• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.5. Analisis Data

Pendidikan berbasis multikultural yang berkembang dalam dunia pendidikan saat ini merupakan respon dari sistem pendidikan yang hanya cenderung mengutamakan nilai akademik diatas segalanya dan sisi lain mengabaikan pendidikan yang mengacu pada penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi serta menjunjung tinggi nilai keberagaman atau kemajemukan. Terlihat dari stigma sosial saat ini yang menganggap bahwa mata pelajaran ilmu pasti (eksakta) seperti matematika, fisika, kimia, bahasa

104

inggris lebih prestisius dibanding mata pelajaran ilmu sosial. Akibatnya banyak dari siswa siswi yang kurang memiliki keterampilan sosial yang pada akhirnya pendidikan tidak sedikit yang malah menciptakan siswa-siswi fanatik dan memiliki sikap primordial.

Berdasarkan inilah, pihak membuat Perguruan Sultan Iskandar Muda menggalakan sistem pendidikan yang berbasis multikultural saat ini. YPSIM menyadari betapa pentingnya siswa dibekali ilmu sosial yang akan membuat siswa mampu bersikap demokratis, humanis serta menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Artinya pendidikan multikultural akan dapat mengantarkan siswa-siswi menjadi manusia toleran yang menghargai perbedaan.

Peserta didik dibimbing menjadi manusia yang penuh toleransi terhadap manusia lainya. sekolah juga telah memberikan hak-hak peserta didik untuk menciptakan pendidikan yang setara. Untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural di YPSIM pihak yayasan melakukan berbagai upaya untuk merealisasikanya seperti nasihat, internalisasi nilai-nilai multikultural, pembiasaan di lingkungan sekolah, kegiatan dan sebagainya.

Sebagaimana yang telah peneliti kemukakan Zamroni (dalam Saliman 2013) bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu bentuk reformasi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi siswa tanpa memandang latar belakangnya, sehingga semua siswa dapat meningkatkan kemampuan yang setara optimal sesuai dengan ketertarikan, minat dan bakat yang dimiliki.

105

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Kepala Sekolah SMA Perguruan Sultan Iskandar Muda, pendidikan yang diterapkan disini sejalan dengan teori yang di nyatakan oleh Zamroni dimana pendidikan multikultural harus menyediakan akses sekolah yang setara bagi siapapun, bahkan untuk anak-anak yang secara ekonomi atau finansial kurang mampu, tetap bisa bersekolah ditempat ini. Ini membuktikan bahwa perguruan YPSIM berkomitmen menyelenggarakan pendidikan multikultural dimana memperlakukan setiap anak sama berhak untuk mendapat pendidikan. `

YPSIM melakukan penyediaan akses sekolah terhadap kalangan orang kurang mampu dengan cara melibatkan masyarakat yang secara ekonomi mampu dan siap untuk membiayai anak asuh. Dalam prosesnya YPSIM pertama-tama akan membentuk tim internal yang nantinya akan turun kelapangan untuk melakukan survey terhadap calon siswa, kemudian apabila sudah memenuhi syarat maka calon siswa akan mengikuti tahap wawancara dan test tertulis. Faktor utama penerimaan anak asuh lebih condong karena faktor ekonomi yang kurang mampu. Ketika anak sudah dipilih dengan tepat sasaran baru sekolah akan mengirimkan profil singkat kepada calon orangtua asuh

untuk kemudian orangtua asuh menetukan pilihan terhadap calon anak asuhnya.

Selain itu, interaksi sosial yang terjadi di sekolah ini yang dilakukan melalui upaya pengaturan tempat duduk, dimana murid yang sebangku berasal dari agama, etnis dan status sosial yang bcrbeda. Proses penjembatanan ini menjadi penting karena disinilah kesempatan untuk berinteraksi dan bertukar budaya antara para siswa dengan agama, etnis, gender, ras dan status sosial yang berbeda tercipta. Guru dalam hal ini memegang kunci untuk membuka pintu gcrbang komunikasi.

