• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.2. Informan

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperoleh. Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami permasalahan penelitian (Bungin 2014:78). Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah :

1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru pada masing-masing agama yang sudah mengajar di YPSIM minimal 6 tahun, karena dalam waktu tersebut peneliti menganggap guru sudah memiliki pengalaman dalam menjalankan pendidikan multikultural.

2. Informan pendukung adalah siswa/siswi kelas XII SMA yang ada di Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan.

23 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan berdasar dari dua sumber yaitu dengan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

a) Observasi

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatanya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainya. Adapun yang menjadi objek observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengamati bagaimana aktivitas sosial sebelum dilanjutkan kepada wawancara yang mendalam.

b) Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang menjadi informan dari peneliti, ini bisa disebut dengan metode interview guide yakni aturan-aturan daftar pertanyaan yang dijadikan acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Metode pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan berulang-ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan di

24

lokasi penelitian (Bungin 2007:108). Wawancara mendalam yang dimaksud adalah percakapan yang sifatnya terbuka dan tidak baku. Wawancara dilakukan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang multikulturalisme yang diterapkan di YPSIM.

c) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Suhartono 1990:70). Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dimaknai sebagai data yang tidak diperoleh dari sumber pertama atau data penunjang dan pendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan pencetakan dokumen yaitu dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku referensi, dokumen, jurnal dan internet yang berisikan tentang multikulturalisme, pendidikan multikulturalisme yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengkajian data yang mencakup perilaku objek, hasil wawancara, temuan data di lapangan yang yang teridentifikasi dan

25

bahan-bahan kepustakaan yang telah dikumpulkan. Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Setelah itu data yang diperoleh dipelajari dan ditelaah kembali untuk mencari jawaban dari pertanyaan rumusan masalah sehingga tebentuklah solusi. Lalu data yang sudah lengkap direduksi dengan cara abstraksi. Interpretasi data merujuk pada pemberian makna dan pembagian ide-ide berdasarkan hasil penelitian (Nanang Martono, 2016:124).

26 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1 Gambaran Umum Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM)

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) adalah salah satu sekolah swasta yang terletak di kota Medan, lokasinya berada di jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Medan Sunggal. YPSIM yang mengemban visi untuk mengatasi permasalahan kemiskinan dan diskriminasi sosial ini berdiri pada tahun 25 Agustus 1987. Adalah dr. Sofyan Tan, yang berinisiatif penuh dalam mendirikan sebuah sekolah dengan alasan utama untuk menyediakan akses pendidikan bagi anak-anak yang kurang mampu. Selain itu beliau punya kesadaran bahwa negara Indonesia yang komposisi penduduknya sangat beragam harus ditanamkan sikap yang tidak rasis tetapi menghargai keberagaman yang ada tanpa memandang suku, agama, etnis, ras, kelas, bahasa dan lain-lain. Hal itulah yang pada kemudian hari nama sekolah ini memiliki sebutan sebagai “sekolah pembauran”. Nama Sultan Iskandar Muda dipilih sebagai nama sekolah karena merupakan sultan Aceh pertama yang memiliki wawasan dan pengetahuan kebangsaan yang luas. Dengan harapan bahwa nantinya generasi muda yang akan menempuh pendidikan di sekolah ini akan menjadikan Sultan Iskandar Muda sebagai inspirasi dan meneladani sikapnya.

Pada awalnya sekolah ini berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 1.500 m² yang dipinjamkan oleh seorang warga Melayu bernama Datuk M.Bahar. Modal untuk membangun gedung sekolah, membayar tukang bangunan, ongkos ukur tanah

27

diperoleh dari pinjaman beberapa simpatisan yang mendukung gagasan didirikanya sekolah. Bahkan untuk material bangunan, diutang dari panglong karena modal yang minim. Bulan April 1988 adalah permulaan dibangunya kelas yakni 11 ruangan, yang digunakan untuk proses belajar mengajar sebanyak 7 lokal masing-masing Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk ruangan kepala sekolah sebanyak 2 lokal, 2 lokal lagi untuk ruang guru dan tata usaha.

