• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi

4.1.5. Struktur Organisasi

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam usaha mensukseskan pendidikan formal suatu sekolah mesti memiliki struktur oeganisasi yang baik yakni suatu badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan pewujudan pola hubungan diantara fungsi, tugas, wewenang serta taggung jawab yang berbeda-beda. Struktur organisasi SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda Medan, Sunggal dapat dilihat dalam foto terlampir. (Dokumentasi 4 Juni 2018)

38

Struktur Organisasi SMA Sultan Iskandar Muda TP 2017/2018 Kepala Sekolah

1 Laboratorium Fisika : Indri Dayana M.Si

5 Laboratorium Bahasa : Jun P Harefa S.S .M. TCSOL

39 4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah

Untuk mendukung kegiatan belajar menagajar serta memberi kemudahan terlaksananya proses belajar mengajar , maka di SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda terdapat beberapa sarana prasarana seperti Perpustakaan, beberapa Lab, fasilitas olahraga, rumah ibadah, radio keberagaman. (Penulis melampirkan dokumentasi 4 Juni 2018)

4.2 Profil Informan

Dalam penelitian ini, ada 8 (delapan) orang informan yang diwawancarai, diantaranya 1 kepala sekolah, 4 orang guru agama dan 3 orang siswa SMA YPSIM.

Informan 1

Nama : Edy Jitro Sihombing M.Pd (Kepala Sekolah) Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 35 Tahun

Suku : Batak

Agama :

Bapak Edy Jitro Sihombing merupakan kepala sekolah SMA di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Tercatat beliau sudah menjabat sudah hampir 11 tahun dimulai sejak tahun 1996. Berdasarkan hasil wawancara, beliau sebenarnya sudah 21 tahun berada di sekolah ini hanya saja untuk jabatan kepala sekolah baru dimulai semenjak tahun 1996. Pria bersuku batak ini bercerita tentang berdirinya YPSIM pada

40

tahun 1987. Jumlah siswanya kira-kira kurang lebih 145 orang. Menurut penuturan beliau pada awalnya sekolah ini berdiri bertujuan untuk bagaimana anak-anak yang tidak mampu bisa menikmati pendidikan.

Selain itu beliau menjelaskan bahwa tujuan sekolah ini yang tak kalah penting adalah untuk memperkenalkan bahwa Indonesia adalah negara yang beraneka ragam seperti suku, agama dan ras. Bahwa tanpa memandang latar belakang setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. karena itulah menurutnya sekolah YPSIM dikenal juga dengan sebutan “sekolah pembauran”.

Beliau berumur tahun 35 Tahun tersebut memang sudah menerapkan tentang keberagaman dimana istrinya sendiri adalah seorang yang beretnis Tionghoa, artinya sudah tidak memandang latar belakang lagi ketika memilih pasangan hidup. Para pembantunya pun di ruang kepala sekolah terdiri dari beragam suku dan agama. Ia menjelaskan bahwa guru sendiri harus memberikan teladan langsung kepada siswa dalam menerapkan nilai-nilai multikultural.

Informan 2

Nama : Sumitra

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 40 Tahun

Suku : Tamil

Agama : Hindu

41

Ibu Sumitra merupakan salah satu guru yang ada di sekolah SMA Yayasan Pergurun Sultan Iskandar Muda. Beliau mengampuh mata pelajaran agama Hindu.

Menurut penuturan beliau, sudah hampir lima tahun mengabdi di sekolah YPSIM menggantikan guru agama Hindu yang sudah tidak mengajar lagi karena hendak menikah. Ia mendapat informasi dari temanya dan setelah itu mengajukan lamaran yang melewati beberapa tahap proses, termasuk menguji calon guru terkait wawasan tentang multikultural. Kemudian setelah memenuhi syarat diterima untuk mengampuh mata pelajaran agama Hindu.