106

Seperti ungkapan tak kenal maka tak sayang, pcmbangunan hubungan yang multikultur perlu melibatkan strategi mediasi untuk memulai sebuah interaksi yang bermutu. Perlu ditekankan bahwa strategi seperti ini hanya bisa meningkatkan intensitas pertemuan siswa-siswa tersebut. Selanjutnya, harus ada upaya yang sadar untuk memupuk dan mengembangkan kualitas dari hubungan ini agar keharmonisan yang sesungguhnya dapat terjalin dengan baik.

Selanjutnya adalah melakukan terobosan melalui pembuatan kelas kebersamaan dan merayakan hari besar keagamaan masing masing agama serta menyediakan secara fisik rumah ibadah mini merupakan bentuk langkah-langkah yang dilakukan oleh YPSIM dalam menerapkan pendidikan multikultural.

Dimana seperti landasan teori Interaksi Sosial terjadi karena ada hubungan sosial yang terjadi dalam hal ini antar Siswa, Guru Kepala Sekolah,dan komponen sekolah lainya dalam ruang lingkup sekolah. Faktor-faktor interaksi sosial yang mempengaruhi terjadinya interaksi seperti sugesti, imitasi, identifikasi, simpati dan empati merupakan suatu hal yang terjadi dalam proses sosial di sekolah ini.

Sofyan Tan dan para Guru yang ada di YPSIM menjadi motor penggerak dimana diwajibkan untuk menjadi role model dalam menerapkapkan visi dan misi yang memuat nilai-nilai multikultural di lingkungan sekolah. Untuk membuat visi dan misi sekolah tercapai tepat sasaran maka YPSIM melakukan program pengayaan dan pelatihan secara berkala.

Hal ini bertujuan untuk membantu para guru memahami sejarah, struktur sosial, budaya, bahasa, dan sebagainya dalam komunitas kultural mereka agar mampu

107

memahami diri secara lebih baik dan mampu mengambil keputusan ditengah-tengah msayarakat yang sangat beragam. Artinya pendidikan di YPSIM ini melalui para pendiri dan guru-guru menjadi agen dalam merubah struktur sosial di lingkungan sekolah yang beragam.

Oleh karena itu YPSIM selalu mendukung dan selalu terlibat dalam pelatihan dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah dan dinas pendidikan daerah maupun pusat. Topik dan pelatihan yang selama ini diberikan seperti sosialisasi kebijakan pendidikan baru, penyusunan kurikulum, teknik mengajar dan sertifikasi guru.

Selain mengikuti pelatihan dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, YPSIM sendiri juga sering mengadakan seminar pengayaan bagi guru-gurunya mengenai topik-topik lain, baik yang, spesifik membahas mengenai pendidikan maupun yang bersifat memberdayakan dan mengembangkan kapasitas dari pendidik.

Mengingat pendidikan multikultural masih sangat jarang diterapkan di Indonesia maka terkadang defenisi pendidikan multikultural itu sendiri berbeda antara satu guru dengan yang lain, sehingga terkadang guru akan kebingungan sendiri dalam menjalankan pendidikan multikultural ini yang apabila tidak segera ditangani maka pengajaran akan menjadi tidak terfokus atau tepat sasaran.

Untuk menyatukan persepsi dalam menjalankan kegiatan sekolah sehari- hari, YPSIM pun sengaja mengundang akademisi pendidikan multikultural, aktivis (seperti Ester Jusuf dari Solidaritas Nusa Bangsa), dan pihak-pihak lain bagi para guru dan kepala sekolah. Kegiatan seperti ini dilakukan secara rutin terutama untuk semua kepala

108

sekolah dari semua tingkat pendidikan karena mereka adalah pemimpin dari setiap unit pendidikan yang ada di sekolah. Para kepala sekolah ini adalah pihak yang memegang peran memberikan penyuluhan kepada para guru dan mengambil keputusan akan hal yang menjadi tanggung jawabnya.

