamanatkan sasaran pembanguan desa dengan cara meningkatkan jumlah desa mandiri.

Jumlah Desa di Indonesia 74.093 Desa – jumlah tersebut dapat digolongkan 20.167 tergolong desa tertinggal, 51.022 tergolong desa berkembang dan 2,904 telah menjadi desa mandiri-. Menurut Sofyan Djalil Menteri Bappenas,

P r o s i d i n g S e m N a s 2 0 1 5 | 171

pada tahun 2019 ditargetkan desa Mandiri akan bertambah 2.000 desa. Komitmen tersebut tercermin pada pemerintah mengelontorkan dana untuk desa sebesar Rp. 102,2 Triliyun di tahun 2015. (Koran Jakarta, 21 Oktober 2015).

Dari 74.093 Desa di Indonesia, Indonesia hanya memiliki 4% Desa mandiri. Jumlah yang minim ini sangat berimplikasi terhadap daya saing desa untuk menghadapi tantangan ke depan yaitu pasar global atau MEA. Urgensi meningkatkan kapasitas aparatur desa, dalam rangka membekali masyarakat pedesaan untuk berkembang dan memperkuat daya saing serta menggali potensi yang dimiliki.Pemberdayaan masyarakat pedesaan juga harus mampu memberikan perlindungan yang jelas terhadap masyarakat.Upaya perlindungan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang akibat berlakunya mekanisme pasar dan eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah.

Masyarakat desa jelas akan kalah bersaing. Mereka tidak punya apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada umumnya kurang terlatih.Selain itu, upaya yang penting dan melibatkan warga desa sebagai sebuah kesatuan pemerintahan adalah pengembangan kapasitas dalam proses pembangunan di desa.

Disisi lain, sebagian besar desa masih mengalami keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia yang lemah, minim wawasan, dan keterampilan teknis dalam teknologi informasi. Misalnya, kondisi SDM Aparatur Desa Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu, berjumlah ± 3.370 orang yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, BPD, dan Kadus-kadus serta tokoh masyarakat dari 179 desa. Dari jumlah penyelenggara pemerintahan desa tersebut 90% mempunyai kualifikasi pendidikan SMP dan SMA, sementara 10% berpendidikan Sarjana Muda dan S1. Sementara jenis pekerjaan Kepala Desa 80 % Petani dan 20 % Swasta (Jasa), sedangkan Sekretaris Desa belum semuanya berstatus PNS. Sementara dilihat dari sarana prasarana desa, desa yang sudah memiliki Balai Desa atau Kantor 85% sedangkan sisanya masih menumpang di rumah Kepala Desa atau Sekretaris Desa, (Profil Seluma, 2013).

Melihat bagian kecil potret kondisi Aparatur Desa tersebut di atas, Urgen dilakukan dalam rangka menjadikan desa yang mandiri berdaya saing diperlukan tenaga pendamping – apataur Desa yang memiliki kemampuan/kapasitas- yang tidak hanya profesional (keterampilan teknis) tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengungkapkan secara kritis sebab-sebab yang menjadikan desa belum mampu mengembangkan potensi desanya sehingga desa mengalami kesulitan untuk mencapai kehidupan yang adil dan makmur. Solusi yang ditawarkan dengan cara, meningkatkan kapasitas aparatur desa sebagai motor penggerak pembangunan desa.

Meningkatkan kapasitas aparatur desa dapat diartikan sebagai upaya membangun organisasi, sistem-sistem, kemitraan, orang-orang dan proses-proses secara benar untuk menjalankan agenda atau rencana tertentu.Meningkatkan kapasitas apartur desa berkaitan dengan individual capability development,

organizational capacity building, dan institutional capacity building. Pengertian

banyak hal yang harus diperhatikan dan dicermati secara jeli agar meningkatkan kapasitas dapat membuahkan hasil nyata, bermanfaat, dan menimbulkan dampak positif.