Beliau menuturkan bahwa pedidikan multikultural yang diterapkan disekolah ini terbukti misalnya dalam interaksi sehari-hari, misalnya suku Tamil yang biasanya cenderung mempunyai kulit gelap tidak pernah ditemukan siswa yang rasis misalnya dengan menyebut panggilan Kelling (sebutan untuk orang India). Bahkan siswa Tionghoa yang kulitnya putih tidak pernah mengcapkan panggilan bermakna negatif tersebut. Dia melanjutkan penerapan pendidikan multikultural semakin kuat karena siswa-siswi di perguruan ini kompak tanpa memandang latar berlakang, bermain sama, makan bersama. Sehingga budaya keberagaman itu sangat nyata dirasakan pengaruhnya.

Saat ini, perempuan berumur 40 Tahun ini sedang berkuliah di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) pada program studi Bahasa Indonesia. Beliau melakukan kuliah ketika sudah selesai mengajar di sekolah.

42 Informan 3

Nama : Jesika Angelina

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 15 Tahun

Suku : Tionghoa

Agama : Budha

Jesika Angelina meurupakan salah satu siswa yang bersekolah di SMA Sultan Iskandar Muda. Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis, Angelina bersekolah disini karena menuruti saran dari orangtuanya, itu mengapa informan bersekolah disini hanya pada tingkat SMA saja, tidak mulai dari jenjang TK, SD bahkan SMP.

Sebelumnya informan bersekolah di sekolah SMP Swasta Supriyadi Medan.

Ketika penulis bertanya perihal pendidikan multikultural, perempuan berusia 15 tahun ini langsung memberikan jawaban yang singkat yakni “tidak membeda-bedakan, dalam penuturanya lebih lanjut, pendidikan multikultural di SMA Sultan Iskandar Muda diterapkan dengan baik sehingga menjadi keunggulan tersendiri daripada sekolah-sekolah lain yang terkadang masih dijumpai sikap-sikap pembullyan. Bisa berbaur dari berbagai jenis latar belakang yang tidak didapat dari sekolah sebelumnya yang cenderung menonjolkan mayoritas seperti sekolah satu agama, etnis.

Informan lebih lanjut mengatakan bahwa senang bersekolah di SMA Sultan Iskandar Muda karena guru-guru disini semua ramah dan baik, persis seperti mereka mengajarkan pendidikan multikultural terutama tentang sikap tidak bisa

membeda-43

bedakan, saling mengejek warna kulit dan saling menghargai. Tapi informan juga turut mengomentari bagaimana ia menemukan beberapa guru yang didalam kelas pilih kasih, dalam kata lain anak kesayangan karena siswanya pintar. Tapi informan mengatakan maklum dengan keaadaan tersebut karena menurut pengalamanya disekolah sebelumnya pun ada sikap-sikap pilih kasih dari guru kepada orang yang lebih pintar.

Siswi kelas dua SMA ini kemudian mengungkapkan bahwa dia senang dan nyaman bersekolah disini kendatipun dalam penuturanya kompleks atau lapangan sekolahnya kurang luas. Tapi kondisi itu bisa ditutupi oleh keadaan fasilitas yang lamayan bagus ditambah tempat yang bersih. Pun dengan peraturan yang ada, informan tidak terlalu terkejut dan terbebani karena disekolah sebelumnya juga menerapkan peraturan sekolah seperti pada umumnya, semisal kedisiplinan, hanya saja perlu melakukan beberapa adaptasi menyangkut sikap perlakuan kepada yang berbeda latar belakang denganya sebagaimana dengan penekanan kultur multikultural yang ada dalam sekolah SMA Sultan Iskandar Muda.

Informan 4

Nama : Abdul Farid

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 16 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

44

Abdul Farid merupakan salah satu siswa SMA Sultan Iskandar Muda yang sudah sangat lama bersekolah ditempat ini. Menurut penuturanya, mulai dari tingkat SD ia menginjakkan kakinya di perguruan yang dipiloti oleh pria beretnis Tionghoa, Sofyan Tan ini. Dia menjelaskan bahwa dulunya iya bersekolah di perguruan ini karena kehendak orangtuanya. Tetapi karena tingkat SD dilewati dengan menyenangkan, dengan raut wajah berseri-seri dia mengatakan bahwa tingkat lanjutan pun akan tetap berda di sekolah ini dan terbukti bahkan sampai tingkat SMA sekarang dia tetap bertahan dengan pilihanya.