Setelah pembangunan ruangan kelas selesai dan sudah siap untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar, maka pada tahun ajaran 1988 itu dibukalah pendaftaran penerimaan siswa, ketika itu jumlah siswa yang mendaftar kurang lebih 145 orang, masing-masing Tionghoa 40% dan non Tionghoa 60%. Pada saat itu kebanyakan yang bersekolah di YPSIM adalah anak-anak sekitaran Medan Sunggal, yang kondisi orang tuanya cenderung terdiri dari kelas menengah kebawah. Menurut kepala sekolah saat ini, Edy Jitro Sihombing Mpd ini merupakan implementasi pendidikan multikultural yang paling dasar, dimana semua anak-anak diterima disekolah YPSIM tanpa ada pembeda-bedaan, bahkan dari kelas menengah kebawah sekalipun. YPSIM menerima siswa bukan karena siswa mampu membayar semua biaya-biaya sekolah tetapi dari kalangan ekonomi lemah juga ditampung.

Dari keterbatasan ruangan tadi diikuti pula oleh fasilitas sekolah yang belum bisa disediakan dalam rangka menunjang proses pengembangan siswa menjadi lebih baik.

Perpustakaan dan laboratorium yang biasanya ada pada sekolah pada umumnya belum bisa disediakan karena untuk ruangan kelas, kepala sekolah, tata usaha serta ruangan guru saja dalam perjalananya membutuhkan usaha yang tidak mudah.

28

Tahun 1990, jumlah siswa membengkak menjadi 485 orang. Akibatnya kelas yang ada tidak mampu lagi untuk menampung. Melihat kondisi tersebut, pendiri yayasan Sofyan Tan melakukan peminjaman ke Bank untuk membiayai pembangunan ruangan kelas baru. Selain itu juga ada upaya untuk meminta bantuan kepada para pengusaha Tionghoa namun terkesan tidak terlalu berpengaruh karena tidak banyak yang tertarik dengan ide sekolah pembauran ini.

Pada tahun-tahun berikutnya, ledakan pertumbuhan siswa juga terus mengalami peningkatan yang otomatis membutuhkan ruangan kelas baru untuk menampung siswa-siswi. Tercatat pada tahun ajaran 1994/1995 jumlah siswa di YPSIM sudah mencapai 878 orang dan pada tahun ajaran 2002/2003 sudah mencapai ribuan yakni 1.524 orang.

Tabel berikut menggambarkan peningkatan siswa YPSIM dari tahun ketahun serta dengan komposisi etnis siswa-siswinya.

Tabel 1. Jumlah siswa YPSIM Tahun 1988-2002 dan 2013/2014

No Tahun WNI Non

29

8 1995/1996 563 54.66 467 45.33 1.030

9 1996/1997 715 57.11 537 42.89 1.252

10 1997/1998 901 62.31 545 37.69 1.446

11 1998/1999 821 61.82 507 38.18 1.328

12 1999/2000 907 63.60 519 36.40 1.426

13 2000/2001 961 67.25 468 32.75 1.429

14 2001/2002 969 67.71 462 32.28 1.431

15 2002/2003 1.058 69.42 465 30.21 1.524 16 2003/2004 1.064 67.68 508 32.32 1.572 17 2013/2014 1.846 76.66 562 23.33 2.409 Sumber : Laporan Tahunan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi

Seiring berjalanya waktu, berbagai fasilitas YPSIM juga terus bertambah. Areal kompleks sekolah saat ini kurang lebih satu hektar. Sekolah ini juga sudah memiliki fasilitas laboratorium komputer, ruang musik serta perpustakaan yang menyediakan buku pelajaran dan buku bacaan umum.

4.1.2 Profil SMA Sultan Iskandar Muda

Profil sekolah dimaksudkan untuk menggambarkan atau menceritakan sekolah SMA SIM sebagai lokasi penelitian. Jenjang SMA yang berada dalam naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini berdiri pada tanggal 08-08-1988 dengan SK Pendirian Sekolah 390/I05/A 1988. Beralamat di jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Kecamatan Medan Sunggal, Kotamadya Medan, kode pos 20121.