Proses pengembangan kapasitas terdapat tiga tingkatan (level) yang harus menjadi fokus analisis dan proses perubahan dalam suatu organisasi, menurut Milen (2004) Ketiga unsur-unsur tersebut adalah (1) tingkatan sistem/kebijakan; (2) tingkatan organisasi; (3) tingkatan individu/ sumber daya manusia.

Pengembangan kapasitas tersebut dimulai dari proses perencanaan pembangunan hingga pada proses akhir, yaitu evaluasi pembangunan tersebut. Pengembangan kapasitas yang pada proses perencanaan pembangunan tersebut merupakan aktivitas interaksi antara elemen-elemen pemerintahan desa dan masyarakat desa dalam menginventarisasi, mengkategori dan mengelola sumber daya yang dimiliki oleh desa untuk pencapaian tujuan pembangunan.Selain itu upaya yang juga penting dan melibatkan warga desa sebagai sebuah kesatuan pemerintahan adalah pengembangan kapasitas dalam proses pembangunan di desa tersebut.

Demikian pentingnya perencanaan pembangunan desa untuk peningkatan seluruh kapasitas sumber daya yang dimiliki desa menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan. Unsur yang paling dominan dalam menyelenggarakan pemerintahan desa adalah Kepala desa dan perangkat desa sebagaisumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, dalam hal ini adalah aparatur pemerintah desa yang menjadi pelaksana aktif dalam proses perencanaan pembangunan desa .

Kepala Desa sebagai aparatur negara mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintah desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa dan tanggungjawab lainya. Tugas tersebut membutuhkan SDM yang memiliki kemampuan baik secara pengetahuan maupun secara keterampilan.

PEMBAHASAN

Sesungguhnya pengertian kapasitas terdapat perbedaaan antara satu pakar dengan pakar yang lainnya. Akan tetapi para Ilmuan sepakat bahwa Kapasitas itu merupakan suatu proses yang berlangsung dalam waktu panjang dan bisa dilakukan secara bertahap, bisa dilakukan secara individu, organisasi dan kelompok.

Hal ini sejalan dengan pendapat Milen (2004) mendefenisikan kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efektif, efisien dan terus-menerus. Lebih lanjut

Morgan (Milen, 2004) merumuskan pengertian kapasitas sebagai kemampuan,

keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai, hubungan, perilaku, motivasi, sumber daya, dan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap individu, organisasi, jaringan kerja/sektor, dan sistem yang lebih luas untuk melaksanakan fungsi-fungsi mereka dan mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dari waktu ke waktu.

P r o s i d i n g S e m N a s 2 0 1 5 | 173

Lebih lanjut, Milen(2004) melihat capacity building sebagai tugas khusus, karena tugas khusus tersebut berhubungan dengan faktor-faktor dalam suatu organisasi atau sistem tertentu pada suatu waktu tertentu.Sementara ituUNDP mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan (kemampuan memecahkan masalah) yang dimiliki seseorang, organisasi, lembaga, dan masyarakat untuk secara perorangan atau secara kolektif melaksanakan fungsi, memecahkan masalah, serta menetapkan dan mencapai tujuan (UNDP, 2006).

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa Kapasitas adalah suatu tindakan yang dilakukan baik individu, organisasi ataupun masyarakat yang berupa pembelajaran, terjadilah proses yang berlangsung dalam jangka panjang secara berkesinambungan dimana orang-orang belajar untuk lebih capable (lebih mampu melaksanakan pekerjaannya).

Kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipekegiatan. Dimensi, fokus dan tipe kegiatan tersebut menurut Grindle (1997)adalah: 1) dimensi pengembangan SDM, yaitu: personil yang profesional dan memiliki kemampuan teknis, -training, praktek langsung, kondisi iklim kerja, dan rekruitmen-;2) dimensi penguatan organisasi,melakukan tata manajemen, sesuai dengan peran dan fungsi, -Sarana prasarana, kesejahteraan aparatur, kepemimpinan, budaya organisasi,komunikasi, struktur organisasi, dan (3) reformasi kelembagaan, kelembagaan dan sistem serta makro struktur, dengan tipe kegiatan:aturan main ekonomi dan politik, perubahan kebijakan dan regulasi, danreformasi konstitusi.