Ketika penulis menyanyakan perihal mengapa informan nyaman disekolah ini dikarenakan banyak hal menarik yang ia dapatkan. Bahkan dalam belajar, guru-gurunya bisa membuat situasi tidak bosan. Ada semacam refresh dari pembelajaran supaya tidak membosankan dan membuat pening kepala.

Siswa yang beralamat di jalan Amal ini mengungkapkan pendapat yang hampir sama dengan siswa lainya bahwa pendidikan multikultural merupakan kondisi yang tidak membedakan suku, agama atau pun ras. Semua sama tarafnya. Dia mengungkapkan bahwa kodisi multikultural harus bisa menolak segala diskriminasi, sehingga tidak hanya identitas yang sama dikawani, tapi semua latar belakang.

Dalam pembelajaran di kelas menurut penuturanya posisi duduk siswa tidak bisa selalu sama dengan satu agama ataupun suku, agar semua siswa bisa saling berteman agar rasa kebersamaan semakin kuat. Lebih lanjut dia menjelaskan tentang keberadaan pohon yang semua siswa menyebut sebagai “pohon kerukunan”. Informan memberikan pengandaian bahwa dari pohon tersebut bisa ditiru oleh siswa karena

45

pohon dalam memberikan oksigen yang dibutuhkan manusia tersebut tidak pilih kasih, adil tanpa memandang latar belakang.

Informan 5

Nama : Ebenezer Parulian Dabukke M.Pd Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 30 Tahun

Suku : Batak

Agama : Kristen Protestan

Informan merupakan salah yang mengajar di Perguruan Sultan Iskandar Muda sampai saat ini, ia mengampuh mata pelajaran agama kristen pada setiap tingkat di jenjang SMA. Beliau menuturkan sudah hampir lima tahun lebih mengabdi di sekolah ini, tepat pada 15 mei 2018 yang lewat genap mengajar, memberikan ilmu pelajaran kepada siswa.

Beliau juga merupakan salah satu guru yang cukup diperhitungkan keberadaanya karena di salah satu guru yang menjadi insruktur yang dipercaya untuk memberikan motivasi kepada siswa dalam rangka penanaman nilai- nilai multikultural.

Pendidikan multikultural menurutnya merupakan pendidikan untuk semua orang dimana semua anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik tanpa melihat suku, agama, ras, status sosial dan perbedaan-perbedaan lainya.

46

Informan juga terlihat ahli ketika memberikan informasi kepada penulis perihal pendidikan multikultural, terlihat ketika ia menjelaskan panjang lebar menyangkut kultur, ikon-ikon sekolah dan aktivitas-aktivitas siswa.

Informan 6

Nama : Purna Satya Raz

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 29 Tahun

Suku : Tamil

Agama : Budha

Purna Satya Raz merupakan satu-satunya guru agama Budha yang ada di jenjang SMA Perguruan Sultan Iskandar Muda. Tercatatat ia sudah mengabdi selama dua tahun lebih. Awal beliau mengetahui sekolah ini karena informasi dari istrinya yang juga mengajar di Perguruan Sultan Iskandar Muda mengampu mata pelajaran agama Budha juga. Bedanya istrinya mengajar pada jenjang SMP.

Ketika perguruan membuka lowongan kerja sebagai guru agama budha, istrinya merekomendasikanya untuk segera mengajukan lamaran dan ternya diterima sebagai satu-satunya pengampuh mata pelajaran agama budah.

Informan bercerita sebenarnya guru agama budha yang ada di sekolah ini ada sejumlah empat orang, hanya saja dibagi dalam tiga jenjang yakni SD, SMP dan SMA.

47

Lulusan sekolah bodidarma ini lebih lanjut bercerita mengenai pendidikan multikultural.