30

SMA ini berada tepat di dalam kompleks gedung bertingkat Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda diatas tanah kurang lebih 1 ha. Gedung SMA ini bersatu dengan jenjang pendidikan lainya yakni jenjang SD,SMP dan SMK. Sekolah yang Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10210843 saat ini dikepalai oleh Bapak Edy Jitro Sihombing MPd. Tercatat beliau sudah berada di YPSIM mulai tahun 1996, itu artinya beliau sedang menjalani tahun ke 22 mengabdi untuk YPSIM, sedangkan untuk menjabat kepala sekolah sudah 11 tahun sampai sekarang.

Izin Operasional :KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA MEDAN

NO. SK : 420/10.021/DIKMENJUR/2014, 8 OKT 2014

NSS : 304076006210

NDS : 3007120133

NPSN : 10210843

NIS : 301700

JENJANG AKREDITASI : A

TAHUN BERDIRI :1987

Seiring dengan berjalanya waktu, SMA ini makin lama semakin mengalami peningkatan dalam semua bidang termasuk jumlah siswa. Tercatat sampai saat tercatat

31

jumlah siswa-siswi yang ada mencapai 700an, pada umumnya berasal dari daerah tempat sekolah itu berdiri yakni sekitaran Medan Sunggal. Berikut data detail jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda.

Tabel 2. Jumlah Siswa berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 313 44

Perempuan 408 56

Total 721 100

(Sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda 2018).

Dari tabel diatas terlihat jelas bahwa komposisi murid ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan jumlah siswa yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni sejumlah 408 orang dibanding siswa yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 313 orang.

Kemudian jumlah siswa sebanyak 721 orang tersebut terbagi kedalam tiga tingkat kelas pada jenjang SMA yakni kelas X, XI dan XII. Berikut tabel berdasarkan tingkat kelas yang ada pada jenjang SMA. Kelas X adalah jumlah terbanyak dari ketiga kelas ini, dimana tercatat jumlah siswa yang ada berjumlah 288 orang, disusul kelas XI sebanyak 222 orang, diikuti kelas XII sebanyak 211 orang. Total jumlah siswa dari ketiga tingkat kelas adalah 721 orang. Berikut tabelnya.

32

Tabel 3. Jumlah Siswa berdasarkan Tingkat

Tingkat Jumlah %

X 288 40

XI 222 31

XII 211 29

Total 721 100

(sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda 2018).

Sebagai sekolah yang mengutamakan keberagaman, sekolah ini juga menerima semua kalangan tanpa melihat latar agama siswa. Hal itu terlihat dari jumlah siswa berdasarkan agama cukup variatif. terlihat dalam tebel ada penganut agama-agama resmi di Indonesia yakni agama Islam 376 orang, kedua ada Kristen sebanyak 172 orang, kemudian ketiga ada agama Katholik berjumlah 36 orang, diikuti agama Hindu sebanyak 25 orang dan terakhir agama Budha sebanyak 11 orang. Total keseluruhan ditinjau dari jenis agama yang dianut. Data tersebut bisa dikonfirmasi melalui tabel yang disajikan berikut ini.

Tabel 4. Jumlah Siswa berdasarkan Agama

Agama Jumlah %

Islam 376 53

Kristen 172 24

Katholik 36 4,9

Hindu 25 3

33

Budha 111 15

Kong Hu Chu 0 0

Lainnya 1 0,1

Total 721 100

(sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda 2018)

Dari sisi umur, sebagaimana sekolah SMA pada umumnya, siswa di YPSIM ini terlihat didominasi oleh siswa berumur antara 16-18 tahun dengan jumlah 664 orang.

Sementara untuk siswa umur dibawah 16 tahun tetapi sudah berada pada jenjang SMA, tercatata ada sebanyak 36 orang. Ada juga siswa yang masih pada tingkat SMA tapi umurnya sudah 18 lebih terlihat dalam tabel dibawah sebanyak 21 orang. Dari total jumlah kelompok penduduk berdasarkan umur pada jenjang SMA berjumlah 721 orang.