Ketika para kepala sekolah, guru dan pihak yayasan memiliki persepsi mengenai pendidikan multikultural yang sejalan, maka aplikasinya dalam kegiatan sekolah sehari-hari dapat menjadi lebih terarah, fokus dan tertib. Hasilnya murid-murid pun dapat lebih mudah menyerap dan mencontoh nilai-nilai yang terkandung dalam konsep multikulturalisme yang diusung sekolah karena mereka mempunyai banyak patron yang menjalankan nilai-nilai multikultural secara nyata dan terstruktur.

Singkatnya YPSIM selalu berusaha untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan kepala sekolah dan para guru dimana mereka merupakan agen perubahan dan sekaligus garda terdepan dalam membentuk siswa-siswi yang terintegrasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih kompleks diluar sekolah.

109 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan multikultural di sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda sudah berjalan kearah yang lebih baik. Hal itu bisa disimpulkan dalam beberapa rincian.

1. Pembelajaran disetiap mata pelajaran selalu mengikutsertakan aspek nilai-nilai multikultural melalui contoh contoh soal, penjelasan, gambar dan ajakan untuk tidak mengungkapkan hal-hal yang mendiskreditkan keberagaman.

2. Guru yang diwawancarai mengatakan sudah memahami bagaimana menerapkan pendidikan multikultural baik secara tersurat maupun tersirat karena dari pihak sekolah memberikan semacam pelatihan agar para guru siap memberikan pengajaran sekaligus menjadi role model bagi para siswa-siswi.

3. Wujud implementasi pendidikan multikultural dalam upaya menjadikan siswa memiliki sikap yang toleran dalam mengurangi prasangka negatif satu sama lain, baik antara siswa,guru-guru, penjaga kantin, penjaga kantin dan lainya sudah dapat dikendalikan dengan baik karena menurut kepala sekolah, budaya multikultural harus menjadi fokus yang menyatu dengan lingkungan sekolah.

4. Kegiatan ekstrakurikuler siswa pada saat jam pembelajaran selesai juga sudah mencerminkan pendidikan multikultur selalu diinternalisasikan di sekolah ini, mengingat segala kegiatan-kegiatan siswa diluar jam pelajaran semisal kepanitiaan sebuah acara harus berdasarkan keberagaman identitas yang ada.

110

5. Dan yang terakhir, pendidikan multikultur tidaklah lengkap tanpa faktor fasilitas yang menunjang tercapainya pendidikan ini. Mengingat jarangnya ada sekolah yang menyediakan fasilitas rumah ibadah mini yang mewakili semua agama di Indonesia menjadi pembeda dari sekolah yang ada pada umumnya. Pada intinya sekolah ini hanya ingin membuat setiap siswa bisa menghidupi segala yang berbeda diluar dirinya, menjadikan yang berbeda sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan pemberdayaan sosial semacam ini bisa membuat setiap insan menjadi toleran, demokratis dan menjadi salah satu pendamai disetiap lingkungan masing-masing. Dengan keterampilan sosial seperti ini niscaya dunia akan bisa lebih damai.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diungkapkan diatas, saran- saran yang perlu disampaikan antara lain.

1. Pendidikan multikultur yang belum banyak diterapkan di dunia pendidikan Indonesia ini harus selalu dilakukan upaya inovatif agar semakin lebih sempurna, artinya dunia yang selalu berubah membuat pola belajar terkait pendidikan multikultural juga harus dinamis, selalu ada pembaruan agar kedepanya semakin sempurna.

2. Model pembelajaran pendidikan multikulturan yang diterapkan di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda ini harus konsisten menginternalisasikan pendidikan ini kepada siswa agar sasaran yang diinginkan yakni membentuk

111

pribadi yang berdamai dengan perbedaan nyata dan teguh di setiap insan mahasiswa.

3. Para pengajar yang ada di sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda harus selalu diberikan pelatihan yang baru dan segar, bila perlu mendapat pelatihan dari praktisi-praktisi pendidikan multikultural dari negara-negara yang sudah lebih matang dalam penerapanya. Sehingga guru bisa menjadi garda terdepan dalam mendorong tatanan masyarakat yang demokratis, toleran, mengutamakan persamaan (equality) dan mengedepankan perbedaan keberagaman (diversity).