Pendidikan multikultural baginya adalah pendidikan yang tidak membeda-bedakan antara ras, budaya, suku, bahasa dan lainya. Informan menjelaskan dengan optimis bahwa keberadaan sekolah yang menananmkan nilai-nilai multikultur akan menciptakan generasi masa depan yang baik serta mencinta negaranya.

Informan 7

Nama : Tri Rizki Zahara S Pd.i Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 24 Tahun

Suku : Jawa

Agama : Islam

Informan merupakan guru agama islam pada tingkat SMA di Perguruan Sultan Iskandar Muda. Dulunya ia mengetahui keberadaan sekolah ini karena menemukan lowongan kerja guru di internet. Kebetulan loker yang dibutuhkan juga sesuai dengan jurusan waktu kuliah yakni Sarjana Pendidikan Islam (SPd.i)

Setelah mengetahui informasi tersebut dia kemudia mengajukan lamaran dan akhirnya diterima sebagai pengajar untuk mengampuh mata pelajaran agama islam.

Lebih lanjut, informan menjelaskan bahwa proses untuk bisa mengajar disekolah ini harus melewati beberapa tahap. Pengalamanya seperti ia ceritakan bahwa awal

48

mengajukan lamaran ada sesi wawancara. Wawancara yang dimaksud disini untuk mengetahui seberapa jauh wawasan calon guru tentang nilai-nilai multikultural, kondisi sekolah, keadaan siswa.

Perempuan bersuku Jawa ini dalam perjalananya sudah tiga tahun lebih mengajar di Perguruan Sultan Iskandar Muda.

Informan 8

Nama : Gilbert Yeremi Naibaho

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 16 Tahun

Suku : Batak

Agama : Kristen

Gilbert Yeremi Naibaho merupakan salah satu siswa SMA Sultan Iskandar Muda. Sudah mulai dari SMP ia menuntut ilmu disekolah ini. Ia menuturkan bahwa dulunya tahu sekolah ini dari kawan ketika sekolah dasar. Kemudian setelah itu mendiskusikan kepada orang tua terkait akan dimana melanjutkan sekolah menengah pertama setelah lulus SD.

Setelah bersepakat dengan orangtuanya, jadilah ia melanjutkan sekolah di Sultan Iskandar Muda. Dari keteranganya, ia menjelaskan bahwa berada disekolah ini sangat menyenangkan, karena sekolahnya bersih, rapi. Guru dan siswa kompak saling tegur

49

sapa dan yang paling berkesan karena dia pernah menjuarai kompetisi futsal antar kelas sebagaimana ekstrakurikuler yang digelutinya.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa disekolah ini fasilitasnya bisa mengembangkan talenta siswa menjadi meningkat. Ini yang membuatnya betah bersekolah disini sampai pada jenjang SMA kelas X seperti sekarang.

Siswa yang beralamat di jalan sembada 7 no 2 padang bulan ini mengatakan bahwa pendidikan mutikultural merupakan pendidikan keberagaman atau menghargai satu sama lain.

4.3 Kurikulum di Yayasan Sultan Iskandar Muda

Kurikulum merupakan pedoman dari pendidikan formal dalam menjalankan proses belajar-mengajar di ruangan kelas. Sehingga bentuk materi dalam kurikulum formal itu sangat penting. Hasil kajian dari Australia mengenai praktik pendidikan nilai-nilai multikulturalisme , di sekolah-sekolah pun menyarankan penggunaan pendekatan integratif untuk mengembangkan kurikulum dan tidak hanya memasukkan nilai-nilai multikulturalisme ke dalam mata pelajaran yang bersifat humaniora dan keagamaan saja (Raihani, 2011). Tetapi juga harus diintegrasikan ke pelajaran matematika, bahasa inggris, dan pelajaran pendukung lainya.