Berikut tabel detailnya

Tabel 5. Jumlah Siswa berdasarkan Umur

Umur Jumlah %

< 16 Tahun 36 5

16 – 18 Tahun 664 92

>18 Tahun 21 3

Total 721 100

(sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda 2018)

34

4.1.3 Visi dan Misi Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM)

Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan dalam sebuah proses pembelajaran. Visi menjadi elemen paling penting dalam menentukan suksesnya sebuah aktivitas pendidikan, dalam artian visi menjadi kerangka dan tulang punggung dari semua aktivitas yang dilaksanakan di sekolah. Adapun visi yang ditetapkan di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda adalah sebagai berikut:

“Menjadi sekolah yang unggul dalam IPTEK dan mendukung keberagaman dalam suasana kebersamaan.

Untuk misinya sendiri adalah

1. Menciptakan suasana belajar yang aman, harmonis dan kondusif.

2. Meningkatkan kinerja para guru, staf dan pegawai berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.

3. Mewujudkan nilai-nilai pendidikan dalam bentuk siswa/siswi yang beriman, bertaqwa dan produktif.

4. Membekali peserta didik dengan keterampilan bidang seni dan olahraga.

5. Menumbuhkan jiwa persatuan dan kesatuan dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan status sosial ekonomi serta jenis kelamin.

6. Menjadikan lulusannya mempunyai life skill untuk dapat diterima di dunia kerja.

7. Menumbuhkan kerjasama dengan instansi lain dalam pengembangan kualitas dan kuantitas siswa.

8. Menumbuhkan sikap kepedulian sosial siswa secara optimal terhadap lingkungan sekolah dan sekitarnya.

35

9. Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran secara efektif sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

10. Menjadikan siswa yang memiliki dedikasi, disiplin, jujur, inovatif, tekun dan ulet sebagai wujud pengembangan SDM yang unggul.

4.1.4 Keadaan Guru

Guru adalah salah satu faktor terpenting di dalam keberlangsungan lembaga pendidikan. Ini dimaksudkan agar setiap proses kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik sebagaimana yang diharapakan agar tercapai visi dan misi sekolah yang telah ditentukan diawal.

Guru di SMA YPSIM sendiri ada sebanyak 26 orang. Untuk mendapat gamabaran yang lebih jelas, berikut data guru dalam bentuk tabel ditampilkan berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 6. Jumlah Guru berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 10 38

Perempuan 16 62

Total 26 100

(sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda 2018)

Jumlah guru yang berada di SMA Sultan Iskandar Muda tercatat sebanyak 26 orang terbagi dalam beberapa mata pelajaran. Guru yang berjenis kelamin perempuan terlihat lebih banyak dibandingkan dengan guru yang berjenis kelamin laki-laki.

36

Masing-masing berjumlah 16 orang diikuti laki-laki sejumlah 10 orang, jumlah keseluruhan mencapai 26 orang. Para guru inilah salah satu elemen yang telah membantu tercapainya sasaran pendidikan SMA Sultan Iskandar Muda yang telah ditetapkan di visi dan misi sekolah. Melaksanakan tugas dan peran dengan maksimal sehingga transfer ilmu kepada siswa berada pada kondisi optimal.

Sedangkan ditinjau berdasarkan pendidikan, guru-guru di SMA YPSIM bisa dilihat dalam tabel dibawah.

Tabel 7. Jumlah Guru berdasarkan Ijazah

Ijazah Tertinggi Jumlah %

Kurang dari S1 0 0

S1 atau Lebih 26 100

(sumber: SMAS Sultan Iskandar Muda

Para guru yang mengajar di SMA Sultan Iskandar Muda merupakan pengampuh mata pelajaran yang sudah mendapatkan pendidikan di universitas sesuai mata pelajaran. Kondisi itu dibuktikan dari gelar pendidikan terakhir yang mereka capai adalah tingkat S1 (Sarjana) bahkan beberapa dari guru sudah ada yang memperoleh gelar M.Pd, yang artinya sudah menjajaki pendidikan setingkat lebih tinggi dari pada sarjana.

Ini membuat kondisi intelektual di ligkungan SMA Sultan Iskandar Muda sudah memenuhi standart atau kriteria yang dibutuhkan sebagai seorang guru seperti sekolah kebanyakan pada umumnya.