112

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana

Balai Litbang Agama Jakarta.2009.Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikulturalisme.Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Baidhawy Zakiyuddin, Thoyibi M.2005.Islam Multikultural. Surakarta: Penerbit Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial

Martono, Nanang. 2016. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali press

Narwoko J Dwi, Suyanto Bagong.2004.Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan.Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Nasution Zulkarnain.2009.Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi(Suatu Tinjauan Sosiologis).Malang: UMM Press

Praksis Pendidikan Multikultural di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda.2015.Merawat Keberagaman.Medan

Purwasito Andrik.2003.Komunikasi Multikultural.Surakarta: Muhammadiyah University Press

Setiadi Elly M, Kolip Usman.2011.Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahany. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

SB,Agus.2016.Deradikalisasi Nusantara.Jakarta: Daulat Press

113

Setowara Subhan, Soimin.2013.Agama dan Politik Moral.Malang: Intrans Publishing

Soekanto, Soerjono.2012.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenadamedia Group

Jurnal/Skripsi

Kusumadewi, Lucia Ratih. 20 10. "Kembalinya Subyek: Sosiologi Memaknai Kembali Multikulturalisme." jurnul Sosiologi MASYARAK4 T, Vol. 15, No. 2, Juli: 61-84.

Ibrahim, Rustam. 2013. “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam.” Jurnal sosiologi Masyarakat ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013

Arif Unwanullah 2012. : Transformasi Pendidikan Untuk Mengatasi Konflik Masyarakat Dalam Perspektif Multikultural.” Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Volume 1, Nomor 1, juni 2012

Sutjipto 2017. “Implementasi Kurikulum Multikultural di Sekolah Dasar.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 2, Nomor 1, juni 2017.

Murni Eva Marlina 2014. “Makna Pendidikan Multikultural Bagi Siswa” Jupiis Volume 6 Nomor 1, juni 2014

Hermana Somantrie 2011. “Konflik dalam Perspektif Pendidikan Multikultural” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 6, Nopember 2011.

114

Zubaedi 2008. Pendidikan Multikultural: “Konsep dan Implementasi dalam Pelajaran”

Cakrawala Pendidikan, Februari 2008, No.XXII, Vo. 1.

Sagaf S. Pettalongi 2013. “Islam dan Pendidikan Humanis dalam resolusi Konflik Sosial. Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. XXII, No, 2.

Siti Hairiyah 2016. “Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam dan Implementasinya di Lembaga Pendidikan” Kariman, Volume 04, Nomor 02, Desember 2016.

Nurul Islamiyah 2015 “Implementasi Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu ( Studi Tentang Sikap Demokratis dan Toleransi)” Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim M

115 LAMPIRAN

A. Dokumentasi Foto

Gambar 1. wawancara dengan informan Ebenezer Parulian Dabukke M.Pd (Guru Agama Kristen)

sumber: dokumentasi pribadi peneliti

116

Gambar 2. wawancara dengan informan Ibu Tri Rizki Zahara S.Pdi

Sumber: dokumentasi pribadi Peneliti

Gambar 3. wawancara dengan siswa kelas XII Abdul Farid

117

Sumber: dokumentasi pribadi Peneiti

Gambar 4. wawancara dengan informan Purna Satya Raz (Guru Agama Budha)

Sumber: dokumentasi pribadi Peneliti

118

Gambar 5. wawancara dengan siswa kelas XII Gilbert Yeremi Naibaho

Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

119

Gambar 6. Sekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM)

120

Gambar 7. Perayaan Hari-Hari Besar Keagamaan sekolah YPSIM

121

Gambar 8. Rumah Ibadah yang berada di Komplek sekolah YPSIM

122

Gambar 9. Keterlibatan siswa dalam mendekor untuk perayaan hari besar keagamaan

123

1

1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1