Dari uraian di atas, dihubungan dengan konteks meningkatkan Kapasitas Aparatur Desa, maka Aparatur Desa harus memiliki minimal 3 kapasitas/kemampuan yaitu 1) Kemampuan dasar, 2) Kemampuan manajemen,3) Kemampuan kemampuan teknis. Ketiga kemampuan yang dimiliki aparatur desa tersebut memiliki indikator sebagai berikut: 1) Kemampuan dasar yang harus dimiliki aparatur desa adalah meliputi: a) pengetahuan tentang regulasi desa; b) pengetahuan tentang dasar-dasar pemerintahan desa; c) pengetahuan tentang tugas dan fungsi. 2) Sementara kemampuan yang harus dimiliki aparatur desa di bidang Manajemen memiliki indikator sebagai berikut: a) manajamen SDM; b) Manajemen Pelayanan Publik: c) Manajamen asset; d) Manajemen Keuangan. 3) Sedangkan Kemampuan Teknis yang harus dikuasai aparatur pemerintahan desa adalah; a) Penyusunan Administrasi Desa; 2) Penyusunan perencanaan prmbangunan; c) Penyusunan anggaran; d) Penyusunan perdes; e) Pelayanan public; f) Penata Usahaan Keuangan Desa; g) Pentanaan Usaha Aset Desa.

Berdasarkan kenyataan yang ada, masih minimnya kapasitas apatur desa yang memiliki kemampuan tersebut di atas, tercermin pada kemandirian desa di Indonesia hanya 4%. Aparatur Desa sebagai penggerak roda pembangunan di tingkat paling dasar, yang bersentuhan langsung terhadap masyarakat, seharusnya memiliki strategi dalam menterjemahkan aktivitas-aktivitas, kebijakan-kebijakan, program-program yang sejalan dengan strategi visi misi Nawacita ketiga Presiden Jokowi dan sasaran strategis untuk mewujudkan desa mandiri.

Ke depan, kondisi menjadi seolah-olah dunia semakin tanpa batas yang ditandai dengan perdagangan dunia dan MEA yang kompetitif, tuntutan pelanggan semakin tinggi, hak paten, faktor lingkungan, inovasi dan kreatifitas semakin dibutuhkan. Agar kita menjadi survive maka kita perlu menanamkan

budaya kerja –apatur desa- yang direfleksikan pada aktivitas-aktivitas dalam mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai.

Aparatur Desa perlu tanggap dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif yang tidak saja dari Indonesia, tetapi juga dari luar Indonesia.Lingkungan yang kompetitif ini menuntut aparatur desa bisa meningkatkan kapasitas diri –pelatihan dan mau belajar-, struktur organisasi yang fleksibel yang didukung oleh nilai-nilai profesional yang berorientasi pada keefektifan organisasi.Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Indonesia memerlukan dukungan sumberdaya alam maupun sumber daya manusia –sebagai asset pemerintah yaitu aparatur desa-. Di antara kedua sumberdaya ini yang lebih berperan atau yang paling berkontribusi, apakah Indonesia bisa menjadikan MEA sebagai peluang adalah SDM yaitu Aparatur Desa. SDM Aparatur Desa lah yang menjadi pengerak pembangunan pedesaan, yang berkontribusi terhadap pencapaian visi misi Nawacita sehingga tercapai desa-desa mandiri di seluruh Indonesia.

Kerangka konsep meningkatkan apatatur desa dalam menghadapi MEA, seperti gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1: Indonesia Menghadapi MEA Dalam Persepektif Meningkatkan Kapasitas Aparatur Desa

MENINGKATKAN KAPASITAS APARATUR DESA