37

Dalam KBM di kelas guru mengacu pada student centered. Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa yang aktif untuk menemukan penyelesaian dalam pembelajaran. Untuk membuktikan teori yang ada kegiatan praktikum menjadi salah satu program yang dilaksanakan oleh guru, disamping memanfaatkan lingkungan sebagai media belajar misalnya kegiatan outdor, kunjungan museum, kebun botani dan lain sebagainya.

Guru di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda juga selalu mendapat pelatihan atau sosialisasi terkait bagaimana menerapkan pendidikan multikultural. Pihak yayasan mengundang para akademisi, pemerintah kota maupun aktivis untuk memberikan penyuluhan. Hal ini penting karena guru menjadi pemegang peran sentral dalam mewujudkan pendidikan multikultural kepada siswa, sehingga menjadi keharusan untuk terus memupuk dan meningkatkan kapasitas setiap guru.

4.1.5 Struktur Organisasi

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam usaha mensukseskan pendidikan formal suatu sekolah mesti memiliki struktur oeganisasi yang baik yakni suatu badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan pewujudan pola hubungan diantara fungsi, tugas, wewenang serta taggung jawab yang berbeda-beda. Struktur organisasi SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda Medan, Sunggal dapat dilihat dalam foto terlampir. (Dokumentasi 4 Juni 2018)

38

Struktur Organisasi SMA Sultan Iskandar Muda TP 2017/2018 Kepala Sekolah

1 Laboratorium Fisika : Indri Dayana M.Si

5 Laboratorium Bahasa : Jun P Harefa S.S .M. TCSOL

39 4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah

Untuk mendukung kegiatan belajar menagajar serta memberi kemudahan terlaksananya proses belajar mengajar , maka di SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda terdapat beberapa sarana prasarana seperti Perpustakaan, beberapa Lab, fasilitas olahraga, rumah ibadah, radio keberagaman. (Penulis melampirkan dokumentasi 4 Juni 2018)

4.2 Profil Informan

Dalam penelitian ini, ada 8 (delapan) orang informan yang diwawancarai, diantaranya 1 kepala sekolah, 4 orang guru agama dan 3 orang siswa SMA YPSIM.

Informan 1

Nama : Edy Jitro Sihombing M.Pd (Kepala Sekolah) Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 35 Tahun

Suku : Batak

Agama :

Bapak Edy Jitro Sihombing merupakan kepala sekolah SMA di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Tercatat beliau sudah menjabat sudah hampir 11 tahun dimulai sejak tahun 1996. Berdasarkan hasil wawancara, beliau sebenarnya sudah 21 tahun berada di sekolah ini hanya saja untuk jabatan kepala sekolah baru dimulai semenjak tahun 1996. Pria bersuku batak ini bercerita tentang berdirinya YPSIM pada

40

tahun 1987. Jumlah siswanya kira-kira kurang lebih 145 orang. Menurut penuturan beliau pada awalnya sekolah ini berdiri bertujuan untuk bagaimana anak-anak yang tidak mampu bisa menikmati pendidikan.

Selain itu beliau menjelaskan bahwa tujuan sekolah ini yang tak kalah penting adalah untuk memperkenalkan bahwa Indonesia adalah negara yang beraneka ragam seperti suku, agama dan ras. Bahwa tanpa memandang latar belakang setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. karena itulah menurutnya sekolah YPSIM dikenal juga dengan sebutan “sekolah pembauran”.

Beliau berumur tahun 35 Tahun tersebut memang sudah menerapkan tentang keberagaman dimana istrinya sendiri adalah seorang yang beretnis Tionghoa, artinya sudah tidak memandang latar belakang lagi ketika memilih pasangan hidup. Para pembantunya pun di ruang kepala sekolah terdiri dari beragam suku dan agama. Ia menjelaskan bahwa guru sendiri harus memberikan teladan langsung kepada siswa dalam menerapkan nilai-nilai multikultural.

Informan 2

Nama : Sumitra

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 40 Tahun

Suku : Tamil

Agama : Hindu

41

Ibu Sumitra merupakan salah satu guru yang ada di sekolah SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda. Beliau mengampuh mata pelajaran agama Hindu.

Menurut penuturan beliau, sudah hampir lima tahun mengabdi di sekolah YPSIM menggantikan guru agama Hindu yang sudah tidak mengajar lagi karena hendak menikah. Ia mendapat informasi dari temanya dan setelah itu mengajukan lamaran yang melewati beberapa tahap proses, termasuk menguji calon guru terkait wawasan tentang multikultural. Kemudian setelah memenuhi syarat diterima untuk mengampuh mata pelajaran agama Hindu.

Beliau menuturkan bahwa pedidikan multikultural yang diterapkan disekolah ini terbukti misalnya dalam interaksi sehari-hari, misalnya suku Tamil yang biasanya cenderung mempunyai kulit gelap tidak pernah ditemukan siswa yang rasis misalnya dengan menyebut panggilan Kelling (sebutan untuk orang India). Bahkan siswa Tionghoa yang kulitnya putih tidak pernah mengcapkan panggilan bermakna negatif tersebut. Dia melanjutkan penerapan pendidikan multikultural semakin kuat karena siswa-siswi di perguruan ini kompak tanpa memandang latar berlakang, bermain sama, makan bersama. Sehingga budaya keberagaman itu sangat nyata dirasakan pengaruhnya.

Saat ini, perempuan berumur 40 Tahun ini sedang berkuliah di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) pada program studi Bahasa Indonesia. Beliau melakukan kuliah ketika sudah selesai mengajar di sekolah.

42 Informan 3

Nama : Jesika Angelina

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 15 Tahun

Suku : Tionghoa

Agama : Budha

Jesika Angelina meurupakan salah satu siswa yang bersekolah di SMA Sultan Iskandar Muda. Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis, Angelina bersekolah disini karena menuruti saran dari orangtuanya, itu mengapa informan bersekolah disini hanya pada tingkat SMA saja, tidak mulai dari jenjang TK, SD bahkan SMP.

Sebelumnya informan bersekolah di sekolah SMP Swasta Supriyadi Medan.

Ketika penulis bertanya perihal pendidikan multikultural, perempuan berusia 15 tahun ini langsung memberikan jawaban yang singkat yakni “tidak membeda-bedakan, dalam penuturanya lebih lanjut, pendidikan multikultural di SMA Sultan Iskandar Muda diterapkan dengan baik sehingga menjadi keunggulan tersendiri daripada sekolah-sekolah lain yang terkadang masih dijumpai sikap-sikap pembullyan. Bisa berbaur dari berbagai jenis latar belakang yang tidak didapat dari sekolah sebelumnya yang cenderung menonjolkan mayoritas seperti sekolah satu agama, etnis.

Informan lebih lanjut mengatakan bahwa senang bersekolah di SMA Sultan Iskandar Muda karena guru-guru disini semua ramah dan baik, persis seperti mereka mengajarkan pendidikan multikultural terutama tentang sikap tidak bisa

membeda-43

bedakan, saling mengejek warna kulit dan saling menghargai. Tapi informan juga turut mengomentari bagaimana ia menemukan beberapa guru yang didalam kelas pilih kasih, dalam kata lain anak kesayangan karena siswanya pintar. Tapi informan mengatakan maklum dengan keaadaan tersebut karena menurut pengalamanya disekolah sebelumnya pun ada sikap-sikap pilih kasih dari guru kepada orang yang lebih pintar.

Siswi kelas dua SMA ini kemudian mengungkapkan bahwa dia senang dan nyaman bersekolah disini kendatipun dalam penuturanya kompleks atau lapangan sekolahnya kurang luas. Tapi kondisi itu bisa ditutupi oleh keadaan fasilitas yang lamayan bagus ditambah tempat yang bersih. Pun dengan peraturan yang ada, informan tidak terlalu terkejut dan terbebani karena disekolah sebelumnya juga menerapkan

Siswi kelas dua SMA ini kemudian mengungkapkan bahwa dia senang dan nyaman bersekolah disini kendatipun dalam penuturanya kompleks atau lapangan sekolahnya kurang luas. Tapi kondisi itu bisa ditutupi oleh keadaan fasilitas yang lamayan bagus ditambah tempat yang bersih. Pun dengan peraturan yang ada, informan tidak terlalu terkejut dan terbebani karena disekolah sebelumnya juga menerapkan