Sebaik-baiknya konsep untuk pendidikan multikultural yang integratif, akan sangat sia-sia apabila guru sebagai pengajar kurang optimal dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut, baik dalam wilayah kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Oleh sebab itu, ada beberapa kualifikasi guru yang diperlukan dalam konteks pengembangan

50

pembelajaran multikultural yakni: a. Guru harus memiliki skil keguruan, pemahaman, pengalaman, dan nilai-nilai kulturnya dengan baik, sehingga dapat memahami siswa-siswanya yang secara etnik, ras dan kultur berbeda dengan mereka, serta dapat menerima para siswanya dalam kelas untuk bias belajar bersama, mengembangkan aktivitas belajar secara bersama-sama di dalam kelasnya. b. kemudian guru juga harus selalu merefleksikan dirinya sendiri, apabila mereka sudah bias memberikan sikap dan perlakuan yang adil terhadap seluruh siswanya yang berbeda latar belakang etnik, ras dan budanya, dan apakah mereka juga telah memberikan perlakuan yang sama terhadap para siswa yang berbeda jenis kelaminnya. c. pendidikan multikultur harus dilakukan secara dinamis.

Oleh karena itu guru diharapkan memperkaya pemahamanya tidak hanya soal keguruan dan pembelajaran, tetapi juga pengetahuan-pengetahuan konsepsional tentang multikultur, seperti budaya, imigrasi, ras, seks, asimilasi kultur, gap etnik, stereotip, prejudaisme dan rasisme. d. Di samping itu, guru juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang sejarah karakteristik dan perbedaan- perbedaan internal dalam masing-masing kelompok etnik dan ras-ras tertentu. e. Terakhir guru juga harus mampu melakukan analisis-analisis perbandingan dan mampu mengambil sebuah kesimpulan tentang teori-teori yang dapat digunakan untuk mengelola karagaman sosial, sehingga menjadi potensi yang kuat untuk bangsa (Banks, 1997:82)

Untuk elemen pendidikan multikultural yang satu ini, guru guru YPSIM walaupun secara praksis sudah mengimplementasikan nilai-nilai multikulturalisme di dalam kelas sejak lama, tetapi sampai tahun 2011, YPSIM belum mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang berbasiskan kepada konsep

51

multikultural yang dijalankan oleh sekolah khusus hingga belum ada tulisan yang secara teoritik dan spesifik menjabarkan pengintegrasian konsep multikulturalisme yang menjadi pegangan bagi para guru dalam mcngajar di dalam kelas di dalam rnata pelajaran.

Menyadari bahwa kurikulum merupakan salah satu aspek pendidikan multikultural yang memiliki peran untuk membina para guru dalam mendidik peserta didik di dalam kelas, maka YPSIM berharap dengan dikembangkannya kurikulum dan model pembelajaran di kelas yang multikultural ini, model pendidikan multikultural yang selama ini dijalankan dapat menjadi lebih sistematis dan terstruktur.

Ada beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan silabus dan RPP pendidikan multikultural adalah :

1. Visi, misi, tujuan sekolah, dan pengembangan diri yang mencerminkan kurikulum sekolah yang berbasis multikultural

2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bermuatan multukultural dengan memperhatikan beberapa hal berikut : urgensi dengan kehidupan peserta didik yang berhubungan dengan multikultural, keterkaitan antara standar kompetensi dasar dalam mata pelajaran lain yang memuat multikultural, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dalam masyarakat yang multukultural, keterpakaian atau kebermaknaan bagi peserta didik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari

3. Mengidentifikasikan materi pembelajaran yang bermuatan multikultural dengan mempertimbangkan; keberagaman peserta didik baik dari segi etnis, agama, ras sosial ekonomi ayau kompetensi akademis dan non akademis, karakteristik mata

52

pelajaran, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spriritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, aktualiasi materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan dan medium fasilitas yang mendukung pembelajaran berbasis multkuktural yang optimal.

4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermuatan multikultural.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainya dalam rangka kompetensi dasar dari pendidikan berbasis multikultural. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengebangan kegiatan pembelajaran yang memuat nilai-nilai multikultual adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pembelajaran multikultual disusun untuk memberikan bantuan kepada para peserta didik (guru) agar melaksanakan proses pembelajaran secara profesional dan optimal.

b. Kegiatan pembelajaran multikultual memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh pesert didik.

c. Penentu urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan materi pembelajaran multikultural.

d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran yang bermuatan multikutural minimal mengandung dua unsur yaitu kegiatan peserta didik dan meteri multikultural.

e. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi yang bermuatan multukultural

53

merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencangkup sikap, pengathuan dan keterampilan yang bermuatan multikultural. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, budaya dan fasilitas sekolah serta lingkungan dan potensi daerah yang dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi.

Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun penelitian.

f. Penentuan jenis penilaian yang bermuatan multikultural.

g. Menentukan sumber belajar yang bermuatan multikultural.

h. Penilaian pencapaian kompetensi dasar yang bermuata multikultural bagi peserta didik dilakukan berdasarkan indikator yang bermuatan multikultural.

54

Tabel 8. Nilai, deskripsi dan Indikator Pendidikan Multikultural di YPSIM

Nilai Deskripsi Indikator

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

 Merayakan hari-hari besar agama

 Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah bagi warga sekolah sesuai

 Melaksanakan kegiatan

keagamaan untuk

meningkatkan keimanan yaitu pesantren kilat, retreat dan pemasangan pelita

 Berdoa sebelum dan sesudah belajar, sesuai dengan agama yang dianut

 Tidak boleh membedakan agama

 Mengadakan kebaktian setiap minggu

Mengadakan pengajia bulanan 2. Jujur Perilaku yang didasarkan

pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

 Menyediakan fasilitas temuan barang hilang

 Transparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala

 Menyediakan kotak saran dan pengaduan

 Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian

 Larangan

mengganggu dan

55 dilengkapi dengan penilaian dari guru untuk dicek kembali oleh siswa

 Mengadakan penilaian terhadap kebersihan kelas setiap hari dan memberikan denda pada kelas yang tidak bersih besar keagamaan kepada warga sekolah yang merasakan

 Membiasakan warga sekolah utuk saling bersilaturahmi pada perayaan hari besar dan acara lainnya

 Mendorong warga sekolah untuk saling membantu dan bekerja dalam semua pelakasanaan acara keagamaan yang dilakukan oleh sekolah

 Mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh warga sekolah, baik dalam hal agama, suku, etnis, status ekonomi dan pendapat

 Memberikan perlakuan yang sama terhadap semua agama

yang ada dengan

melaksanakan doa semua agama pada upacara bendera dan upacara nasional

 Memberikan penghargaan dan kesempatan mendapatkan

56

pendidikan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa

 Mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang dimilikioleh peserta didik, baik agama dengan melihat perbedaan yang ada

 Membuat media pembelajaran dengan belajar dari pohon untuk menumbuhkan toleransi

 Mengajarkan pentingnya

keberagaman dengan

menggunakan rumah tawon sebagai media pembelajaran 4. Disiplin Tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentua dan peraturan yang berlaku di sekolah dan diluar sekolah

 Memiliki catatan kehadiran

 Memiliki peraturan dan tata tertib sekolah

57

memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar peraturan dan tata tertib sekolah

 Membiasakan mematuhi aturan dan tata tertib sekolah

 Menggunakan alat dan fasilitas kelas secara bertanggung jawab

 Menyimpan dan

mengeluarkan alat dan bahan sesuai aturan yang ditetapkan

 Memberikan sanksi berupa denda bagi warga sekolah yang membuang sampah tidak pada tempatnya

5. Kerja keras, tekun dan ulet

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dengan sebaik-baiknya dan mencapai tujuan yang ditargetkan

 Menciptakan suasana kompetisi yang sehat bagi semua warga sekolah untuk memacu semangat belajar dan bekerja

 Memiliki pajangan dan motto tentang kerja

 Memberikan motivasi bagi warga sekolah untuk bekerja keras mencapai target yang direncanakan

 Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah dan daya tahan belajar

 Membiasakan

menyelesaikan tugas sendri 6. Kreatif dan

mandiri

Berfikir dan melakukan

sesuatu dengan

menggunakan cara yang baru dan inovatif serta sikap yang menunjukkan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan

menggunakan cara yang baru dan inovatif serta sikap yang menunjukkan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan